Indonesia Negeri Tempe dan Tahu, Ironi Kini Impor Kedelai, Jaman Soeharto Bisa Swasembada

Kedelai jadi bahan baku bagi tempe dan tahu, dua makanan yang sangat lazim disantap masyarakat Tanah Air.

Editor: Nani Rachmaini
Thinkstock
Ilustrasi. Tempe 

Produktivitas di AS lebih tinggi lantaran tanaman kedelai mendapatkan penyinaran matahari sekitar 16 jam, sedangkan Indonesia berkisar 12 jam.

Made memperkirakan, rata-rata impor kedelai Indonesia mencapai 2 juta-2,5 juta ton per tahun.

Dari total volume impor itu, sekitar 70 persen di antaranya dialokasikan untuk produksi tempe, 25 persen untuk produksi tahu, dan sisanya untuk produk lain.

Wanita Usia 65 Tahun Melahirkan 8 Bayi Dalam 14 Bulan, Bukan Kembar, Fakta Mengejutkan Terungkap

Sementara itu, rata-rata kebutuhan kedelai di Indonesia mencapai 2,8 juta ton per tahun.

Indonesia sebenarnya pernah mengalami swasembada kedelai pada tahun 1992 atau era Presiden Soeharto.

Saat itu produksi kedelai dalam negeri mencapai 1,8 juta ton.

Sementara, saat ini produksi kedelai menyusut drastis tinggal di bawah 800.000 ton per tahun dengan kebutuhan nasional sebesar 2,5 juta ton, terbanyak untuk diserap industri tahu dan tempe.

Dalam nota keuangan tahun anggaran 2021, pemerintah menargetkan produksi kedelai 420.000 ton pada tahun 2021.

Akui Pemerintah Gamang Tangani Pandemi Covid-19, Mahfud MD: Kebijakan Berulang Kali Berubah

Pada tahun ini, produksi diperkirakan berkisar 320.000 ton atau lebih rendah dibandingkan produksi tahun 2019 yang mencapai 420.000 ton.

Kedelai lokal unggul dari impor dalam hal bahan baku pembuatan tahu.

Rasa tahu lebih lezat, rendemennya pun lebih tingi, dan resiko terhadap kesehatan cukup rendah karena bukan benih transgenik.

Sementara kedelai impor sebaliknya. Sekalipun unggul sebagai bahan baku tahu, kedelai lokal punya kelemahan untuk bahan baku tempe.

Perang Nuklir di Ambang Mata? Pakistan Ancam India dengan Nuklir Jika Nekat Lakukan Ini

Penyebabnya, ukuran kecil atau tidak seragam dan kurang bersih, kulit ari kacang sulit terkelupas saat proses pencucian kedelai, proses peragiannya pun lebih lama.

Lalu setelah terbentuk tempe, proses pengukusan lebih lama embuknya. Bahkan bisa kurang empuk.

Dalam hal budidaya kedelai baik lokal maupun impor punya kelebihan masing-masing.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved