Berita Eksklusif Tribun Jambi
Imbas Kurangnya Pabrik Kelapa Sawit Tauke Kejar Harga Tertinggi
Ia menyebut ada kalanya harga beli pada pabrik di sana jauh dibanding harga pada pabrik di kabupaten lain.
Provinsi Jambi masih kekurangan pabrik kelapa sawit (PKS). Imbasnya, tak sedikit tauke sawit meraup untung tinggi
TRIBUNJAMBI.COM - Perbedaan harga yang cukup signifikan antar pabrik kelapa sawit di Jambi sering terjadi.
Bahkan ada kalanya selisih harga mencapai Rp300 per kilogram.
Tauke sawit yang mengumpulkan sawit dari petani untuk dijual ke pabrik kelapa sawit selalu memantau perkembangannya.
Mereka sawit akan membawa tandan buah segar atau TBS ke pabrik yang membeli dengan harga tiggi, walau harus menempuh perjalanan yang lebih jauh.
Seperti yang diungkapkan BS, seorang tauke sawit di Sungai Bahar, Muarojambi.
Dia mengaku tak jarang membawa TBS dari Sungai Bahar ke Batanghari maupun ke Tanjung Jabung Barat.
Di Sungai Bahar terdapat beberapa pabrik kelapa sawit.
Ia menyebut ada kalanya harga beli pada pabrik di sana jauh dibanding harga pada pabrik di kabupaten lain.
"Kalau selisihnya tinggi, kami bawa ke luar daerah," ungkapnya.
BS menyebut ada kalanya selisih harga itu sampai Rp 300 per kilogram. Satu kali angkut mereka bisa membawa hingga 10 ton.
"Jadi kalau bawa 10 ton, dengan selisih Rp300, sudah dapat kita margin Rp3 juta. Kalau bawa ke luar daerah memang akan ada tambahan pengeluaran untuk minyak dan sopir, tapi itu tidak sampai Rp700 ribu," ungkapnya.
Namun tidak semua pabrik yang menawarkan harga tinggi bisa dia masuki. Sebab setiap yang mau memasukkan TBS ke pabrik harus punya delivery order (DO).
"Kalau kita tidak pegang DO dari pabrik, kita tidak bisa jual ke pabrik itu," ungkapnya. Untuk bisa punya DO ini, ia bilang harus memiliki kenalan 'orang dalam' pabrik.
Menurut dia, terjadinya disparitas harga yang tinggi ini tak terlepas dari makin banyaknya buah sawit produksi masyarakat.
• Provinsi Jambi Masih Kekurangan Pabrik Kelapa Sawit
• Saksi Baru Kasus Joko Tjandra, Antasari Azhari Diperiksa, Peran di Tahun 1999 Dibongkar KPK
• Curhatan PSK, Rela Layani lelaki Hidung Belang Seumuran Ayahnya, Untuk Beli Obat Sang Ibu
• Meski Ditempeleng Anggota TNI, Intel Kopassus Ini Tetap Bungkam
Apalagi kelapa sawit yang ditanam di kawasan hutan juga sudah banyak yang produksi.
Di sisi lain pabrik yang ada jumlahnya tidak berubah.
"Kalau analisa kami, karena tidak tertampung lagi semua di pabrik di sini, jadi harganya akhirnya menjadi lebih murah. Biasanya lebih rendah sedikit dari harga ketentuan pemerintah," ungkapnya.
Provinsi Jambi masih kekurangan pabrik kelapa sawit (PKS).
Imbasnya, tak sedikit tauke sawit meraup untung tinggi karena mereka rela membawa tandan buah segar (TBS) ke pabrik yang membeli dengan harga tinggi.
Dilihat dari luas lahan perkebunan sawit saat ini, Provinsi Jambi masih membutuhkan sekitar 20 pabrik kelapa sawit atau PKS untuk untuk menampung produksi 2 tahun ke depan.
Jumlah PKS yang ada di Provinsi Jambi kini sebanyak 79 unit. Dengan kapasitas masing-masing pabrik rata-rata 60 ton per jam, atau membutuhkan sekitar 12.000 hektare kebun sawit.
Sedangkan, luas lahan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Jambi berjumlah 1.134.640 hektare di luar kawasan konservasi.
Dengan kemampuan produksi kelapa sawit di Provinsi Jambi saat ini masih rata-rata 1 - 1,5 ton per hektare per bulan.
"Kalau dihutung dari luas lahan, masih dibutuhkan sekitar 20 pabrik lagi. Kenapa saat ini masih bisa tertampung, karena saat ini kelapa sawit masih trek dan banyak replanting. Namun dua tahun ke depan setelah berbuah kembali, produksi akan melimpah, bisa dua kali lipat," kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, Agusrizal, belum lama ini.