Dua Desa Harus Melewati Jembatan Bambu Setinggi 6 Meter Agar Bisa Terhubung

Warga, ketika melewati jembatan tersebut, harus berhati-hati, pelan-pelan dan fokus, karena jika banyak gerak bakal jatuh ke sungai.

Editor: Muuhammad Ferry Fadly
ist
Suasana warga Jojjolo, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, melewati jembatan bambu. 

TRIBUNJAMBI.COM - Warga berinisiatif membuat jembatan gantung dari bambu dengan dana swadaya.

Warga Desa Bontominasa dan Desa Jojjolo, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, terpaksa setiap hari bertaruh nyawa menyeberangi jembatan darurat untuk menjalankan aktivitas mereka sehari-hari.

Warga, ketika melewati jembatan tersebut, harus berhati-hati, pelan-pelan dan fokus, karena jika banyak gerak bakal jatuh ke sungai.

Semangat Belajar Meski Dengan Kondisi yang Seadanya, Kisah Pilu Pendidikan Di Kawasan Terpencil

31 Peserta CPNS Sarolangun Ikut Tes SKB di Daerah Asal Masing-masing, Bukan di Kota Jambi

Heboh Pendaki Temukan Tank MBT Penuh Amunisi di Bukit Golan Israel,

Jembatan bambu itu memiliki panjang 25 meter dan tinggi enam meter dari permukaan air.

Salah satu warga Jojjolo, Rosma (50), mengatakan, jembatan bambu hanya bisa digunakan warga untuk jalan kaki ketika pergi ke kebun, dan dipakai pelajar SD yang akan berangkat sekolah di Bontominasa.

"Sedangkan kendaraan bermotor, baik sepeda motor apalagi mobil, tidak bisa melintas," kata Rosma saat ditemui Kompas.com, Kamis (27/8/2020).

Pada musim hujan dan banjir, lanjut Rosma, aktivitas warga menjadi lumpuh. Apalagi ketika air sungai meluap hingga masuk ke dapur rumah di sekitarnya.

"Air sering masuk ke rumah hingga masuk ke dapur. Sawah di depan rumah juga jadi imbasnya. Selain itu, anak saya yang sekolah di SD Negeri 280 Bontominasa tidak berangkat ke sekolah," tuturnya.

Selain itu, suami Rosma meninggal dunia karena tidak bisa rutin kontrol ke RSUD Bulukumba karena jembatan tak bisa diakses.

"Suami saya, setelah dioperasi harus kontrol tiga kali sepekan ke RSUD Bulukumba, tapi meninggal dunia karena tidak bisa jalan melewati jembatan. Mau dibawa pergi tidak bisa karena mobil tidak sampai ke rumah," ungkapnya.

Rosma mengatakan, pada tahun 2019, pernah ada tamu mau menyambangi rumah Rosma, pas melewati jembatan itu jatuh lalu hanyut. Beruntung saat itu banyak warga sehingga korban segera ditolong.

Rosma berharap agar pemerintah memperhatikan kesulitan warga dengan membangun jembatan permanen di daerah itu.

Dihubungi terpisah, Kades Bontominasa Lukman (34) menuturkan, jembatan bambu itu bukan kewenangan pemerintah desa untuk menganggarkan, melainkan otoritas pemerintah kabupaten.

"Tinggal kita membangun komunikasi dengan Pemda Bulukumba dengan diusulkan di musrembang. Agar pemda bisa menjadikan program prioritas dengan melibatkan anggota DPRD dari dapil 3 Bulukumpa Rilau Ale, untuk mengawal saat pembahasan," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bulukumba, Rudy Ramlan mengaku baru mengetahui bahwa ada jembatan bambu di daerah tersebut.

sso.bpjsketenagakerjaan.go.id - Cek Kepesertaan, Jutaan Rekening Pekerja di Bank Swasta Cair

Debat Panas Rocky Gerung vs Staf Kominfo, Dikatai Otak Besar Dibalas Gelar Profesor Asli Gak Tuh

Pangdam Jaya Akui Oknum TNI, Jiwa Korsa yang Tidak Terkendali, Polsek Ciracas & Salah Info

"Saya baru tahu ini. Insya Allah dalam waktu dekat saya akan tinjau ke lokasi," katanya.

Sumber :  Tribunnews.com  https://www.tribunnews.com/regional/2020/08/30/warga-2-desa-di-sulawesi-setiap-hari-bertaruh-nyawa-seberangi-jembatan-bambu?page=all.


Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved