VIDEO Aksi Protes Pasca Ledakan Beirut, Ratusan Massa Serbu Gedung Kementerian
Massa diperkirakan antara 5.000 hingga 10.000 berkumpul dan melangsungkan pawai di daerah paling hancur karena ledakan di pelabuhan Beirut.
Penulis: Aldino | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
TRIBUNJAMBI.COM - Pengunjuk rasa di Beirut menyerbu kantor kementerian pada Sabtu (8/8/2020).
Massa diperkirakan antara 5.000 hingga 10.000 berkumpul dan melangsungkan pawai di daerah paling hancur karena ledakan di pelabuhan Beirut.
Dalam unjuk rasa tersebut, polisi menembakkan gas air mata ke arah para demonstran yang melempar batu dan tongkat.
• Kekurangan Tenaga Pendidik, Disdik Merangin Larang Guru Ikut Pemilihan BPD
• VIDEO: Pajak Payudara di India, Makin Besar Makin Tinggi Nilai Pajak: Picu Pemberontakan Besar
• Anggaran Dipangkas Akibat Covid, PUPR Tanjabtim Tetap Upayakan Pembangunan Infrastruktur
Mengutip BBC, suara tembakan terdengar dari pusat Martyrs Square.
Polisi mengonfirmasi kepada Reuters, ada peluru tajam ditembakkan di pusat kota Beirut, meski tak jelas siapa yang menembak.
Seorang petugas polisi dipastikan tewas selama protes tersebut.
Polisi tersebut sempati dikejar para demonstran hingga akhirnya jatuh ke lift hotel.
Palam Merah setempat mengatakan, telah merawat 117 orang yang terluka di tempat kejadian, 55 lainnya dilarikan ke rumah sakit.
Selain meluapkan kemarahan di kota, pawai itu juga dimaksudkan untuk mengenang korban ledakan.
Sebelumnya diberitakan, akibat ledakan Beirut 6.000 orang dilaporkan terluka.
Kabar terbaru, sekira 300.000 orang dilaporkan kehilangan tempat tinggal.
PBB Peringatkan Kemungkinan Kekurangan Makanan
Lebih jauh, badan-badan PBB pun memperingatakan krisis kemanusiaan di Lebanon.
Termasuk kemungkinan kekurangan makanan dan ketidakmampuan untuk terus memerangi pandemi Covid-19
Pada Minggu (9/8/2020), pera pemimpin duna dijadwlakan mengambil bagian dalam konferensi donor virtual yang diselenggarakan Presiden Pranvis Emmanuel Macron.
Banyak negara mentaran bantuan untuk Lebanon, di antaranya yakni Inggris.
PM boris Johnson menyampaikan simpati terdalam Inggris kepada rakyat Lebanon kepada President Aoun, pada Sabtu (8/8/2020).
60 Orang Masih Belum Ditemukan
Kabar terakhir pascaledakan di Beirut, Lebanon, sebanyak 60 orang dilaporkan masih belum ditemukan.
Pada Selasa (4/8/2020) pukul 06.07 sore waktu setempat, ledakan besar terjadi di dekat pelabuhan Beirut, Lebanon.
Gubernur Beirut, Marwan Abboud, mengatakan ledakan tersebut telah menyebabkan kerugian yang mencapai tiga hingga lima miliar dolar Amerika, atau sekitar Rp 44,1 triliun hingga Rp 73,5 triliun.
Dikutip Tribunnews dari AlJazeera, sebanyak lebih dari 60 orang masih belum ditemukan.
Hingga Jumat (7/8/2020) waktu setempat, 150 orang lebih dinyatakan tewas akibat ledakan di Beirut.
"Jumlah korban tewas (mencapai) 154, termasuk 25 orang yang belum diidentifikasi," kata seorang pejabat Kementerian Kesehatan.
"Selain itu, kami juga belum menemukan 60 orang yang hilang," imbuhnya.
16 Orang Ditahan
Pemerintah Lebanon kini sedang melakukan penyelidikan terkait peristiwa ledakan di sekitar kawasan pelabuhan Beirut.
Dikutip Tribunnews dari Al-Jazeera, setelah beberapa hari berlalu pihak berwenang hingga kini telah memeriksa sebanyak 18 pejabat.
Orang-orang tersebut adalah pejabat pelabuhan serta orang kepabeanan.
• Mahasiswa Jambi Berkuliah di Sudan dan Mesir akan Dibantu Pemprov Jambi, Rp 760 Juta Siap Disebar
• VIDEO: Gilang Pelaku Fetish Kain Jarik Akui Punya Kelainan Sejak Kecil, Korban Mencapai 25 Orang
Mereka dinilai memiliki tanggung jawab atas pemeliharaan gudang yang menyimpan bahan mudah meledak.
Selain itu, mereka diduga terlibat di dalam pekerjaan tersebut
Hal tersebut disampaikan oleh perwakilan pemerintah di pengadilan militer, Hakim Fadi Akiki.
Dari 18 orang yang sudah diperiksa, 16 diantaranya telah ditahan sebagai bagian dari penyelidikan.
Fadi Akiki pun tidak menyebutkan nama-nama tersebut yang kini ditahan.
Meski demikian, penyelidikan terkait ledakan masih terus dilakukan.
"16 orang telah ditahan sebagai bagian dari penyelidikan," terang Fadi Akiki.
Menteri Luar Negeri, Charbel Wehbe, mengatakan pemerintah Lebanon memberikan kewenangan kepada Komite Investigasi guna melakukan penyelidikan.
Pemerintah memberikan waktu selama empat hari untuk menentukan siapa yang bertanggung jawab.