Perjanjian Israel dan Uni Emirat Arab (UEA) tak Mempengaruhi Dukungan Indonesia pada Palestina

Perjanjian Israel dan Uni Arab Emirate (UEA) tak mengubah dukungan Indonesia terhadap Palestina.

Editor: Heri Prihartono
KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG
Umat Islam mengibarkan bendera Palestina saat mengikuti aksi Solidaritas Baitul Maqdis di lapangan Monumen Nasional, Jakarta Pusat, Jumat (11/5/2018). Aksi solidaritas Baitul Maqdis digelar untuk menyoroti konflik antara Palestina dan Israel yang berakar pada perebutan bangunan suci atau Baitul Maqdis dan menolak keputusan pemerintah Amerika Serikat yang memindahkan Kantor Kedutaaan Besar AS untuk Israel ke Yerusalem. 

TRIBUNJAMBI.COM - Perjanjian Israel dan Uni Arab Emirate (UEA) tak mengubah dukungan Indonesia terhadap Palestina.

Indonesia tetap akan terus mendukung perjuangan rakyat Palestina.

Indonesia menegaskan dukungannya pada perjuangan Palestina dan mendukung Yarusalem Timur sebagai ibukota Palestina.

Tersiar Kabar 18 Menteri Bakal Direshuffle, Begini Nasib Menhan Prabowo dan Menteri Nadiem Makarim

Hal ini ditegaskan oleh Dubes Indonesia untuk Yordania dan Palestina, Andy Rachmianto pada diskusi daring yang mengangkat tema 'Pergeseran Geopolitik di kawasan Timur Tengah pasca perjanjian Israel dan UAE'.

VIRAL Isu 18 MenterI Bakal Diganti, Istana Beri Jawaban, Mensesneg : Itu Tidak Benar

Misteri Mawar Biru di Tangan Cut Syifa, Lagi-lagi Kepergok Ketahuan Bareng dengan Rangga Azof

Andy mengatakan Indonesia akan selalu mengangkat isu Palestina di Dewan Keamanan (DK) PBB.

Contohnya pada bulan Mei 2019 saat menjadi presidensi (keketuaan) di DK PB, Indonesia memprakarsai pertemuan yang mengangkat aspek hukum dan kemanusiaan di Palestina, khususnya terkait dengan pemukiman ilegal Israel.

Bukan Wanita Sembarangan, Franka Franklin Istri Nadiem Makarim Punya Sederet Jabatan Mentereng

"Pada bulan Februari Indonesia juga memprakarsai pertemuan khusus DK PBB untuk mendengar langsung pernyataan dan sikap Presiden Palestina Mahmoud Abbas terhadap proposal Deal of Century," kata Andy

Kepada media PM Netanyahu mengatakan normalisasi dengan UAE tidak membatalkan, tapi hanya menunda aneksasi terhadap Palestina.

Jika Kebijakan UAE akan diikuti negara Arab lain maka ini jadi insentif bagi rencana Israel menganeksasi wilayah Palestina.

"Sebagian beranggapan normalisasi atau kesepakatan yang diinisiasi Amerika Serikat (AS) tersebut seperti semacam upaya pengalihan isu menjelang Pemilu AS di bulan November yang akan datang," kata Dubes RI.

Ada juga yang berpandangan kesepakatan UEA -Israel pada prinsipnya tidka bisa dinyatakan sebagai perjanjian perdamaian antara Mesir - Israel, maupun Yordania - Israel beberapa tahun lalu.

Karena faktanya UEA dan Israel tidak pernah berperang dan menjalin hubungan tidak resmi di belakang layar dan dan ditingkatkan menjadi hubungan yang normal.

Dubes Andy mengatakan Timur Tengah sebagai kawasan yang dinamis tidak pernah sepi dari konflik dan krisis.

"Sejak awal kawasan Timur Tengah selalu dijadikan ajang perebutan oleh negara besar untuk kepentingan strategis seperti penguasaan jalur pelayaran dan transportasi laut, serta untuk peningkatan ekonomi, khususnya penguatan energi minyak dan gas alam," katanya.

Meskipun rencana aneksasi tanggal 1 Juli lalu tertunda, karena tekanan internasional yang besar dan tentangan di dalam negeri Israel sendiri akibat pandemi Covid-19.

Menurut Dubes, masyarakat internasional tidak boleh lengah, karena cepat atau lambat aneksasi tetap akan dilakukan Israel.

"Aneksasi harus kita tolak karena merupakan pelanggaran International termasuk pelanggaran resolusi DK PBB," kata Andy .

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved