Hanya 2 Smelter Baru yang Beroperasi, Dampak Covid-19 pada Pengiriman Barang dan Tenaga Ahli

Hilirisasi tambang mineral melalui fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) kembali meleset dari target. Tambahan smelter baru pada tahun ini

Editor: Fifi Suryani
zoom-inlihat foto Hanya 2 Smelter Baru yang Beroperasi, Dampak Covid-19 pada Pengiriman Barang dan Tenaga Ahli
Shutterstock
Ilustrasi: smelter

Target operasional smelter yang awalnya dijadwalkan paling lambat tahun 2022 bakal mundur setahun ke 2023. Beruntung, Undang-Undang Nomor 3 tahun 2020 atau UU Minerba yang baru masih memberi ruang untuk hal tersebut.

"Sesuai UU No. 3 Tahun 2020, sampai dengan 2023," kata Yunus.

Dihubungi terpisah, Staff Khusus Menteri ESDM bidang percepatan tata kelola mineral dan batubara (minerba), Irwandy Arief mengungkapkan, pandemi Covid-19 memang sangat berdampak terhadap proyek smelter. Namun menurutnya, tidak tercapainya target pembangunan smelter bukan semata-mata karena Covid-19.

"Kemungkinan tidak tercapai bukan hanya karena Covid-19 tapi karena faktor lain seperti pendanaan," kata Irwandy saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (28/6).

Sebagai konsekuensi dari adanya proyek yang tertunda, investasi di lini pembangunan smelter pun bakal bergeser. Dari sisi investasi pun, Irwandy membeberkan dua simulasi.

Pertama, jika pandemi Covid-19 selesai pada pertengahan tahun ini, maka investasi pada proyek smelter diperkirakan hanya akan terealisasi di angka US$ 1,9 miliar atau sekitar 50% dari target. Kedua, jika Covid-19 berlanjut hingga akhir tahun, maka rencana investasi smelter di tahun ini akan bergeser ke tahun 2021 mendatang.

Adapun, rencana investasi smelter di tahun ini mencapai US$ 3,76 miliar. Jauh di atas realisasi investasi smelter tahun lalu yang hanya sebesar US$ 1,41 miliar.

Banyak Proyek Tertunda

ASOSIASI Perusahaan Industri Pengolahan dan Pemurnian Indonesia (AP3I) mengungkapkan pandemi Covid-19 berdampak signifikan terhadap industri smelter dalam negeri. Tak hanya bagi smelter yang telah beroperasi, pandemi pun menyulitkan proyek pembangunan smelter yang sedang berjalan.

Ketua Umum AP3I Prihadi Santoso mengatakan banyak proyek smelter yang tertunda pengerjaannya. Sehingga kemunduran jadwal operasional menjadi suatu keniscayaan di masa pandemi ini.

Tak hanya dari sisi ketersediaan dana, ketersediaan barang dan tenaga ahli juga menjadi tantangan yang sangat serius.

Prihadi bilang, pasokan alat yang dipesan dari luar negeri tertunda pengirimannya. Begitu pun dengan tenaga ahli yang belum bisa didatangkan.

"Bahkan lintas tenaga kerja antara kabupaten atau provinsi pun sulit. Hal ini mengakibatkan beberapa proyek pembangunan smelter tertunda," katanya kepada Kontan.co.id, Minggu (28/6).

Tak hanya itu, Prihadi menyebut bahwa faktor eksternal seperti kestabilan ekonomi global, pasar dan harga komoditas juga sangat menentukan.

Dengan berbagai pertimbangan tersebut, adanya penyesuaian target dan jadwal operasional dalam beberapa tahun ke depan juga menjadi suatu keniscayaan yang tak terhindarkan.

Halaman
123
Sumber: Kontan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved