Berpotensi Kembali di Atas 6.300, Bursa Saham Dunia Terdampak Covid-19

Dunia masih dilanda pandemi Covid-19. Walaupun sebagian negara yang lebih awal terkena serangan virus Covid-19

Penulis: Fitri Amalia | Editor: Fifi Suryani
Tribunjambi/Fitri Amalia
Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia Provinsi Jambi, Fasha Fauziah mengisi acara Workshop Wartawan Pasar Modal, di BW Luxury Hotel, Keruing Room, Kamis (17/10). 

Indeks di bursa saham Singapura (Straits Times Indeks/STI) ppada pertengahan Januari 2020 berada pada level 3.281. Posisi terendah dicatatkan pada akhir Maret, di mana STI terkoreksi menjadi 2.233. Pada minggu ketiga Mei 2020, Indeks STI sudah ada di level 2.581.

Kondisi yang terjadi di berbagai bursa dunia ini menunjukkan pola yang sama. Investor di seluruh dunia sempat mengalami kondisi negatif yang sama, yaitu menderita potensi kerugian yang besar akibat pandemi Covid-19.

Namun, dalam dua bulan belakangan ini, investor di seluruh dunia juga turut merasakan momentum kenaikan indeks bursa global, sehingga memberikan sinyal positif akan prospek pertumbuhan indeks saham ke depannya.

Secara umum, investor di seluruh dunia mengalami peluang yang sama jika masuk kembali ke pasar saham di saat ini, untuk meraih potensi keuntungan yang besar di masa depan.

"Salah satu hal yang dapat dijadikan pertimbangan oleh investor untuk menentukan keputusan berinvestasinya adalah posisi keuangan yang dimiliki oleh masing-masing investor, ilustrasi yang mudah, misalnya, jika investor tersebut merupakan seorang pengusaha," kata Fasha.

Terdapat tiga kelompok besar pengusaha di dunia. Pertama, kelompok yang bidang usahanya paling besar terkena imbas pandemi Covid-19. Seperti sektor pariwisata, barang-barang lifestyle, pusat perbelanjaan, dan café. Mereka ini tentunya hanya butuh bertahan hidup dan relatif sulit untuk melakukan investasi.

Kelompok kedua adalah golongan pengusaha yang bidang usahanya terkena imbas pandemi, tetapi hanya mengalami penurunan omzet antara 30-50 persen. Mereka umumnya masih memiliki cash flow yang memadai.

Daripada cashflow yang ada digunakan untuk pengembangan usaha yang belum pasti, mereka bisa meraih peluang dari harga-harga saham yang relatif rendah dengan melakukan investasi portofolio di pasar saham.

Sementara, kelompok ketiga merupakan golongan pebisnis yang justru mendapatkan keuntungan besar selama masa pandemi Covid-19, contohnya, pebisnis sembako, produsen masker dan APD, serta sektor usaha lain yang memproduksi barang-barang yang dibutuhkan selama pandemi.

Mereka yang ada di kelompok ini bisa memanfaatkan peluang berinvestasi di pasar saham saat ini dengan mengalokasikan keuntungan usaha pada instrumen saham yang tercatat di BEI.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved