16 Tahun Menolak Lupa, Kumpulan Quote Terkenal Munir Said Thalib, dan 7 Fakta-fakta Pembunuhan Munir

Hari ini 16 tahun lalu pejuang hak asasi manusia, Munir Said Thalib meninggal dunia di udara, diracun.

Penulis: Nani Rachmaini | Editor: Nani Rachmaini
(Kompas/Iwan Setiyawan )
Tokoh pejuang hak asasi manusia, Munir Said Thalib 

TRIBUNJAMBI.COM - Hari ini 16 tahun lalu pejuang hak asasi manusia, Munir Said Thalib meninggal dunia di udara, diracun.

Kematian Munir Said Thalib oada 7 September 2004 itu kemudian dikenal sebagai September Hitam.

Munir Said Thalib meregang nyawa di pesawat Garuda dalam perjalanan menuju Belanda.

Setiap tahun kematian Munir Said Thalib diperingati dalam upaya menolak lupa, karena Munir dibunuh karena benar, dan peringatan 16 tahun kematian Munir hari ini mewarnai trending di media sosial.

Untuk memperingati meninggalnya pejuang HAM Munir Said Thalub, ini kumpulan quote terkenal Munir Said Thalib, dan fakta-fakta meninggalnya pejuang HAM itu.

Kumpulan Quote Munir Said Thalib

1. "Setiap orang yang dilahirkan merdeka, memiliki hak dan martabat yang sama"

2. "Aku harus bersikap tenang walaupun takut, untuk membuat semua orang tidak takut.”

3. Aku akan tetap ada dan berlipat ganda

4. "Ketika saya berani shalat, konsekuensinya saya harus berani memihak yang miskin dan mengambil pilihan hidup yang sulit untuk memeriahkan perintah-perintah itu, seperti membela korban.
Tidak ada alasan bagi umat islam untuk tidak berpihak kepada yang tertindas"

5. Tidak ada alasan bagi umat islam untuk tidak berpihak kepada yang tertindas"

6. "Pendidikan politik rakyat hanya akan berhasil dalam sistem yang demokratis dan adanya jaminan atas HAM."

7. Harapan habis ketika apa yang adil dan tidak adil hanya diselesaikan dengan dusta dan dalih.

8. Bahaya terbesar adalah ketakutan dalam kepala kita. Ketakutan yang disebarkan sistem yang ada kepada kita. Ketakutan inilah rintangan terbesar dalam perjuangan.

Fakta-fakta Meninggalnya Munir 
Dilansir dari Tribunnews Wiki, Munir Said Thalib merupakan pria asal Malang yang lahir pada 8 Desember 1965.

Ayahnya meninggal sejak ia duduk di bangku kelas 6 SD.

Sejak saat itu, Munir membantu kakanya, Muhfid Said Thalib, berjualan sepatu dan sandal di Pasar Batu, Malang, Jawa Timur.

Usai menyelesaikan pendidikannya hingga tingkat SMA, Munir melanjutkan sekolahnya di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.

Ia lantas menjadi seorang aktivis semasa berkuliah.

Pengalamannya di kampus ini lah yang mendorongnya menjadi pembela HAM.

Namun sayangnya, tindakannya itu pula yang membawanya pada kematian.

Untuk mengenang peristiwa tersebut, berikut fakta-fakta mengenai pembunuhan Munir yang dilansir dari berbagai sumber.

1. Dibunuh saat hendak pergi belajar

Dilansir dari Kompasiana, Munir meninggal di dalam pesawat Garuda Indonesia dengan nomor GA-974.

Tepatnya pada 7 September 2004 di usianya yang ke-39 tahun.

Ia meninggal dalam perjalanan menuju Amsterdam, Belanda.

Setelah sebelumnya pesawat itu transit di Bandara Changi Singapura.

Adapun, tujuannya pergi adalah untuk melanjutkan studinya di Universitas Utrecht.

Munir dimakamkan pada 12 September 2004 di TPU Sisir, Batu, Jawa Timur.

2. Diracun.

Dilansir dari Kompas.com, hasil autopsi menunjukkan adanya racun arsenik.

Adapun dosis arsenik yang ditemukan pada jasad Munir memiliki dosis yang sangat fatal.

Sejumlah fakta dalam persidangan menyebutkan kemungkinan Munir diracun dalam penerbangan Jakarta-Singapura.

Tetapi ada juga kemungkinan ia diracun saat transit.

Munir mulai merasakan sakit di perutnya usai transit.

Hingga akhirnya ia tewas dua jam sebelum pesawat mendarat di Amsterdam.

3. Pihak yang terjerat hukum.

Dilansir dari Kompas.com, ada tiga orang yang dituduh terlibat dalam pembunuhan Munir.

Pollycarpus Budihari Priyanto yang saat kejadian menjadi pilot pesawat kemudian dituduh sebagai pelaku pembunuhan.

Dengan tuduhan telah memasukkan racun arsenik pada tubuh Munir.

Ia pun mendapat hukuman penjara 14 tahun, namun telah dibebaskan pada 28 November 2014 lalu.

Mantan Dirut Garuda Indoneisa Indra Setiawan, dihukum 1 tahun penjara karena didakwa telah menempatkan Pollycarpus dalam penerbangan.

4. Keterlibatan BIN

Selama persidangan kasus ini, sejumlah fakta menyebutkan adanya keterlibatan Badan Intelegen Negara (BIN).

Deputi V BIN Mayjen Purn Muchdi Purwoprandojo, bahkan didakwaterlibat dalam pembunuhan.

Ia didakwa telah menempatkan Pollycarpus.

Namun, ia tidak dihukum.

Sebab, dakwaan terhadapnya tak dapat dibuktikan.

5. Kejanggalan

Ada banyak kejanggalan dalam kasus pembunuhan ini.

Pollycarpus yang saat itu menjadi pilot ternyata sedang dalam masa cuti.

Namun, Indra Setiawan memberikan surat tugas padanya.

Tiga hari sebelum keberangkatan, Munir diketahui menerima telepon dari seseorang bernama Pollycarpus.

Dalam telepon itu Pollycarpus memastikan Munir untuk naik penerbangan GA 974.

Sementara, Indra mengaku mendapat permintaan dari BIN, namun ia membantah telah terlibat dalam konspirasi pembunuhan Munir tersebut.

Di tengah persidangan, sempat terungkap adanya rekaman telepon antara Muchdi dengan Pollycarpus.

Namun, rekaman itu tak pernah dibawa ke pengadilan.

Di era kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono, sempat dibentuk tim pencari fakta untuk mencari kebenaran kasus ini.

Namun, hingga akhir masa kepemimpinannya, bahkan hingga sekarang, hasil investigasi itu tak pernah ditunjukkan pada publik.

Hingga pada 10 Oktober 2016, Komisi Informasi Pusat membuat putusan agar pemerintahan di era Presiden Joko Widodo untuk mengumumkan hasil investigasi tersebut.

Namun, hingga kasus itu dibawa ke Mahkamah Agung pada 2017, kasus itu masih terkesan ditutupi.

Hingga kini, otak dari pembunuhan Munir masih belum diketahui.

Diduga, ia masih berkeliaran dengan bebas.

Namun, masyarakat masih setia memperingatinya setiap tahun pada tanggal 7 September

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved