Berita Nasional

Kisah Gatot Nurmantyo, Masih Bau Lumpur dan Kenakan Baret Merah Kopassus Kunjungi Makam Orangtuanya

Kisah Gatot Nurmantyo, Masih Bau Lumpur dan Kenakan Baret Merah Kopassus Kunjungi Makam Orangtuanya

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Ternyata ada kisah haru namun menginspirasi dari sosok mantan Panglima TNI, Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo.

Pria yang dikenal tegas dan memiliki jiwa korsa yang begitu dalam terhadap satuannya itu mengaku membanggakan kedua orang tuanya di usia 55 tahun.

Pasalnya, sang Jenderal TNI itu berhasil mewujudkan mimpi kedua orangtuanya, khususnya sang ibunda untuk menjadi anggota RPKAD aau kini dikenal sebagai Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

Bahkan, kisah sang mantan Panglima TNI ini cukup unik saat menerima kehormatan menjadi keluarga besar Komando Pasukan Khusus (Kopassus), satuan elite milik TNI AD.

Siapa Sebenarnya Anggota Sat-81 yang Misterius, Danjen Kopassus Terima Brevet Anti-Teror

Danjen Kopassus Mohammad Hasan Naik Pangkat dan Menerima Brevet Anti Teror, Ini Rekam Jejaknya

Ini Pisau Andalan Kopassus yang Mematikan, Jika Terkena Ditubuh Bisa Menghasilkan Luka Parah

Gatot Nurmantyo yang saat itu sebagai KSAD, mestinya bisa dengan mudah menerima baret merah, tanda resmi sebagai anggota Kopassus.

Ternyata pilihan Gatot Nurmantyo itu mengikuti ujian untuk masuk jadi keluarga besar Kopassus untuk mewujudkan impian sang ibunda.

Demi mewujudkan impian almarhumah Ibunya, Panglima TNI Gatot Nurmantyo rela mengikuti dan menempuh latihan dasar Kopassus layaknya prajurit biasa.

Gatot lahir di Tegal, Jawa Tengah, pada 13 Maret 1960.

Tapi sejatinya ayahnya berasal dari Solo dan ibunya dari Cilacap.

Gatot Nurmantyo mendapat brevet kehormatan Kopassus dengan susah
Gatot Nurmantyo mendapat brevet kehormatan Kopassus dengan susah (Kolase/modusaceh)

Gatot dibesarkan dari keluarga yang berlatar militer pejuang sangat kental. Ayah Gatot, bernama Suwantyo, seorang pejuang kemerdekaan yang pernah menjadi Tentara Pelajar.

Di masa perang kemerdekaan ayahnya bertugas di bawah komando Jenderal Gatot Subroto.

Dari nama tokoh militer kharismatik itulah, ayahnya kemudian memberi nama anaknya “Gatot”.

Ayah Gatot pensiun dengan pangkat terakhir Letnal Kolonel Infanteri dan tugas terakhir sebagai Kepala Kesehatan Jasmani di Kodam XIII/Merdeka, Sulawesi Utara.

Sedangkan ibunda Gatot, anak seorang Kepala Pertamina di Cilacap, memiliki tiga orang kakak kandung yang mengabdi sebagai prajurit TNI AD, TNI-AL dan TNI-AU.

Karena anak tentara, sejak kecil Gatot hidup berpindah-pindah.

Setelah dari Tegal, ia pindah ke Cimahi, Jawa Barat, hingga kelas 1 Sekolah Dasar.

Setelah itu ia pindah Cilacap sampai kelas 2 SMP. Lalu ia pindah ke Solo hingga tamat SMA.

Sebenarnya Gatot ingin menjadi arsitek. Makanya ia mendaftar ke Universitas Gadjah Mada (UGM).

Tapi mengetahui anaknya mau masuk UGM, ibundanya berpesan: “Ayahmu hanya seorang pensiunan. Kalau kamu masuk UGM, maka adik-adikmu bisa tidak sekolah.”

Mendengar hal tersebut, Gatot berubah haluan. Diam-diam dia berangkat ke Semarang, mendaftar Akabri melalui Kodam Diponegoro.

Sekembalinya dari Semarang, ia memberitahu ibunya bahwa ia sudah mendaftar ke Akabri. Ibunya langsung mengizinkan dengan pesan, “Jika kamu menjadi tentara, kamu harus menjadi anggota RPKAD.”

Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (tengah) mengenakan baret merah Kopassus
Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (tengah) mengenakan baret merah Kopassus (Jejatapak.com)

Menurut Gatot, ibunya terobsesi anaknya menjadi anggota RPKAD karena rumah orang tua ibunya dekat dengan markas RPKAD di Cilacap.

Setelah lulus Akabri 1982, Gatot berusaha masuk menjadi anggota Kopassus (nama baru RPKAD). Tapi dalam usaha pertama ia tidak diterima.

tribunnews
Gatot Nurmantyo saat menjadi Panglima TNI ()

Pada kesempatan berikutnya, setelah berpangkat Kapten, saat bertugas di Pusat Latihan Tempur di Baturaja, Sumsel, ia kembali mendaftar masuk Kopassus. Kembali tidak diterima.

Sebenarnya kesempatan tersebut sudah habis. Tapi Gatot tidak pernah menyerah, ia terus berdoa kepada Allah SWT agar suatu hari bisa diterima menjadi prajurit Kopassus.

Kesempatan itu akhirnya datang di Usia 55 tahun.

Kesempatan itu akhirnya datang setelah ia menjabat KSAD (25 Juli 2014–15 Juli 2015).

Tak lama setelah pelantikan, Gatot memanggil Danjen Kopassus Mayjen TNI Agus Sutomo dan menyampaikan maksudnya ingin mendaftar pendidikan Kopassus.

Tapi Agus Sutomo menyampaikan, “Tidak usah ikut pendidikan Pak, nanti Bapak saya kasih brevet kehormatan saja”.

Tapi Gatot menolak. Ia bersikukuh mau mendapat baret merah melalui jalur normal. Maka masuklah Gatot menjadi siswa Kopassus.

Ia mengikuti semua prosedur normal, mulai dari pendaftaran, ujian, hingga penyematan brevet komando dan baret di pantai Cilacap. Untuk itu, ia harus melalui ujian yang keras, antara lain senam jam 2 pagi, lalu direndam di kolam suci Kopassus di Batujajar. Kemudian longmarch, hingga berenang militer selama lebih 2 jam dari pantai Cilacap ke pulau Nusakambangan.

Bahkan Gatot juga mengikuti pendidikan Sandi Yudha yang salah satu ujiannya harus menyusup masuk ke suatu tempat yang terkunci dan dikawal ketat oleh prajurit Kopassus. Ia lolos mulus.

4 Fakta Pria yang Nafsu Lihat Mama Muda di Tempat Fitness, Pelaku Nekat Intip Korbannya Lagi Mandi

Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 10 Dibuka, Sudah Punya Akun Login ke prakerja.go.id Klik Gabung

Jawaban Telak Atta Halilintar Isu Bubar dengan Aurel Hermansyah, Habis Saling Sindir Pajang Foto Ini

tribunnews
kopassus (ist)

Gatot akhirnya diyatakan lulus semua tahapan dan resmi diangkat menjadi keluarga besar Korps Baret Merah di pantai Permisan Cilacap, Jawa Tengah, pada 2 September 2014.

Tidak seperti “brevet kehormatan” Kopassus yang disematkan di dada sebelah kiri penerimanya, brevet pasukan komando tersebut disematkan di dada sebelah kanan Gatot, sebagai tanda ia menerimanya melalui prosedur selayaknya yang harus dilalui setiap prajurit Kopassus.

Setelah resmi menjadi prajurit Kopassus, Gatot naik helikopter dari Cilacap ke Kartosuro (Markas Grup 2 Kopassus).

Masih berbaret merah, pakai loreng, darah mengalir, masih pakai hitam-hitam samaran dan masih bau lumpur, ia langsung menuju makam kedua orang tuanya di Solo.

Di depan makam kedua orang tuanya itu ia memberi hormat dan menyampaikan, ”Ibu saya sudah menunaikan tugas.” Dan itu terjadi saat Gatot berusia 55 tahun.

Sumber: YouTube dan Majalah FORUM KEADILAN Edisi 08

Biodata Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo:

Jenderal TNI (Purn.) Gatot Nurmantyo (lahir di Tegal, Jawa Tengah, 13 Maret 1960; umur 60 tahun) adalah mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia (2015-2017).

Dikutip Tribunjambi.com sebelumnya, Gatot merupakan Kepala Staf TNI Angkatan Darat ke-30 yang mulai menjabat sejak tanggal 25 Juli 2014 setelah ditunjuk oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menggantikan Jenderal TNI Budiman.

Ia sebelumnya juga pernah menjabat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) menggantikan Letnan Jenderal TNI Muhammad Munir.

Pada bulan Juni 2015, ia diajukan oleh Presiden Joko Widodo sebagai calon Panglima TNI, menggantikan Jenderal Moeldoko yang memasuki masa purna baktinya.

Gatot bersama tokoh pemerintahan lainnya beserta para aktivis sosial bergabung dalam aksi untuk mendukung toleransi beragama selama periode unjuk rasa di Jakarta pada bulan November 2016.

Bersama dengan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Kapolri Tito Karnavian dan aktivis Islam seperti Yenny Wahid, mereka menggalang dukungan untuk persatuan antar agama sebagai penyeimbang dari aksi unjuk rasa yang digelar sebelumnya terhadap Gubernur DKI Jakarta beragama Kristen keturunan Tionghoa, Basuki Tjahaja Purnama yang diwarnai elemen intoleransi dan Sinofobia.

Karier

Gatot Nurmantyo merupakan lulusan Akademi Militer tahun 1982, dan berpengalaman di kecabangan infanteri baret hijau Kostrad. Gatot pernah menjadi Komandan Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan dan Latihan TNI Angkatan Darat (Kodiklat),[11] Panglima Komando Daerah Militer V/Brawijaya dan Gubernur Akademi Militer. Di bidang lainnya, Gatot juga menjabat sebagai Ketua Umum PB FORKI periode tahun 2014 hingga 2018.

Jabatan militer

Komandan Peleton MO. 81 Kompi Bantuan Batalyon Infanteri 315/Garuda

Komandan Kompi Senapan B Batalyon Infanteri 320/Badak Putih

Komandan Kompi Senapan C Batalyon Infanteri 310/Kidang Kancana

Kepala Urusan Dalam Detasemen Latihan Tempur

ADC Panglima Kodam III/Siliwangi

PS Kepala Seksi-2/Operasi Korem 174/Anim Ti Waninggap

Komandan Batalyon Infanteri 731/Kabaresi

Komandan Kodim 1707/Merauke

Komandan Kodim 1701/Jayapura

Sekretaris Pribadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat

Komandan Brigade Infanteri 1/PIK Jaya Sakti

Asisten Operasi Kepala Staf Kodam Jaya

Komandan Resimen Induk Daerah Militer Jaya

Komandan Korem 061/Suryakencana (2006–2007)

Kepala Staf Divisi Infanteri 2/Kostrad (2007–2008)

Direktur Latihan Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan dan Latihan TNI Angkatan Darat (2008–2009)

Gubernur Akademi Militer (2009–2010)

Panglima Kodam V/Brawijaya (2010–2011)

Komandan Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan dan Latihan TNI Angkatan Darat (2011–2013)

Panglima Komando Cabang Srategis Angkatan Darat (2013–2014)

Kepala Staf TNI Angkatan Darat (2014–2015)

Panglima Tentara Nasional Indonesia (2015–2017)

Pati Mabes TNI AD (2017)

Ingin Menyelamatkan Barang Berharga yang Membakar Bedeng, Sangkut Tertimpa Reruntuhan Kayu

Salurkan Hobi saat Pandemi, Putri Aqilatul Azizah dan Rekannya Hunting Foto di Pemukiman Kota Jambi

Buntut Diagnosis Keliru Bayi Usia 24 Minggu, Rumah Sakit Rimbo Medika Dilaporkan ke Polda Jambi

(Tribunjambi.com/Eko Prasetyo)

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved