Benarkah Bisa Bawa Sial? Ini Mitos 4 Pantangan yang Tak Boleh Dikerjakan di Bulan Suro

1 Muharram 1442 H akan jatuh pada 20 Agustus 2020. Tak seperti peringatan tahun baru masehi yang dimulai pada tengah malam yakni mulai pukul 00.00, b

Editor: rida
ist
Malam 1 Suro 

TRIBUNJAMBI.COM - 1 Muharram 1442 H akan jatuh pada 20 Agustus 2020.

Sampai Syok, Wanita Ini Direkam Teman Suami di Kamar Mandi, Benda Ini Ungkap Hal Menjijikkan

Terang-terangan Siap Hadapi China, Taiwan Borong 66 Jet Tempur F-16, Gelar Uji Coba Penembakan Rudal

Kisah Kopassus Vs PGRS, Sintong Tugaskan Hendropriyono Memburu Sosok Penembak Anggota Kopassandha

Tak seperti peringatan tahun baru masehi yang dimulai pada tengah malam yakni mulai pukul 00.00, bergantinya hari di penanggalan hijriah dimulai sesudah terbenamnya matahari dan terbitnya bulan.

Bulan Muharram bagi masyarakat Jawa dikenal juga sebagai bulan Suro.

Pada beberapa kalangan masyarakat Jawa, bulan Suro (atau dalam penanggalan Islam disebut Muharram) dianggap salah satu bulan yang dikeramatkan.

Suro merupakan satu diantara bulan dalam penanggalan Jawa yang diciptakan oleh Sultan Agung, raja Mataram pada abad ke-16 M, berdasarkan kalender Hijriah.

Alyssa Daguise Syok Saat Tahu Al Ghazali Pernah Hampir Dilecehkan Guru Lesnya: Badan Diendus-endus!

Peristiwa Penting Sebelum Proklamasi Indonesia, Pemuda Culik Soekarno Hatta dan Lakukan Hal Ini

Konflik Golkar Memanas, Ivan Wirata: Saya Ditunjuk Jadi Plt Karena Nawawi Tak Mampu Laksanakan Musda

1 Suro selalu bertepatan dengan 1 Muharam, menandai tahun baru Hijriyah.

Malam 1 Suro oleh masyarakat zaman dulu dianggap bernuansa mistis.

Konon para makhluk astral banyak berkeliaran pada malam 1 Suro.

Karena bernuansa keramat itulah banyak dilakukan ritual ketika malam 1 Suro, seperti jamasan pusaka atau membersihkan benda-benda pusaka, mandi kembang setaman, kungkum (berendam), tapa bisu ziarah, dan lainnya.

Selain melakukan ritual-ritual tersebut, Bulan Suro dipercayai orang Jawa tak diperbolehkan melakukan terkait dengan pesta atau perayaan karena diyakini membawa sial.

Baca: Selain Puasa Ini Daftar Amalan Sunnah Bulan Muharram, Selamat Tahun Baru Islam 1440 H

Akhir Kisah Asmara Didi Riyadi dan Ayu Ting Ting, Sang Drummer Ungkap Kekecewaan pada Ibu Bilqis!

Rayakan HUT RI Ke-75, Bank Jambi Gelar Senam dan Lomba, Tetap Mematuhi Protokol Covid-19

Malang Nasib Anak Ahok Veronica Tan, Diduga Terdampak Pandemi Covid-19 Harus Terima Kenyataan Pahit

5 Gejala Diabetes - Kerap Haus, Urine Keruh hingga Mudah Lapar

Beberapa pantangan hajatan yang dilakukan di Bulan Suro yakni
- Pesta pernikahan

- Pindah rumah

- Hajatan lain

- Bepergian jauh

Pernikahan misalnya beberapa masyarakat Jawa pantang untuk melakukannya.

Mereka menganggap jika hal ini dilanggar akan ada nasib buruk di waktu mendatang.

Lalu, bagaimana kepercayaan tentang pantangan menikah di bulan Suro ini bermula?

Soal pantangan menikah di bulan Suro, pengamat budaya Jawa, Han Gagas, memberi keterangannya sperti dikutip dari Intisari.

Melalui WhatsApp Han Gagas menjelaskan, menurut kepercayaan Hindu, dikisahkan Suro dikuasai Batara Kala.

Suro adalah penguasa waktu yang menjalankan hukum karma atau sebab akibat.

"Suro, dewanya Batara Kala, yang suka makan manusia, dalam arti nasibnya. Sehingga buruk nasibnya," kata Han Gagas.

"Untuk itu, hal tersebut harus dihindari agar auranya menjadi baik," tambahnya.

Dijelaskan bahwa Suro suka makan manusia (dalam arti nasib), sehingga dipercaya apabila menyelenggarakan hajatan di bulan Suro akan menghadapi nasib yang buruk.

Akan lebih baik jika hajatan di bulan Suro tersebut dihindari agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

Han Gagas menambahkan bahwa pantangan itu bukan hanya pernikahan, tetapi juga hajatan lain termasuk pendirian rumah, sunatan, pindah rumah dan lainnya.

Menikah di bulan Suro memang sebuah pantangan untuk menghindari nasib buruk, namun bukan berarti menggelar resepsi pernikahan di bulan ini juga dilarang.

Baca: Jadwal Puasa Tasua, Asyura dan Puasa Sunnah Bulan Muharram 1440 H, Lafal Niat, Arti & Keutamaannya

Han Gagas mengatakan, "Tetapi, kalau nikah ijab kobul sebelum Suro, lalu pesta resepsi syukuran bulan Suro bisa."

Tak melulu dikaitkan pada kepercayaan Hindu, namun ada maksud lain di balik pantangan menikah di bulan Suro.

Han Gagas berkata, "Budaya Suro bisa dianggap bulan spiritual sehingga waktunya untuk ibadah dan membersihkan dari sifat, sikap, watak nafsu angkara, aluamah, sufiyah, mutmainah, dan bisa dianggap sebagai bulan rehat dan refleksi renungan, bukan untuk membuat hajat yang berdampak pada pengeluaran keuangan terlalu banyak.

Hal ini tentu bermakna bahwa di bulan spiritual ini, alangkah lebih baik jika menggunakannya untuk beribadah, untuk merehatkan diri dari hingar-bingar dunia, bahkan untuk merenungkan kehidupan agar berjalan lebih baik.

Sedangkan, jika hajatan pernikahan atau hajatan lain digelar, masyarakat akan cenderung mengeluarkan biaya yang banyak untuk hajatan tersebut.

Hal ini tentu membuat bulan spiritual tidak dimanfaatkan dengan maksimal karena kesempatan untuk beribadah dan renungan berkurang atau malah hilang sama sekali berganti dengan pesta hajatan.

Selain dari segi spiritual, pantangan menikah di bulan Suro bisa pula dikaitkan dari segi sosial dan ekonomi.

Bukan Bulan Menakutkan

Menurut KH Bukhari Masruri Bulan Muharam atau bulan Suro dalam istilah Jawa bukanlah bulan yang menakutkan.

Ketua PWNU Jawa Tengah periode 1985-1995 itu mengatakan sebaliknya, bahwa bulan Muharam itu memiliki banyak keutamaan dan penuh dengan keistimewaan.

“Masyarakat memandang bulan muharam sebagai bulan ketakutan. Padahal muharam itu bulan yang penuh dengan keberkahan,” katanya.

Baca: Lengkap! Kumpulan Ucapan & Doa Tahun Baru Islam 2018, 1 Muharram 1440 H Beserta Artinya

"Orang Jawa perlu let (jeda), termasuk kondisi keuangan. Jika terlalu banyak hajatan yang kudu nyumbang nanti kasihan bisa buat banyak yang marah atau terlalu ngoyo kerja buat nyumbang, itu bisa buat aura negatif. Ini versi yang modern ke manajemen uang," tambahnya.

Dalam masyakarakat Jawa, menikah bisa dilakukan sepanjang tahun, kecuali pantangan pada bulan Suro.

Baca Doa Akhir Tahun dan Awal Tahun

KH Sholeh Darat menyebutkan dalam kitab Lathaifut Thaharah wa Asrarus Shalah tentang kemuliaan bulan Muharram:

“Bahwa awal Muharram itu adalah tahun barunya seluruh umat Islam. Adapun tanggal 10 Muharram adalah “Hari Raya”yang digunakan untuk bergembira dengan shadaqah.

Hari raya ini adalah untuk mensyukuri nikmat Allah, bukan hari raya dengan shalat.

Tetap hari raya dengan pakaian rapi dan memberikan makanan kepada para faqir.

Dalam menyambut tahun baru ini, maka umat Islam diminta untuk membaca doa akhir tahun pada tanggal 30 Dzulhijjah saat akhir shalat ashar sebanyak tiga kali. Bacaan doa akhir tahun adalah begini:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. اَللّهُمَّ مَا عَمِلْتُ فِي هٰذِهِ السَّنَةِ مِمَّا نَهَيْتَنِي عَنْهُ فَلَمْ أَتُبْ مِنْهُ وَلَمْ تَرْضَهُ وَلَمْ تَنْسَهُ وَحَلِمْتَ عَلَيَّ بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوْبَتِي وَدَعَوْتَنِي إِلَى التَّوْبَةِ مِنْهُ بَعْدَ جُرْأتِي عَلَى مَعْصِيَتِكَ فَإِنِّي أَسْتَغْفِرُكَ، فَاغْفِرْلِي وَمَا عَمِلْتُ فِيْهَا مِمَّا تَرْضَاهُ وَوَعَدْتَنِي عَلَيْهِ الثَّوَابَ فَأَسْأَلُكَ اَللّهُمَّ يَا كَرِيْمُ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ أَنْ تَتَقَبَّلَهُ مِنِّي وَلاَ تَقْطَعْرَجَائِي مِنْكَ يَا كَرِيْمُ.وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

KH Sholeh Darat menjelaskan bahwa siapa saja yang membaca doa akhir tahun ini tidak akan digoda oleh syetan dalam tahun itu. Syetan hanya bisa merusak manusia dalam waktu satu jam. Itupun semua dosa selama setahun telah diampuni oleh Allah karena membaca doa ini. “Maka seyogyanya bagi orang beriman, jangan lupa membaca doa ini saat akhir tahun” tegas KH Sholeh Darat.

Selain membaca doa akhir tahun, umat Islam juga diminta untuk membaca tiga kali doa awal tahun setelah shalat maghrib pada awal bulan Muharram. Bacaan doa awal tahun adalah sebagai berikut:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. اَللّهُمَّ أَنْتَ اْلأَبَدِيُّ اْلقَدِيْمُ اْلاَوَّلُ وَعَلَى فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ وَجُوْدِكَ الْمُعَوَّلِ وَهٰذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ أَقْبَلَ نَسْأَلُكَ الْعِصْمَةَ فِيْهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَأَوْلِيَاءِهِ وَجُنُوْدِهِ وَالْعَوْنَ عَلَى هٰذِهِ النَّفْسِ اْلأَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ وَاْلإِشْتِغَالَ بِمَا يُقَرِّبُنِي إِلَيْكَ زُلْفٰى يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ. يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا ومولانا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَاصْحَابِهِ وَسَلَّم.

Doa awal tahun ini ketika dibaca, akan membuat umat Islam terlindungi dari godaan syetan.

KH Sholeh Darat menjelaskan: “Barangsiapa membaca doa ini tiga kali di awal bulan Muharram setelah shalat maghrib, maka sesungguhnya syetan itu mengucapkan bahwa anak Adam ini sudah aman dalam sisa umurnya selama tahun itu. Sebab Allah Swt memberikan asisten berupa dua Malaikat untuk menjaganya agar tidak digoda syetan”.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved