Sains
Banyak Virus dan Bakteri Hidup Kembali Setelah Lapisan Es Antartika Meleleh
Banyak bakteri dan virus di antartika hidup kembali ketika es meleleh dan perubahan iklim terjadi.
"Virus patogen yang dapat menginfeksi manusia atau hewan mungkin terawetkan di lapisan permafrost tua, termasuk beberapa yang telah menyebabkan epidemi global di masa lalu," tambah Claverie.
Pada awal abad ke-20 saja, lebih dari satu juta rusa meninggal karena antraks. Tidak mudah menguburkan semua bangkai rusa itu, sehingga sebagian besar dikubur sebisanya. Ada sekitar 7.000 tempat penguburan bangkai itu di Rusia utara.
Namun, ketakutan besar adalah apa lagi yang mengintai di balik tanah yang membeku itu?
• Pengen ke Ancol? Tak Perlu Keluar Rumah, Cukup Virtual Traveling
Bakteri beku hidup kembali
Orang dan hewan telah terkubur di permafrost selama berabad-abad. Jadi bisa dibayangkan bagaimana jika agen penginfeksi itu dilepaskan. Misalnya, para ilmuwan telah menemukan virus spanyol yang masih utuh pada mayat yang dikuburkan secara massal di tundra Alaska. Padahal wabah itu menyerang pada 1918. Cacar dan wabah pes pun sepertinya terkubur juga di Siberia.
Dalam sebuah penelitian tahun 2011, Boris Revich dan Marina Podolnaya menulis, "Sebagai konsekuensi dari mencairnya lapisan es, hewan pembawa infeksi mematikan pada abad ke-18 dan ke-19 mungkin akan kembali, terutama di dekat pemakaman tempat korban infeksi ini dikuburkan."
Misalnya, pada 1890-an ada epidemi besar cacar di Siberia. Satu kota kehilangan 40 persen populasi. Mayat mereka dikuburkan di bawah lapisan atas permafost di tepi Sungai Kolyma. Ketika banjir terjadi 120 tahun kemudian, lapisan itu mulai terkikis. Ditambah dengan mencairnya lapisan es, proses erosi itu bertambah cepat.
Dalam sebuah proyek yang dimulai pada 1990-an, para ilmuwan dari Pusat Penelitian Virologi dan Bioteknologi Novosibirsk telah menguji sisa-sisa orang Zaman Batu yang ditemukan di Siberia bagian selatan, di wilayah Gorny Altai. Mereka juga telah menguji sampel dari mayat orang-orang yang telah meninggal selama epidemi virus pada abad ke-19 dan dimakamkan di permafrost Rusia.
Para periset mengatakan bahwa mereka telah menemukan mayat dengan ciri khas tanda yang ditinggalkan oleh cacar. Sementara mereka tidak menemukan virus cacar itu sendiri, mereka telah mendeteksi fragmen DNA-nya.
Pastinya ini bukan kali pertama bakteri beku di es hidup kembali.
Bisa saja resisten
Dalam sebuah penelitian di tahun 2005, ilmuwan NASA berhasil menghidupkan kembali bakteri yang terawetkan di kolam beku di Alaska selama 32.000 tahun. Mikroba yang disebut Carnobacterium pleistocenium, telah membeku sejak periode Pleistosen, saat mammoth wol masih berkeliaran di Bumi. Begitu es mencair, mereka mulai berenang-renang, tampaknya tidak ada yang berubah.
Dua tahun kemudian, para ilmuwan berhasil menghidupkan kembali bakteri berusia 8 juta tahun yang terperangkap di bawah permukaan gletser di lembah Beacon dan Mullins di Antartika. Dalam penelitian yang sama, bakteri berusia lebih dari 100 ribu tahun juga dihidupkan kembali dari lapisan es.
Namun, tidak semua bakteri bisa kembali hidup setelah membeku di dalam lapisan es. Bakteri anthraks bisa melakukannya karena mereka membentuk spora, yang sangat keras dan bisa bertahan beku selama lebih dari satu abad.
Bakteri lain yang bisa membentuk spora, sehingga bisa bertahan di permafrost, misalnya tetanus dan Clostridium botulinum, patogen penyebab botulisme; penyakit langka yang mengakibatkan kelumpuhan dan bahkan berakibat fatal. Beberapa jamur juga bisa bertahan di permafrost untuk waktu yang lama.