Pelukis Eropa Jadi Saksi Dahsyatnya Erupsi Gunung Tambora di Sumbawa NTB, yang Memerahkan Langit
Gunung Tambora di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) pernah meletus hebat pada tahun 1800 an.
Lukisan yang dibuat dalam periode singkat setelah masa erupsi Tambora menunjukkan warna matahari terbenam yang lebih kuning, lebih merah atau lebih oranye.
Warna tersebut disebabkan kandungan debu yang tebal dalam atmosfer.
Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa peristiwa yang sama juga direkam oleh para pelukis Eropa tatkala Krakatau bererupsi pada 1883.

“Bagaimanapun,” ungkap Zerefos, “kami yakin bahwa penelitian ini akan membentuk dasar
penelitian lebih lanjut untuk menghimpun informasi lingkungan lewat seni lukis.”
Melalui mata pelukis dan seniman lainnya, dia berharap dapat memperoleh informasi tentang fenomena alam masa silam yang hingga kini luput dari perhatian para ilmuwan.
“Saya tidak melukis sesuatu supaya bisa dimengerti, tetapi saya berharap dapat menunjukkan seperti apa suasana saat itu.”
Gunung Tambora pernah memuntahkan material erupsi 55 juta ton berupa gas sulfur-dioksida sejauh 43 kilometer ke angkasa pada awal April 1815.
Kemurkaannya melahirkan bencana gunung api terburuk sepanjang ingatan manusia lebih mengerikan ketimbang letusan Vesuvius yang mengubur Kota Pompeii di Italia pada abad pertama.
Erupsi dahsyat Gunung Tambora di Pulau Sumbawa inilah menjadi biangnya.
Dampak letusan Tambora sungguh mahadahsyat dan mengglobal. Setahun setelah erupsi, Eropa dan juga Amerika bagian timur dilanda musim dingin yang berkepanjangan, dengan suhu dingin yang jauh lebih rendah ketimbang biasanya.
Zerefos mengakhiri paparannya dalam jurnal tersebut dengan mengutip pendapat salah satu pelukis sohor asal Inggris yang menggandrungi romantisme pemandangan, Joseph Mallord William Turner.
“Saya tidak melukis sesuatu supaya bisa dimengerti, tetapi saya berharap dapat menunjukkan seperti apa suasana saat itu.”
"The Lake, Petworth: Sunset, Fighting Bucks" karya J.M.W. Turner pada 1828. Ini merupakan karya yang melukiskan terbenamnya matahari di luar peristiwa erupsi besar gunung berapi. Bandingkan warna matahari dalam karya bertema latar sama pada 1816-1817.
Sumber : Nationalgeograpich