Berita Eksklusif Tribun Jambi
Terdampak Pandemi, Koja Trans Terkendala Finansial
Pandemi Covid-19 juga berdampak pada pada perusahaan angkutan bus berbasis aplikasi di Kota Jambi, capsule bus Koja Trans.
Pandemi Covid-19 juga berdampak pada pada perusahaan angkutan bus berbasis aplikasi di Kota Jambi, capsule bus Koja Trans.
TRIBUNJAMBI.COM - Pandemi Covid-19 juga berdampak pada pada perusahaan angkutan bus berbasis aplikasi di Kota Jambi, capsule bus Koja Trans.
Hingga kini, sekalipun relaksasi diberlakukan, Koja Trans harus menempuh jalan terjal untuk bisa eksis.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Jambi, Saleh Ridho tidak menampik hal itu.
Dia bilang, untuk sementara transportasi yang melayani rute di Kota Jambi itu tidak dioperasikan untuk umum.
Alasannya, selain karena Covid-19, juga tidak sesuainya penghasilan yang diterima dan biaya operasional yang dikeluarkan.
"Kendalanya di finansial tidak menutupi, sehingga operasionalnya kita hentikan sementara," katanya kepada Tribun, belum lama ini.
Meski begitu, dia mengatakan, bus Koja Trans masih dioperasikan untuk masyarakat yang mencarter (sewa).
Saat disinggung terkait nasib petugas bus, dia tidak menampik ada di antaranya yang dirumahkan, tapi dia tidak bisa merincikan berapa jumlahnya.
"Sebagian ada yang dirumahkan," akunya.
Untuk diketahui, capsule bus Koja Trans merupakan bus berbasis aplikasi yang menjadi transportasi publik modern berteknologi tinggi di Kota Jambi.
capsule bus Trans Koja ini diluncurkan pada 28 Oktober 2019, bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda.
Saat peluncuran, Trans Koja diharapkan menjadi transportasi publik dengan harga terjangkau dan sudah go digital ini dapat dimanfaatkan masyarakat dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, sehingga mengurangi angka kemacetan.
Kemudian, ini juga diharapkan menjadi upaya memajukan Jambi menuju smart city.
Bus yang dikelola oleh PT Multi Inti Digital Bisnis (MDB) melalui anak perusahaannya, Multi Inti Digital Transportasi (MDT), ini bernaung di bawah Multi Inti Sarana Group (MIS Group).
Saat diluncurkan 10 bulan lalu, Direktur Angkutan Jalan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Ahmad Yani berharap bus ini terus berkembang, dan transportasi yang merupakan urat nadi perekonomian bangsa menjadi lebih baik.
Ketika itu Direktur MDT Subhan Novianda, menyampaikan pihaknya menyiapkan 28 unit kendaraan yang terdiri dari 25 capsule bus, 2 capsule care untuk penyandang disabilitas, dan 1 capsule plus atau ambulans.
Sampai akhir tahun lalu, pihaknya menargetkan bisa mengoperasionalkan sekitar 60 unit. Adapun untuk tahun ini, pihaknya menargetkan mengoperasikan 150-200 unit capsule bus.
Belum Efektif
Beberapa warga Kota Jambi yang pernah memanfaatkan transportasi berbasis aplikasi ini menilai, kehadiran Trans Koja belum efektif untuk mempermudah akses masyarakat untuk bepergian dalam Kota Jambi.
Satu di antaranya, Marfuah menjelaskan, hal itu karena Koja Trans merupakan transportasi publik yang menggunakan akses daring (online), yang belum familiar di masyarakat.
Selain itu, dari cara order dan letak-letak haltenya, menurut dia, masih belum dipahami sebagian masyarakat.
• Dandim 0420/Sarko Sebut Sudah 112 Hektare Lahan di Sarolangun Terbakar
• Tak Hanya ATM, Komplotan Pencuri Juga Gasak Barang di Alfamart Senilai Rp 25 Juta
• Keluhkan Buruknya Kondisi Ekonomi, Ini Cara Sandiaga Uno Agar UMKM Masih Berdaya di Tengah Pandemi
• Kecelakaan Beruntun di Tol Banyumanik-Gayamsari Semarang, Saksi Lihat Sopir Terjepit
"Sebaiknya Trans Kota Jambi ini menyesuaikan dengan keadaan masyarakat di Kota Jambi. Misalnya, kalau ketemu Trans Kota Jambi bisa seperti angkot. Bisa dipesan melalui online, juga bisa langsung," harapnya.
Lebih lanjut, untuk rute dan pembayaran juga menjadi kendala, karena masyarakat mesti mendebit saldo sebelum menggunakan Koja Trans melalui kartu flazz.
"Harusnya lebih fleksibel, disesuaikan dengan keadaan di Kota Jambi, karena di Kota Jambi ini beda situasinya dengan kota besar. Bertransformasi butuh tahapan," katanya.
Terkait bus tersebut tidak beroperasi sementara, dia mengaku tidak memberi banyak pengaruh ke masyarakat.
Apa lagi, saat ini di Jambi juga ada transportasi berbasis online.
Warga lain, Yuni juga menilai hanya sebagian masyarakat saja yang merasakan hadirnya Trans Koja.
Dari yang dia lihat, capsule bus tersebut lebih sering digunakan untuk mengangkut anak sekolah, atau dimanfaatkan untuk transportasi menuju objek wisata keluarga.
Tapi dari segi fasilitas, dia mengakui Koja Trans sudah bagus. "Sudah ada WiFi dan ada AC-nya," selanya.
Selain itu, capsule bus Koja Trans berkapasitas 13 kursi penumpang ini juga dilengkapi berbagai fasilitas. Mulai dari CCTV, free Wi-Fi, USB charger, bangku prioritas untuk penumpang dengan kondisi khusus, hingga multimedia.
Selain itu, Trans Koja juga dilengkapi peta yang disesuaikan dengan koridor bus yang tersedia.
Hanya saja, itu belum menjangkau masyarakat.
Dia bilang, sebagian masyarakat di Kota Jambi masih memilih angkutan kota dan ojek, atau sebagian beralih ke transportasi berbasis online dengan prosedur yang lebih simpel. (are)