Harga Instrumen Pasar Modal di Posisi Rendah, Berikut Alternatif Investasi Obligasi Bagi Investor
Berinvestasi di pasar modal di era kebiasaan baru menjadi tantangan dan peluang bagi para pelaku pasar modal, khususnya investor.
Penulis: Fitri Amalia | Editor: Fifi Suryani
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Berinvestasi di pasar modal di era kebiasaan baru menjadi tantangan dan peluang bagi para pelaku pasar modal, khususnya investor.
Karena saat ini harga-harga instrumen pasar modal sedang berada di posisi relatif rendah dibandingkan masa prapandemi.
Investor memiliki potensial return jika membeli produk investasi ketika membeli pada harga murah (harganya turun dibanding sebelum pandemi). Investor memiliki alternatif investasi obligasi.
Kepala Bursa Efek Indonesia (BEI) Jambi, Fasha Fauziah menjelaskan obligasi merupakan surat utang yang dicatatkan di BEI.
"Jika saham merupakan bukti kepemilikan atas perusahaan, obligasi adalah bukti kepemilikan atas piutang.
Sehingga, obligasi disebut juga surat utang. Obligasi berisi janji untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi," ujarnya baru-baru ini.
Dia menyebut obligasi memiliki jangka waktu penerbitan mulai dari jangka menengah hingga jangka panjang dan dapat dipindahtangankan.
Investor yang membeli obligasi di Pasar Sekunder akan menerima kupon setiap enam bulan dan pembayaran pokok obligasi saat jatuh tempo. Harga obligasi di Pasar Sekunder bisa naik dan turun mengikuti hukum permintaan dan penjualan.
Mendekati jatuh tempo, harga obligasi akan cenderung mendekati 100 persen dari harga nominal, karena senilai itulah yang akan dibayarkan penerbit obligasi sebagai pembayaran pokok atas surat utang yang diterbitkannya.
Ada dua pilihan bagi investor yang membeli obligasi di Pasar Sekunder atau saat obligasi tersebut diterbitkan.
Pertama, memegang obligasi tersebut hingga jatuh tempo yang berarti dia akan menikmati keuntungan berupa kupon selama lima tahun, atau kedua, memperjualbelikan obligasi tersebut dengan mengharapkan imbal hasil capital gain (selisih harga beli dan jual).
"Cara membeli obligasi juga relatif mudah, investor dapat membeli obligasi secara langsung melalui perusahaan sekuritas (broker) atau bank yang menyediakan layanan pemesanan obligasi," sebutnya.
Selanjutnya, instrumen lain yang ada di pasar modal adalah reksa dana. Reksa dana adalah sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal (sebagai unit penyertaan) untuk diinvestasikan dalam berbagai saham atau instrumen investasi lainnya oleh Manajer Investasi. Nilai dari pengelolaan dana tersebut dibukukan dalam “Nilai Aktiva Bersih” (NAB) Reksa Dana.
Nilai Aktiva Bersih inilah yang digunakan sebagai indikator harga suatu Reksa Dana. Semakin meningkat NAB per Unit Penyertaan suatu Reksa Dana, maka semakin tinggi pula keuntungan investor.
Reksa dana bisa dipilih investor yang memiliki dana terbatas karena bisa dibeli relatif murah dibanding berinvestasi secara langsung pada instrumen saham dan obligasi.