Mengingat Tragedi Kudatuli, Kisruh Internal PDIP Berubah Menjadi Tragedi Berdarah
Mengingat tragedi berdarah Kudatuli, yang menyebabkan ratusan orang luka, dan puluhan menghilang.
TRIBUNJAMBI.COM
Mengingat tragedi berdarah Kudatuli, yang menyebabkan ratusan orang luka, dan puluhan menghilang.
Tragedi pernah terjadi dalam perjalanan Partai Demokrasi Indonesia (PDI).
Tepat pada hari ini, 27 Juli sekitar 24 tahun silam, peristiwa itu terjadi.
Di mana kerusuhan terjadi yang dikenal dengan "Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli" atau Kudatuli.
Kerusuhan tersebut terjadi pada 27 Juli 1996 di Kantor DPP PDI, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.
Lantas apa hubungannya dengan PDI?
Dalam perjalanannya, PDI sempat memiliki dualisme sehingga menimbulkan beda pendapat.
Dan peristiwa Kudatuli merupakan buntut dualisme kepemimpinan di tubuh PDI.
Dilansir dari Kompas.com, kerusuhan terjadi saat massa pendukung Soerjadi mengambil paksa Kantor DPP PDI di Jakarta Pusat.

Kejadian ini ditengarai karena tidak terimanya kelompok pendukung Soerjadi (PDI Kongres Medan) dengan keputusan Kongres Jakarta yang memenangkan Megawati Soekarnoputri sebagai ketua umum.
Saat itu, penyerbuan dilakukan oleh sejumlah massa pendukung Soerjadi yang merupakan Ketua Umum versi Kongres PDI di Medan sekaligus yang disokong oleh Orde Baru.
Sementara Megawati Soekarnoputri adalah Ketua Umum PDI hasil kongres Surabaya untuk periode 1993-1998.
Harian Kompas, 23 Juli 1993, memberitakan, Soerjadi secara aklamasi terpilih menjadi Ketua Umum PDI sekaligus menjadi ketua formatur penyusunan komposisi DPP.
Dalam kongres itu, Megawati dinyatakan sebagai Ketua Umum PDI.