Tips Agar Tetap Sehat Meski Santap Makanan Penuh Kolesterol saat Lebaran

Dari opor ayam, sambal goreng, ketupat, belum lagi kue-kue manis, lalu tapai ketan, dll. Kesemuanya itu disajikan saat Lebaran, setelah satu bulan

Editor: Suci Rahayu PK
iStockphoto
Ilustrasi makanan lebaran 

Mengonsumsi sumber protein hewani yang berlebihan juga akan memicu kelebihan asam urat.

Lalu, bisakah menikmati hidangan tanpa harus terpapar risiko kolesterol yang mengancam kesehatan tubuh kita?

Ilustrasi Telor
Ilustrasi Telor (TRIBUN JAMBI/TEGUH SUPRAYITNO)

Makan telur tidak masalah

Dr. Nany Leksokumoro MS, Sp.GK, spesialis gizi dari Rumah Sakit Grha Kedoya, Jakarta, menuturkan, agar kita bisa tetap menikmati hidangan pada saat lebaran dan terhindar dari penyakit, beberapa strategi berikut bisa dilakukan.

Pertama, kita harus bisa mengendalikan diri.

“Untuk menyiasati gejolak nafsu makan, Anda bisa meredam gejolaknya,” kata dia.

Caranya, makanlah apel kulit yang sudah dicuci bersih.

Serat  dari apel ini dapat membantu menahan nafsu makan yang bergejolak saat melihat hidangan lebaran yang begitu mengundang selera.

“Kita bijaksana saja. Semuanya tidak ada yang tidak boleh, tapi kita harus tahu batas,” papar dr. Nany. Misalnya, saat makan ketupat,  kuah opornya jangan terlalu banyak.

Porsinya sedang dan berhenti makan sebelum kenyang. Pola makannya pun dikombinasi.

Jika pagi makan ketupat, siang hari atau malamnya jangan diulang lagi, berganti sayur atau hidangan yang tidak bersantan.

Kedua, siapkan menu pengimbang: buah dan sayur, serta lauk nabati.

175 Warga Binaan di Lapas Muara Tebo Dapat Remisi di Hari Raya Idul Fitri 2020

Buah dan sayur harus diutamakan karena tidak berkalori tinggi. Keduanya juga memberikan gizi yang baik, yaitu mengandung vitamin dan mineral, plus berserat tinggi.

Ini berguna untuk memulihkan stamina setelah berpuasa sebulan penuh. Jadi, buah dan sayur tidak berisiko untuk mencetuskan penyakit yang disebabkan oleh kelebihan kalori.

Ketiga, mengurangi asupan lauk hewani. Sebab, kandungan lemak tidak baiknya (LDL) jauh lebih dominan dibanding lemak baiknya.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved