10 Pemain Positif Covid-19, Laga Goias vs Sao Paulo di Liga Brasil Ditunda jelang Pertandingan

Liga Brasil atau Campeonato Brasileiro Série A tertunda antaran ada pemain terjangkit virus corona.

Editor: Heri Prihartono
EVARISTO SA AFP via France24.com
Seorang veteran Perang Dunia II di Brasil berusia 99 tahun berhasil sembuh dari virus corona. 

TRIBUNJAMBI.COMLiga Brasil atau Campeonato Brasileiro Série A yang mempertemukan Goias melawan Sao Paulo  tertunda antaran ada pemain terjangkit virus corona.

Tak sedikit, setidaknya tercatat 10 pemain Goias yang dinyatakan positif Covid-19.

Dikutip BolaSport.com dari Cbf.com.br, penundaan tersebut berdasarkan keputusan Pengadilan Tinggi Olahraga Sepak Bola kepada Konfederasi Sepak Bola Brasil (CBF).

"Penundaan pertandingan ditentukan segera setelah hasil tes kontrol yang diminta oleh Goiás tiba," tulis pernyataan seperti dilansir BolaSport dari halaman federasi.

"Kontrol tersebut mengonfirmasi kontaminasi atlet yang telah terdeteksi dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh Rumah Sakit Albert Einstein."

 Liga Brasil sendiri baru dilanjutkan kembali pada Sabtu (8/8/2020) kemarin.

Negeri Samba turut terimbas dampak pandemi  yang membuat kompetisi tertunda selama tiga bulan.

VIRAL Bocah Mirip Rafathar, Warganet Bandingkan dengan Putra Raffi Ahmad

Di bawah protokol baru yang diterapkan oleh CBF, semua pemain diharuskan menjalani dites kurang dari 72 jam sebelum setiap pertandingan.

Pada hari yang sama, kasus infeksi virus corona di Brasil menembus mencapai 100.000 angka kematian.

BPBD Tanjabbar Dirikan Posko Karhutla di Kecamatan Betara

Sampai hari ini, Senin (10/8/2020), korban meninggal dunia terus meningkat hingga 101.136.

Kematian Melonjak Drastis

 Kasus kematian akibat Covid-19 di Brasil diperkirakan mencapai 100.000 kematian.

Dilansir dari Reuters, Sabtu (8/8/2020) angka itu kemungkinan akan terus meningkat mengingat sebagian besar kota di Brasil membuka kembali toko dan tempat makan meskipun pandemi virus corona belum mencapai puncak.

Brasil melaporkan kasus pertama virus corona baru pada akhir Februari. Dalam waktu tiga bulan sejak kasus pertama diumumkan, virus corona telah membunuh 50.000 orang dan membunuh 50.000 orang lagi 50 hari berikutnya.

“Kita harus hidup dalam keputusasaan, karena ini adalah tragedi seperti perang dunia. Tetapi Brasil berada di bawah pengaruh bius kolektif,” kata Jose Davi Urbaez, anggota senior dari Infectious Diseases Society.

Dia dan pakar kesehatan masyarakat lainnya telah memperingatkan bahwa Brasil masih belum memiliki rencana terkoordinasi untuk memerangi pandemi virus corona. Itu karena banyak pejabat berfokus pada "pembukaan kembali” yang kemungkinan akan semakin meningkatkan penyebaran virus corona dan memperburuk wabah Covid-19.

Maurizio Sarri Dipecat, Andrea Pirlo Resmi Diperkenalkan Sebagai Pelatih Anyar Juventus

Dua menteri kesehatan Brasil bahkan mengundurkan diri karena berbeda pendapat dengan Bolsonaro. Penggantinya adalah seorang jenderal militer yang telah meninggalkan seruan untuk menjaga jarak.

Padahal menurut ahli, aturan jaga jarak sangatlah penting. Namun Bolsonaro menolak pendapat para ahli. Bolsonaro bahkan yang menyebut Covid-19 sebagai flu ringan.

Dia mengatakan bahwa dia sembuh dari infeksi virus corona berkat hydroxychloroquine, obat anti-malaria yang belum terbukti melawan virus corona. “Kami tidak tahu di mana itu (kematina) akan berhenti, mungkin pada 150.000 atau 200.000 kematian,” kata Kepala Departemen Penyakit Menular di Sao Paulo State University Alexandre Naime.

Dia menambahkan hanya bisa berpasrah atas penanganan pandemi virus corona di Brasil.

Dia mengatakan satu-satunya perbandingan yang paling mungkin atas wabah virus corona adalah penyakit yang dibawa oleh penjajah, seperti cacar.

Penyakit cacar menghancurkan populasi asli Amerika ketika orang-orang Eropa pertama kali tiba di benua tersebut. Sementara sejarah itu sudah lama berlalu, Urbaez mengatakan Brasil hari ini tampaknya sama-sama pasrah dengan kematian akibat Covid-19 yang akan datang. (*)

Hutan Hujan Amazone Bisa Jadi Pusat Pandemi Virus Selanjutnya

 Seorang ahli ekologi asal Brasil David Lapola, mengatakan bahwa pandemi berikutnya bisa berasal dari hutan hujan Amazon.

Menurutnya, meluasnya gangguan manusia pada hewan di sana disebabkan oleh deforestasi yang merajalela.

Sebelumnya, para peneliti telah mengatakan bahwa ‘urbanisasi’ pada alam liar berkontribusi terhadap timbulnya penyakit zoonosis yang berpindah dari hewan ke manusia.

Ini termasuk virus corona baru yang diyakini peneliti berasal dari kelelawar sebelum menular ke orang-orang di provinsi Hubei, Tiongkok.

Rumah Mewah Shah Rukh Khan Seharga Rp 694 Miliar yang Bernuansa Eropa

Walaupun 27 Tahun Di Hutan, Pria Ini Tak Pernah Putus Hubungan dengan Modernitas

Lapola, yang mempelajari bagaimana aktivitas manusia dapat mengubah ekosistem hutan tropis di masa depan, mengatakan bahwa hal sama sedang terjadi di Amazon.

“Amazon merupakan tempat penyimpanan virus terbesar. Sebaiknya kita jangan main-main,” kata Lapola kepada AFP.

Kini, hutan hujan terbesar di dunia tersebut, semakin menghilang dengan kecepatan yang mengkhawatirkan.

Tahun lalu, deforestasi hutan Amazon di Brasil meningkat 85%--kehilangan area lebih dari 10 ribu kilometer persegi (setara dengan luas Lebanon).

Jackie Chan Dikabarkan Kena Covid-19, Padahal Begini Kondisi Sebenarnya

Lagi, Ilmuwan Temukan 6 Virus Corona Baru Pada Kelelawar Bebas di Myanmar

Tren ini berlanjut hingga 2020. Mulai Januari hingga April, diketahui sekitar 1.202 kilometer persegi wilayah hutan telah musnah, menciptakan rekor terbaru, berdasarkan gambar satelit dari National Space Research Institute (INPE) Brasil.

Lapola menambahkan, ini merupakan kabar buruk, tidak hanya bagi planet tapi juga kesehatan manusia.

“Ketika Anda menciptakan ketidakseimbangan ekologis, saat itulah virus dapat melompat dari hewan ke manusia,” ungkap pria yang memiliki gelar PhD pada sistem modeling Bumi dari Max Planck Institute.

HIV, ebola dan demam berdarah

Contoh nyatanya terlihat pada HIV, ebola dan demam berdarah. “Semua virus yang muncul atau menyebar dalam skala besar, disebabkan oleh ketidakseimbangan ekologi,” kata Lapola.

Sejauh ini, wabah semacam itu terkonsentrasi pada Asia Selatan dan Afrika, beberapa terkait dengan spesies tertentu seperti kelelawar.

Lapola mengungkapkan bahwa keanekaragaman hayati di Amazon dapat membuat area ini menjadi “pusat virus corona terbesar di dunia”—merujuk pada semua jenis virus corona, bukan yang hanya terkait dengan Covid-19.

Taruhan Nyawa dan Cuma Dibayar Rp 750 Ribu, 60 Tenaga Medis Ini Gelar Aksi Protes, Begini kata RS

Kakek Berusia 100 Tahun di Sulteng yang Sempat Hilang Dua Hari di dalam Hutan, Ditemukan Selamat

Oleh sebab itu, menjaga hutan Amazon sangat penting. Kenaikan angka deforestasi akibat aksi petani ilegal, penambang dan penebang, perlu diperhatikan.

“Saya berharap kebijakan selanjutnya lebih memperhatikan dan melindungi harta karun biologis terbesar di planet ini," kata Lapola.

“Kita perlu memikirkan ulang hubungan antara masyarakat kita dengan hutan. Jika tidak, dunia mungkin akan mengalami wabah penyakit lebih banyak di kemudian hari,” pungkasnya.

Sumber : nationalgeographic

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Korban Meninggal akibat Covid-19 di Brasil Tembus 100.000, Para Ahli Putus Asa, https://jateng.tribunnews.com/2020/08/09/korban-meninggal-akibat-covid-19-di-brasil-tembus-100000-para-ahli-putus-asa.

Artikel ini telah tayang di Tribunsumsel.com dengan judul 10 Pemain Positif Covid-19, Laga Goias vs Sao Paulo di Liga Brasil Ditunda, Padahal Sudah Pemanasan, https://sumsel.tribunnews.com/2020/08/10/10-pemain-positif-covid-19-laga-goias-vs-sao-paulo-di-liga-brasil-ditunda-padahal-sudah-pemanasan.


Sumber: Tribun Sumsel
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved