Tragedi G30S PKI
Pierre Tendean, Ajudan Ganteng yang Diperebutkan 3 Jenderal, Nasibnya Nahas di Tragedi G30S PKI
Pierre Tendean, Ajudan yang Diperebutkan 3 Jenderal, Nasibnya Nahas di Tragedi G30S PKI
TRIBUNJAMBI.COM - Indonesia dalam waktu dekat akan kembali mengingat kejadian kelam 55 tahun silam, dalam tragedi G30S PKI.
Sejarah mencatat pada 1 Oktober 1965, kisah kelam tragedi G30S PKI pada dini hari pada 1 Oktober 1965 mengakhiri hidup Pierre Tendean dengan tragis.
Sosok TNI muda bernama Pierre Andries Tendean, merupakan anak dari pasangan AL Tendean, seorang dokter dari Minahasa, dan ME Cornet, wanita Indo berdarah Prancis.
Sejak kecil, Pierre Tendean selalu memiliki tekad menjadi seorang tentara.
Walaupun begitu, Pierre Andreas Tendean tetap teguh pada tekadnya menjadi seorang prajurit TNI.
• Rizky Billar dan Lesty Kejora Kepergok Lihat Perumahaan Berdua, Bukti Bakal Menikah Sebentar Lagi?
• Download Lagu MP3 DJ Remix Full Bass,Ada Video Terbaru 2020 Spesial DJ Breakbeat, DJ Tiktok, DJ Opus
• Dilarang Pacaran Dengan Warga Malaysia, Wanita di Deli Serdang Ini Nekat Bakar Bendera Merah Putih
• Download Lagu MP3 Nella Kharisma 24 Lagu Terbaik, Terbaru 2020 Video dangdut koplo Via Vallen
Ia masuk Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD) di Bandung pada 1958 dan lulus pada 1961.
Setelah lulus, Pierre Andreas Tendean berpangkat letnan dua.
Setahun bertugas di Meda, Pierre Tendean pun menjalani pendidikan intelijen di Bogor.
Usai mengenyam pendidikan intelijen Pierre Andreas Tendean menjadi seorang mata-mata.
Ia sempat ditugaskan melakukan penyusupan saat adanya konfrontasi Indonesia-Malaysia.
Berkat kerja keras dan kemampuannya, Pierre Andreas Tendean dipandang sebagai TNI yang unggul.

Dikutip tribunjambi.com dari Kompas.com, hal ini terbukti dari berebutnya tiga jenderal untuk menjadikan Pierre Tendean sebagai ajudan.
Mereka adalah Jenderal AH Nasution, Jenderal Hartawan, dan Jenderal Kadarsan.
Dari ketiga jenderal itu, Jenderal AH Nasution-lah yang mendapatkan sosok Pierre Andreas Tendean.
Hal ini disebabkan Jenderal AH Nasution disebut sangat menginginkan Pierre Tendean menjadi ajudannya.
• Harga Pinang Tingkat Pengepul di Tanjabtim Turun, Harga Tinggi di Pengepul Gelondongan
• Cek Endra Ajukan Cuti Sebagai Bupati Sarolangun Selama 72 Hari untuk Fokus Ikut Pilgub Jambi
• Datang Kerumah Maia Estianty, Marsha Aruan Blak-blakan Akui Sempat CLBK dengan El Rumi: Pernah Iya!
Akhirnya, Pierre Andreas Tendean pun menggantikan ajudan sebelumnya, Kapten Manullang.
Kapten Manullang gugur saat bertugas di Kongo untuk menjaga perdamaian.
Pierre Andreas Tendean dipromosikan sebagai Letnan Satu (Lettu).
Lettu Pierre Tendean pun menjadi ajudan termuda Jenderal AH Nasution.
Pada usia 26 tahun, ia sudah mengawal sang jenderal ternama.
Tidak hanya mengawal Jenderal AH Nasution, Lettu Pierre Tendean pun akrab dengan putri Jenderal AH Nasution, Ade Irma Suryani.
Potret berdua mereka bahkan terpajang di Museum AH Nasution.
Namun, segala kecemerlangan dalam bidang militer dan masa depan cerah Lettu Pierre Tendean harus berakhir.
Saat itu (30/9/1965) Lettu Pierre Tendean biasanya pulang ke Semarang merayakan ulang tahun sang ibu.
Namun, ia menunda kepulangannya karena tugasnya sebagai pengawal Jenderal AH Nasution.
• Ramuan Daun Sungkai Akan Diberikan untuk Jurnalis Jambi, Setelah Ada Wartawan Positif Covid-19
• Kejanggalan Rambut Ussy Sulistiawaty Usai Keramas Jadi Sorotan, Terungkap Rambut Asli Istri Andhika
• Rahmawati Soekarnoputri, Sandiaga Uno, Hingga Edhie Prabowo Ditunjudk Jadi Wakil Ketua Dewan Pembina
Ia tengah beristirahat di ruang tamu, di rumah Jenderal AH Nasution, Jalan Teuku Umar Nomor 40, Jakarta Pusat.
Namun, waktu istirahatnya terganggu karena ada keributan.
Lettu Pierre Tendean pun langsung bergegas mencari sumber keributan itu.
Ternyata keributan itu berasal dari segerombol orang.
Disebutkan bawah orang-orang yang datang ke rumah AH Nasution adalah pasukan Cakrabirawa.
Mereka pun menodongkan senjata pada Lettu Pierre Tendean.
Lettu Pierre Tendean tak bisa berkutik. Ia dikepung pasukan itu.
Demi melindungi atasan, Lettu Pierre Tendean pun menyebut dirinya sebagai Jenderal AH Nasution.
"Saya Jenderal AH Nasution," ujarnya.
Akhirnya, ia yang dikira Jenderal AH Nasution langsung diculik.
• Ramuan Daun Sungkai Akan Diberikan untuk Jurnalis Jambi, Setelah Ada Wartawan Positif Covid-19
• Kejanggalan Rambut Ussy Sulistiawaty Usai Keramas Jadi Sorotan, Terungkap Rambut Asli Istri Andhika
• Rahmawati Soekarnoputri, Sandiaga Uno, Hingga Edhie Prabowo Ditunjudk Jadi Wakil Ketua Dewan Pembina
Sementara itu, nyawa putri Jenderal AH Nasution, Ade Irma, tak tertolong karena tertembak.
Pada akhirnya, Lettu Pierre Tendean harus gugur di tangan orang-orang yang menyerangnya.
Meski Pierre Tendean tak lagi bernyawa, kakinya diikat lalu dimasukkan ke dalam sumur, di Lubang Buaya.
Pada usianya yang masih muda, Lettu Pierre Tendean tinggal menjadi kenangan dalam peristiwa mengerikan itu.
Kematiannya memberikan luka mendalam terhadap keluarganya.
Padahal, pada November 1965, Lettu Pierre Tendean dijadwalkan akan menikahi Rukmini Chaimin di Medan.
Takdir berkata lain. Ia meninggal mengatasnamakan atasannya di depan para pembunuh itu.
Sebagai bentuk penghormatan, ia pun dinaikkan pangkatnya menjadi kapten.
Kapten Tendean pun ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi Indonesia pada 5 Oktober 1965.
(Tribunjambi.com)