Tragedi G30S PKI

Tragedi G30S PKI - Kisah Anak Jend Ahmad Yani dan DN Aidit Berteman, Meski Kedua Orangtuanya Musuhan

Namun cerita ini berbeda dari masa lampau, semua berawal saat Era Reformasi yang ditandai dengan mundurnya Presiden Soeharto pada Mei 1998

Editor: Andreas Eko Prasetyo
intisari
Anak DN Aidit Ilham Aidit (kanan) dan putri Jendral Achmad Yani Amelia Yani (tengah) 

TRIBUNJAMBI.COM - Kisah satu ini tak lepas dari tragedi G30S PKI di masa silam, tepatnya 55 tahun lalu saat peristiwa kelam di Indonesia itu terjadi.

Siapa yang tidak kenal dengan Jenderal Ahmad Yani dan tokoh besar PKI, DN Aidit.

Keduanya sama-sama telah tiada dengan cara yang mengerikan, seperti halnya Jenderal Ahmad Yani yang tewas di Lubang Buaya korban aksi G30S PKI.

Namun cerita ini berbeda dari masa lampau, semua berawal saat Era Reformasi yang ditandai dengan mundurnya Presiden Soeharto pada Mei 1998, membawa angin segar bagi iklim politik di Indonesia.

Meski Kehilangan Anak dan Ajudannya, Jenderal TNI AH Nasution Behasil Lolos Dari Pasukan G30S PKI

Geram Sama PKI, Prajurit Cakrabirawa Ini Tonjok Anak Buah Pemimpin G30S PKI sampai Giginya Rontok

Jadi Lagu Menyeramkan, Keluarga Pencipta Genjer-genjer Hidup Dalam Kesengsaraan Setelah G30S PKI

Hawa sejuknya berhembus juga di kalangan anak-anak korban konflik masa lalu.

Sebagai anak manusia yang sudah merasakan pahitnya menjadi korban konflik, timbul keinginan untuk berkumpul dan melupakan masa lalu yang kelam.

Belakangan disepakati namanya Forum Silaturahmi Anak Bangsa (FSAB).

Perkumpulan ini merangkul keturunan dari pihak yang terlibat konflik-konflik lain seperti DI/TII Aceh dan PRRI/Permesta yang berasal dari keluarga militer, serta keturunan dari tokoh sipil seperti Syarifuddin Prawiranegara, HOS Tjokroaminoto, H Agus Salim, dan Yap Thiam Hien.

Dalam ikrar perdamaian di Hotel Hilton Jakarta, 5 Maret 2004, FSAB antara lain menyatakan menghargai kesetaraan di antara mereka dan terhadap segenap bangsa Indonesia.

Sebuah kesetaraan tanpa diskriminasi diharapkan menjadi upaya awal menuju rekonsiliasi di antara semua pihak yang pernah bertikai.

Rekonsiliasi seperti apa? Bentuknya memang masih terus dibicarakan.

tribunnews
Amelia Yani dan Achmad Yani (repro Tribun Jambi)

FSAB ternyata membawa hikmah tersendiri bagi anak-anak korban konflik 1965 - 1966.

Pertemuan-pertemuan rutin forum ini memecahkan kebekuan antara anak-anak Pahlawan Revolusi, antara lain Amelia  Yani (putri Achmad Yani) dengan anak-anak tokoh yang berseberangan, seperti Sugiarto, Ferry Umar Dhani (putra Marsekal Umar Dhani), dan belakangan Ilham Aidit (anak DN Aidit).

tribunnews
Ilham Aidit (int)

Mereka mampu duduk semeja, tertawa bersama, berpelukan, dan saling menyemangati. Suatu keadaan yang sungguh sulit dibayangkan terjadi di masa lalu.

Memaafkan dengan tulus memang gampang diucapkan, tapi sungguh bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan.

Namun, Amelia Yani merasa perlu melakukannya karena tidak ingin mewariskan dendam kepada anak cucunya sehingga mereka tumbuh menjadi pembenci.

“Tapi mereka tidak tahu yang dibenci itu apa. Marah tapi tidak tahu marah pada siapa,” tutur ibu dari seorang putra, Dimas Tjahyono Dradjat.

Simak, Sejarah Pertama Kali Dibentuknya Kopassus, Sempat Berkali-kali Ganti Nama

Kisah Ketika Bung Karno Prank Ajudannya untuk Datang ke Klub Malam, Soekarno: Mbang Mbang, Jadi Kamu

Fachrori Umar: Terima Kasih Hari LIDA Telah Mengharumkan Nama Jambi

Amelia mengakui belum seluruh anggota keluarganya sanggup melakukan itu. S

eorang adiknya, hingga sekarang masih bergetar dan menangis jika berbicara masalah pembunuhan ayahnya.

“Semua tergantung kepekaan masing-masing. Saya menghormati sikap adik saya,” katanya.

tribunnews

Anak DN Aidit Ilham Aidit (kanan) dan putri Jendral Achmad Yani Amelia Yani (tengah) (intisari)

Sosok Sebenarnya Menteri Terawan, Bikin Najwa Shihab Wawancara Kursi, Latar Belakangnya Mentereng

Ramalan Zodiak 30 September 2020, Lengkap Percintaan Taurus Membaik, Jomblo Siapkan Mental Nembak

Sugiarto yang juga sempat mendapat pertanyaan dari keluarga soal keterlibatannya di FSAB, mengakui memang tidak mudah untuk melupakan kepedihan masa lalu.

Tapi karena menyadari bahwa semua ini adalah takdir dari Yang Maha Kuasa, ia dengan ikhlas bisa melakukannya.

“Saya tidak benci militer. Saya juga tidak ingin hidup ini tersiksa hanya karena dendam,” demikian prinsipnya.

Ia mengaku cukup bahagia jika FSAB bisa menjadi gerakan moral yang mampu mengajak semua berdamai, dan tidak perlu menuntut terlalu jauh.

Ada yang 80 Hari Terombang Ambing Di Lautan, Berikut Deretan Nelayan yang Pernah Terapung Dilautan

Sule Blak-blakan Siapa Nathalie Holscher ke Anak-Anaknya, Sikap Rizky Febian Jadi Sorotan

Hingga hampir 40 tahun sejak peristiwa itu terjadi, tak satu pun anak-anak korban konflik 1965 - 1966 mengetahui latar belakang peristiwa hingga mereka harus kehilangan ayah tercinta.

Tak terkecuali anak-anak Pahlawan Revolusi. Yang mereka tahu hanyalah bentuk-bentuk kekerasan yang disaksikan dengan mata kepala sendiri.

Sungguh, suatu luka batin yang tak mudah dilupakan, namun dapat disembuhkan dengan kebesaran jiwa.

Tulisan ini sudah dipublikasikan di intisari: Mengenang G30S: Anak-Anak Tokoh 1965 Sudah Saling Memaafkan (6)

Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul G30S/PKI - Kisah Anak Jendral Achmad Yani & Anak DN Aidit, Kini Berteman Meski Ayah Musuh Bebuyutan, https://makassar.tribunnews.com/2020/09/27/g30spki-kisah-anak-jendral-achmad-yani-anak-dn-aidit-kini-berteman-meski-ayah-musuh-bebuyutan?page=all

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved