Alumni JB di Jambi Bantu APD ke RS St Theresia, Kirim ke 16 Wilayah Indonesia
JB merupakan salah satu SMA favorit di Yogyakarta dan terkenal karena prestasi di bidang akademis dan intelektual, olahraga, dan bidang non-akademis
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Alumni SMA Kolese de Britto Yogyakarta chapter Jambi, menyerahkan bantuan alat perlindungan diri (APD) ke Rumah Sakit St Theresia Jambi, Senin (6/7/2020).
Ini merupakan satu di antara aksi sosial yang dilakukan alumni JB (sebutan populer SMA Kolese de Britto Yogyakarta).
"Sumbangan APD dan vitamin dari teman-teman alumni SMA Kolese de Britto ini, kami kirimkan ke 16 wilayah se-Indonesia," tutur Adven Sarbani, Koordinator Tim Satgas JB Covid 19.

Adven mengatakan penyaluran bantuan itu sebagai bentuk dukungan kepada para tenaga kesehatan (nakes).
"Semoga sumbangan kecil kami ini bisa membantu dan manjadi penyemangat para nakes yang sedang berjuang melawan Covid-19," ujarnya.
"Sebuah kontribusi kecil, tetapi setidaknya kami menjalankan semangat yang dari sejak SMA selalu ditanamkan: menjadi man fot others. Others yang tidak pernah memandang suku, agama, ras, golongan, ataupun pilihan politik," kata Handoko Wignjowargo, Presiden Alumni Kolese de Britto.
• Cek Peruntungan 12 Shio Untuk Besok, Selasa (7/7), Perubahan Menguntungkan Macan & Ayam, Apa Shiomu?
• Daftar 25 Aplikasi Berbahaya di Google Play Store, Dicurigai Curi Data Pribadi Pengguna HP
Kolese De Britto (De Britto College atau yang lebih dikenal dengan akronim JB) merupakan sekolah menengah atas Katolik di Daerah Istimewa Yogyakarta.
JB merupakan salah satu SMA favorit di Yogyakarta dan terkenal karena prestasi di bidang akademis dan intelektual, olahraga, dan bidang non-akademis lainnya.
SMA Kolese de Britto didirikan pada 19 Agustus 1948 oleh para rohaniwan dari Serikat Jesuit.
Pada saat itu, lokasi de Britto belumlah berada di Jalan Solo (Laksda Adisucipto) seperti sekarang.

Baju bebas dan gondrong
Sekolah JB juga terkenal lantaran baju bebas dan rambut gondrong namun cerdas.
Tentang hal ini, Bowo, alumi JB di Jambi bercerita, pada 1960-an, di saat kondisi perekonomian Indonesia terbilang susah, pimpinan SMA Kolese de Britto mengambil kebijakan untuk membebaskan siswa-siswanya untuk mengenakan baju bebas (tidak berseragam).
Saat itu bahkan murid juga boleh mengenakan sarung dan sandal jepit.