Hilirisasi Karet akan Berjalan Tahun Ini, Disperindag: Kita Optimalisasi Apa yang Ada
Plt Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi, Ani Rosnifa menilai, hal ini akan menambah nilai jual karet di Provinsi Jambi.
Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Tahun ini hilirisasi karet di Provinsi Jambi diproyeksikan berjalan.
Plt Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi, Ani Rosnifa menilai, hal ini akan menambah nilai jual karet di Provinsi Jambi.
"Jumlah lahan karet di Provinsi Jambi tinggi. Kalau hanya mengandalkan crumb rubber (serbuk karet), petani kita kurang mendapat keuntungan," terangnya, saat dijumpai di ruang kerjanya, Rabu (8/7/2020).
• Soal Rektor IAI.N Batanghari yang Sebut tak Pernah Dapat Bantuan dari Pemda Ini Kata Kepala Bappeda
• Ini Tips Merawat Sepeda dari Mandiri Cycle Central (MCC) Kota Jambi Agar tak Mudah Rusak
• VIDEO Telkom Resmi Buka Blokir Netflix, Berikut Cara Daftar dan Berlangganan
Semestinya, kata dia, karet hasil perkebunan di Jambi dapat diolah lebih baik, menjadi sit angin atau sit asap. Sebab, selama ini, sekitar 80 persen bahan karet mentah langsung dijual ke pabrik.
Imbasnya, harga jual karet yang didapat masyarakat menjadi rendah, belum lagi jika masyarakat menjualnya melalui tengkulak.
Progresnya sejauh ini, ulas Ani, sudah sampai ke tahap perencanaan dan koordinasi dan rapat dengan pihak-pihak terkait, termasuk antar-OPD di lingkup Pemerintah Provinsi Jambi.
Pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan OPD di jajaran kabupaten dan kota, khususnya yang punya potensi karet cukup besar.
"Kita optimalisasi apa yang ada. Dengan keterbatasan anggaran, kita tetap hilirisasi menggunakan alat yang ada," ujarnya.
Modal besar yang dimiliki Provinsi Jambi, kata dia, alat dan pengelola yang sebagian besar adalah petani karet. Apa lagi, di Provinsi Jambi, jumlah lahan kebun karet tergolong luas.
Berdasarkan data Disperindag yang tribunjambi.com peroleh, lahan karet dengan produksi terbesar pada 2019 berada di Kabupaten Merangin seluas 139.224 ha dengan total produksi mencapai 74.441 ton, Sarolangun seluas 127.415 ha dengan produksi 60.184 ton, Tebo seluas 113.752 ha dengan produksi 50.961 ton, dan Bungo seluas 98.460 ha dengan total produksi 49.192 ton.
"Itu potensi besar yang kita punya. Dalam waktu dekat kami juga mengecek bagaimana persiapan alat, sehingga hilirisasi itu berjalan dengan lancar," tandasnya.