Sembari Urus Ibunya Yang Storke, Hidayat Tetap Kerja Sebagai Penyapu Jalan
Hidayat (38), yang sehari-harinya bekerja sebagai petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) Kelurahan Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur
TRIBUNJAMBI.COM - Hidayat (38), yang sehari-harinya bekerja sebagai petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) Kelurahan Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur ini sempat viral di media sosial.
Pasalnya, sejak direkrut menjadi pasukan oren di tahun 2015 lalu, Hidayat selalu membawa ibunya, Heriana (69) yang menderita stroke ketika bekerja.
"Saya enggak tahu kalau viral. Tapi perasaannya senang juga," katanya kepada TribunJakarta.com, Kamis (4/6/2020).
Menurut Hidayat, Usai terjatuh di kamar mandi, kondisi Heriana semakin memprihatinkan. Bagian tubuh sebelah kanannya sudah tak berfungsi dengan normal atau mati rasa. Kemudian diperparah lagi ketika ia tak bisa bicara sejak satu setengah lalu.
"Setiap kerja saya selalu bawa ibu. Bapak saya sudah meninggal karena sakit magh di tahun 2011. Sementara saya belum menikah. Jadi enggak mungkin ninggalin ibu di rumah sendiri," katanya.
Sedari pukul 04.00 WIB, Hidayat sudah bangun untuk mengurusi ibunya. Mulai dari memandikan hingga memakaikan popok, ia lakoni dengan telaten. Tak lupa, ia menyuapi ibunya sarapan sebelum bergegas.
• Nurhadi Sudah Ditangkap KPK, Refly Harun Tanyakan Keberadaan Harun Masiku
• Jokowi Persiapkan New Normal di DKI Jakarta, Rocky Gerung Prediksi Anies Melawan
• 8 Orang di Tanjab Barat Tunggu Hasil Swab Ketiga, Begini Kondisinya
Selanjutnya, sambil mendorong sang ibunda dengan kursi roda, Hidayat menuju Kantor Kelurahan Gedong untuk absen terlebih dahulu. Kemudian dilanjut menuju zonanya untuk menyapu di Jalan Beringin RW 4, Pasar Rebo, Jakarta Timur.
Hidayat menyebut membutuhkan waktu selama 15 menit untuk sampai di zonanya. Kendati demikian, Hidayah tetap bertanggung jawab pada pekerjaannya meskipun lelah kerap melanda.
"Pas sampai di zona, saya taruh ibu di tempat adem. Biasanya di emperan jalan atau numpang di halaman rumah orang. Habis situ saya baru nyapu," ungkapnya.
Setelah zonanya bersih dari sampah, Hidayat selalu menyempatkan diri untuk bercengkrama dengan ibunya. Walau tak mengerti bahasa ibunya, Hidayat selaku mencari topik pembicaraan.
Hingga tak jarang, ibunya kerap meneteskan air mata di tanpa sebab yang ia ketahui di tengah perbincangan mereka. "Kan ibu saya pukul 10.00 WIB pasti saya suapin makan, di situ sambil ngobrol. Ibu sering nangis."
"Mungkin kasian saya urusin dia sendiri sambil kerja juga. Tapi kalau saya enggak nangis, saya ikhlas rawat orang tua saya," katanya.
• Sebulan Tiga Bandar Narkoba Ditangkap Polresta Jambi, dari Jaringan Berbeda-beda
• Kondisi Salat Jumat di Tanjab Timur Siang Ini, Masjid sudah Ramai Lagi setelah New Normal
• Diam-diam China Simpan Rudal Berkecepatan Supersonik yang Mampu Tandingi Mesin Tempur AS
Selain itu, Hidayat menyebut ibunya juga sering menangis ketika musim hujan tiba. Sebab, ketika hujan tiba, Hidayat semakin tak tega membiarkannya berada di rumah sendirian.
Mau tak mau, ia tetap membawa ibunya dengan memakaikan jas hujan dan menerjang derasnya rintikan hujan.
"Kalau hujan ibu tetap saya bawa. Nanti pas saya nyapu dia saya taruh di tempat teduh."
"Jadi cuma ngeliatin aja. Di situ dia juga sering nangis tapi sebabnya saya enggak tahu,"
"Namun dua bulan terakhir saya tinggal di rumah demi kesehatan ibu karena lagi wabah virus corona."
"Sehingga usai pulang saya buru-buru suapin ibu makan terus mandiin ibu," ungkapnya.
Punya keterbatasan
Di balik sosok mulianya, Hidayat sebenarnya memiliki keterbatasan fisik, yakni kesulitan berbicara. Sehingga orang lain membutuhkan waktu lebih lama guna memahami apa yang diutarakan oleh Hidayat.
Bahkan untuk melakukan wawancara dengan tim TribunJakarta.com, Hidayat dibantu oleh pengawasnya yang bernama Waluyo.
"Ya ini dia dari kecil memang bicara seperti ini. Jadi kalau ngomong sama dia, tangan kita juga berikan isyarat supaya dia paham," jelas Waluyo.
Meski begitu, Waluyo mengakui kinerja Hidayat yang patut diacungi jempol. Selama lima tahun, tak pernah ada keluhan yang masuk di zona atau wilayah yang diamanatkan pada dirinya.
Sehingga, anggota PPSU lainnya selalu memberikan semangat dan tak sungkan membantu Hidayat selama di lapangan.
"Dia rajin dan bertanggung jawab. Hubungan semua PPSU sama Hidayat itu baik, sebab dianya juga mau belajar. Jadi untuk solidaritas PPSU tinggi ya," katanya.
Untuk itu, Waluyo dan PPSU lainnya selalu berkomunikasi melalui pesan whatsapp ketika tak mengerti apa yang dikatakan Hidayat.
"Jadi kalau arah perbincangan sudah tak dia pahami, kita WA aja. Itu jadi trik PPSU di sini untuk tetap bisa komunikasi sama Hidayat juga," ungkapnya.
Sejauh ini, Hidayat hanya berharap bisa tetap bekerja sebagai PPSU untuk mencukupi semua kebutuhan ibunya termasuk membeli obat-obatannya.
"Alhamdulillah saya selalu dikelilingi orang baik seperti Pak Waluyo. Jadi saya cuma berharap bisa tetap punya pekerjaan demi ibu saya," tandasnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kisah Viral Hidayat, Petugas PPSU yang Bawa Serta Ibunya Saat Bekerja karena Menderita Stroke