Virus Corona

Ternyata Golongan Darah A dan Berkepala Botak Beresiko Terserang Virus Corona,Begini Penjelasan Ahli

Manusia dengan golongan darah A atau tipe darah A memiliki risiko infeksi Virus Corona yang parah.

Editor: rida
Freepik
Ilustrasi Covid-19 atau virus corona 

Para peneliti masih belum tahu pasti bagaimana dengan varian gen ini yang mengarah ke darah Tipe A akan membuat seseorang lebih rentan terhadap coronavirus.

Tetapi mungkin berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh.

Respons imun yang tidak terkendali bertanggung jawab atas peradangan yang membanjiri paru-paru dan organ-organ lain ketika tubuh berusaha melawan coronavirus.

Respons kekebalan - yang dipicu oleh apa yang disebut 'badai sitokin' yang terdiri dari kelebihan sel-sel pensinyalan kekebalan tubuh - sering kali inilah yang pada akhirnya membunuh korban virus coronavirus, yang bekerja bersama dengan infeksi itu sendiri.

Gen yang mengkode protein pensinyalan sistem kekebalan juga merupakan tetangga dari sedikit DNA yang mengkode darah Tipe A.

Sempat Merintih, Terpidana Kasus Perzinahan di Aceh ini Tumbang Saat Jalani Hukuman Cambuk 100 Kali

Pria Botak Lebih Berisiko

Penelitian Virus Corona terbaru menunjukkan hasil yang mengejutkan bagi, khususnya bagi para lelaki.

Ternyata, tingkat kebotakan seseorang sangat berpengaruh terhadap serangan virus SARS-CoV-2 yang menyebkan penyakit Covid-19.

Penelitian terbaru Virus Corona menunjukkan, pria botak dapat berisiko lebih tinggi meninggal akibat Coronavirus.

Kenapa pria botak lebih berisiko meninggal terkena Virus Corona?

 

Jawabannya, karena hormon yang dimiliki pria botak membantu sel-sel virus melakukan serangan.

Demikian kesimpulan para ilmuwan di Amerika Serikat.

Dailymail melaporkan, Hormon Androgen, yang menyebabkan kerontokan rambut pada pria, telah dikaitkan dengan beberapa kasus terburuk Covid-19 di rumah sakit Spanyol.

Ilustrasi pria alami kebotakan.
Pria botak memiliki risiko kematian karena Covid-19 lebih tinggi, demikian kata Prof Carlos Wambier dari Brown University AS

Penemuan itu bisa dinamai Tanda Gabrin, setelah dokter AS pertama yang meninggal karena penyakit di AS, Dr Frank Gabrin - seorang pria botak.

Profesor Carlos Wambier, penulis utama studi utama di balik penemuan dari Brown University, Amerika Serikat, mengatakan kepada The Telegraph: "Kami benar-benar berpikir bahwa kebotakan adalah prediktor keparahan yang sempurna."

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved