Berita Tanjab Timur

Teruskan Usaha Orang Tua, Suwito dan Adiknya Tekuni Pandai Besi Sejak 1975

Dengan lengkingan hantaman besi yang menjadi khasnya, para pandai besi mulai beraksi menempa aneka besi menjadi ragam alat pertanian mulai parang...

tribunjambi/Abdullah Usman
Usaha pandai besi Suwito, warga Tanjabtim 

TRIBUNJAMBI.COM, MUARASABAK - Masih menjadi andalan bagi para petani, keberadaan pengerajin pandai besi di Kabupaten Tanjabtim masih tetap eksis dan tetap menjadi andalan masyarakat modern.

Keberadaan pandai besi di kabupaten termuda di Provinsi Jambi ini hampir merata di setiap kecamatan. Meski kini peralatan yang digunakannya sudah tergolong modern, namun tidak serta merta menghilangkan kesan tradisionalnya.

Dengan lengkingan hantaman besi yang menjadi khasnya, para pandai besi mulai beraksi menempa aneka besi menjadi ragam alat pertanian mulai parang, arit, cangkul hingga peralatan tajam lainnya.

Razia Kapal Asing di Perairan Tanjabbar, TNI-Polri Juga Pastikan ABK dan Nahkoda Pakai Masker

Jadwal Gerhana Matahari Cincin 2020 di Seluruh Wilayah Indonesia, Jambi Akan Dimulai Pukul 14.16 WIB

Dua Kecamatan di Muarojambi Rawan Karhutla, BPBD Imbau Masyarakat Jangan Membakar Lahan

Meski menjadi andalan, dan telah ada sejak puluhan tahun kondisi bnagunan tempat tukang besi sangat jauh dari kata modern dan mewah. Meski demikian hasil karya para pandai besi tersebut telah tersohor.

Satu di antaranya, pandai besi milik pak Suwito, pemilik usaha pembuatan parang di Jalan Lintas Sabak-Kuala Jambi. Dirinya mengatakan, telah menekuni usaha ini sejak tahun 1975. Awalnya usaha ini merupakan milik orang tuanya yang diteruskan oleh dirinya beserta adiknya.

Seiring perkembangan zaman, beberapa alat dan teknik mulai berubah dan menginjak modernisasi. Namun tetap menjaga kualitas dan kepuasan konsumen.

"Seperti sekarang kami tidak memakai pompa angin manual lagi mas, sekarang kami mengandalkan kipas (blower) untuk membuat bara dari arang agar tetap menyala, biar nanti bisa dipakai untuk proses pembakaran besi sebelum dibentuk jadi model parang, pisau dan yang lainnya," jelasnya, Minggu (21/6/2020).

Dikatakannya, usaha ini diwariskan dari orang tuanya yang punya usaha ini di daerah Kuala Jambi. Bersama sang adik dirinya mulai belajar dan mendalami keahlian ini.

"Alhamdulillah sampai sekarang saya dan adik saya tetap eksis meneruskan usaha keluarga ini," ujar pria berusia 53 Tahun ini.

Dahulu lokasi usahanya ini berada di jalan setapak, Parit 6 Kuala Jambi. Namun, kini tempat usaha mereka telah berbeda lokasi karena masing - masing merasa memiliki kemampuan untuk mengelola sendiri usaha tersebut.

"Kami masing-masing sudah punya pelanggan tetap dan untuk itulah kami merasa harus memiliki lokasi usaha sendiri," terangnya.

Untuk soal harga, dirinya menjelaskan, hal itu sesuai ukuran dan bentuk parang atau sejenisnya yang dibuat. Rata-rata untuk harga kerajinan yang dibuatnya berkisar antara Rp 50 ribu sampai Rp 200 ribu, bahkan ada yang melebihi harga tersebut bila proses pembuatannya sedikit rumit.

"Untuk bahan baku, kami dapat dari Jambi. Seperti besi per mobil, besi behel bekas, arang dan kayu untuk gagangnya. Dalam sehari, saya mampu membuat 7 unit hasil kerajinan saya ini," jelasnya.

"Kendala yang sering dihadapi, terkait mati lampu, jadi blowernya tidak bisa dipakai. Terus bila musim penghujan, arang terkadang basah, terkadang besi untuk bahan baku sulit dicari sesuai pesanan konsumen," ujarnya.

Untuk diketahui, usaha pandai besi ini masih diminati sebagian besar masyarakat Tanjabtim. Sebab, mayoritas masyarakat Tanjabtim berprofesi sebagai petani yang membutuhkan parang untuk membersihkan lokasi kebun miliknya dan juga untuk kebutuhan lainnya.

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved