Human Interest Story
Pengrajin Kolang Kaling di Muarojambi Ini Raup Keuntungan Rp 5 Juta Selama Ramadhan
Kolang kaling yang sudah siap tidak sedikit masyarakat jadikan berbagai macam olahan makanan dan minuman, biasanya kolang kaling tersebut, masyarakat
Penulis: Hasbi Sabirin | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
TRIBUNJAMBI.COM, SENGETI - Membuat kolang kaling sudah menjadi sumber penghasilan bagi Helmi (52) warga Desa Setiris, Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muarojambi.
Tradisi menyambut bulan Ramadan keluarga Helmi dengan memanfaatkan memproduksi kolang kaling dari buah beluluk atau buah enau sebutan masyarakat Melayu Jambi.
Minggu (10/5/2020), saat puasa ke 17, mata Helmi (52) tertuju pada buah beluluk yang menggantung di pepohonan enau milik tetangganya yang berlokasi kurang lebih 1,5 km dari tempat tinggalnya, di Desa Setiris Kecamatan Maro Sebo.
Helmi sudah 10 tahun menekuni pekerjaan sebagai memproduksi kolang kaling dari buah beluluk.
Ia mengatakan, pekerjaan ini sudah ditekuni setiap kali menyambut bulan Ramadhan.
Ia juga merupakan satu-satunya orang pengrajin buah beluluk yang ada di Desa Setiris Kecamatan Maro Sebo.
Buah beluluk yang ia ambil merupakan dari kebun enau milik tetangganya yang sudah dibeli senilai Rp 20 ribu per tandan.
Ia juga sudah lihai memilih mana buah beluluk yang cocok untuk dijadikan kolang kaling, dari buah beluluk yang akan diambil tidak boleh terlalu muda dan tidak terlalu tua.
Jika buahnya terlalu tua, nanti hasil kolang kaling pun jadi keras.
Tandan beluluk yang telah diturunkan dari batang enau, kemudian buah beluluk itu dipretel satu persatu untuk diproses perebusan menggunakan potongan drum yang telah dirombak menjadi kuali besar perebusan kurang lebih selama satu jam.
Saat perebusan warna buah beluluk awalnya hijau tua mulai menguning pucat maka. Perebusan sudah matang lanjut pada proses pengupasan.
Proses pengupasan tersebut Helmi manfaat keluarga dan tetangganya diupah pengupasannya.
Saat sudah menjadi kolang kaling atau makanan berbentuk lonjong dan berwana putih transparan itu, kemudian kolang kaling tersebut direndam supaya tahan lama.
Kolang kaling yang sudah siap tidak sedikit masyarakat jadikan berbagai macam olahan makanan dan minuman, biasanya kolang kaling tersebut, masyarakat Jambi jadikan minuman untuk pelepas dahaga saat buka puasa.
Membuat olahan kolang kaling sudah menjadi sumber pendapat ekonomi bagi Helmi, tak jarang masyarakat atau pengepul yang berdatangan membeli langsung ke rumahnya.