Kisah Militer RI

Kopaska dengan Senjata 'Torpedo Manusia' Jadi Misi Bunuh Diri Pasukan Elite TNI AL Hadapi Musuh

Kopaska dengan Senjata 'Torpedo Manusia' Jadi Misi Bunuh Diri Pasukan Elite TNI AL Hadapi Musuh

Editor: Andreas Eko Prasetyo
kbr.id
Kopaska 

TRIBUNJAMBI.COM - Garangnya dan sudah mentereng nama pasukan elit TNI AL satu ini.

Mereka pasukan elite yang dikenal dengan sebutan Komando Pasukan Katak atau Kopaska.

Ini merupakan pasukan pilihan milik angkatan laut Republik Indonesia.

Dalam Operasi Trikora, 19 Desember 1961-15 Agustus 1962, Pasukan Katak (Paska) TNI Angkatan Laut yang baru saja dibentuk pada 31 Maret 1962, dikomandani Letkol OP Koesno.

Sesaat Lagi Tayang Live Streaming Perbincangan Hotman Paris dan Ustaz Abdul Somad

Juara All England 2020 Praveen dan Melati Dapat Duit Bonus Rp 450 Juta

Sudah 5 Kali Dipenjara, Wanita Ini Tetap Nekat Mencuri Demi Bayar Pria Hidung Belang

Jalani Rapid Test Seorang Pria di NTT Reaktif Hamil, Keluarga Marah :Petugas Jangan Main-main

Pasukan ini memiliki tugas khusus. Sesuai dengan kemampuan Kopaska, tugas mereka adalah menyusup ke wilayah lawan untuk melancarkan serangan sabotase atau menyingkirkan penghalang bagi pendaratan pasukan amfibi.

Ketika Operasi Trikora digelar, pasukan Kopaska yang berpangkalan di Teluk Peleng, Sulawesi, sedang dalam kondisi siap siaga.

Berada di Teluk Peleng sambil menunggu perintah sesungguhnya merupakan kegiatan yang cukup membosankan bagi anggota Pasukan Katak saat itu, meskipun sejumlah latihan tempur tetap dilakukan.

Dilansir dari Intisari, pasukan Kopaska yang dipimpin oleh Mayor Urip Santosa sempat mendapat kesibukan baru.

ilustrasi: torpedo.
ilustrasi: torpedo. (IST)

Hal ini lantaran turun perintah untuk menyiapkan kurang lebih 2 peleton sukarelawan sipil beserta 5 human torpedo (torpedo manusia) untuk misi bunuh diri.

Selama Perang Dunia II, torpedo manusia yang oleh AL Jepang disebut 'Kaiten' ini sebenarnya pernah dioperasikan, dan pilotnya mendapat penghargaan khusus serta hadiah uang.

Sebelum dioperasikan di lapangan, dalam progam latihan Kaiten telah menyebabkan korban jiwa sebanyak 15 orang pilot.

Panduan WHO Terkait Kebiasaan yang Harus Dijalankan di New Normal, Cuci Tangan, Physical Distancing

Tim Fachrori Ambil Formulir Penjaringan di PAN, MIftahul: Kami Pilih Hari Pertama

Pasien Covid-19 Kota Sungai Penuh Hari Ini Ternyata Pernah Berobat ke Padang

10 Pasien Covid-19 di Merangin Sembuh, Kini Ada 11 Orang yang Masih Dalam Perawatan

Mayor Urip masih merasa asing dengan senjata 'torpedo manusia' itu, karena belum pernah mendapat briefing khususnya peta operasi dan pendaratan sasaran yang akan dituju.

Berkaitan dengan torpedo manusia itu, Mayor Urip hanya pernah mendengar tentang adanya Proyek Y, yakni torpedo biasa yang diisi dengan 100 kg TNT.

Untuk pemicu ledakannya digunakan mekanisme detonasi yang secara otomatis akan meledak waktu bertabrakan dengan dinding kapal.

Dari mekanisme kerjanya, torpedo dibawa menggunakan sebuah speedboat kecil yang digerakan motor tempel 100TK.

Speedboat itu sendiri dikemudikan oleh seorang pilot yang akan mengarahkan dan membenturkan torpedo pada kapal musuh.

Sumber: Tribun Jambi
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved