Pandemi Virus Corona Belum Berakhir, Ilmuwan Prediksi Bencana Alam yang Lebih Dahsyat
Pandemi virus corona masih terjadi dan di sejumlah negara terjadi peningkatan kasus baru hingga kematian
TRIBUNJAMBI.COM - Pandemi virus corona masih terjadi dan di sejumlah negara terjadi peningkatan kasus baru hingga kematian.
Pandemi virus corona belum berakhir, ilmuwan mengungkapkan akan ada benacan alam lebih dahsyat sedang menghantui dunia.
Bencana ini berawal dari periode ‘lockdown’ yang saat ini tengah dialami oleh Matahari.
• Berita Popular di Malang, Cewek 17 Tahun Tewas Dibunuh Pacar Hingga Pasutri Terjebak PSBB Malang
Dikutip dari Kompas.com, para ilmuwan mengatakan, matahari saat ini tengah memasuki periode ‘lockdown’ yang berpotensi menimbulkan berbagai bencana seperti gempa bumi, cuaca beku, dan kelaparan.
Akibat hal tersebut, sinar matahari pun mengalami penurunan drastis yang ditandai dengan bintik matahari yang menghilang.
“Solar minimum sedang berlangsung, dan ini parah,” ujar Astronom Dr Tony Phillips dikutip dari The Sun via Kompas.com, Minggu (17/5/2020).
• Dinas PUPR Merangin Turunkan Alat Berat untuk Bersihkan Material Longsor dan Banjir
Menurut Philips dari jumlah bintik matahari yang ada, kondisi saat ini termasuk yang terparah dalam satu abad terakhir.
Karena hal tersebut, medan magnet matahari sontak menjadi lemah, memungkinkan sinar kosmik ekstra ke tata surya.
"Kelebihan sinar kosmik menimbulkan bahaya kesehatan bagi para astronot dan perubahan udara kutub, memengaruhi elektro-kimia atmosfer bumi, dan dapat membantu memicu petir," ujarnya.
Kondisi ini pun membuat para ilmuwan NASA khawatir Dalton Minimum yang pernah terjadi antara tahun 1790 dan 1830 kembali terjadi.
• Dampak Pandemi Virus Corona, Ekonomi Jepang Terpukul
Pasalnya, pada saat Dalton Minimum terjadi, suhu menjadi sangat dingin, munculnya letusan besar gunung berapi, gagal panen, dan timbulnya kelaparan.
Saat itu, suhu bahkan anjlok hingga 2 derajat celcius selama 20 tahun dan produksi pangan dunia merosot.
Salah satu efek Dalton Minimum di Indonesia adalah letusan Gunung Tambora pada 10 April 1815, yang menewaskan sedikitnya 71.000 orang.
Dampak lainnya, saat itu, juga menjadi tahun tanpa musim panas di tahun 1816.
Melansir dari Forbes yang menukil data dari Spaceweather.com, sudah ada 100 hari di tahun 2020 ini, di mana matahari menunjukkan nol bintik matahari.