Demi Dapat Sinyal, Siswa di Gunung Kidul Yogyakarta, Mendaki Bukit untuk Kirim Tugas Online ke Guru

Jaringan internet merupakan syarat yang harus ada untuk melakukan kegiatan online, termasuk belajar online yang diterapkan pemerintah.

Editor: Deni Satria Budi
(Dokumentasi Kepala Dukuh Petir B)
Seorang siswa belajar di Gunung Temulawak, Desa Petir, Kecamatan Rongkop, Gunungkidul 

TRIBUNJAMBI.COM - Jaringan internet merupakan syarat yang harus ada untuk melakukan kegiatan online, termasuk belajar online yang diterapkan pemerintah.

Bukan cuma perangkat handphone dan paket internet, tetapi sulitnya sinyal internet, juga menjadi masalah bagi mereka yang ingin belajar online.

Seperti yang dialami oleh sejumlah siswa di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Mereka terpaksa naik bukit saat mengerjakan tugas sekolah.

Salah satunya Alodia Daffa Sinanta, siswa SMP di warga Dusun Petir B, Desa Petir.

Cerita Siswa di NTT, Belajar Sambil Usir Burung di Sawah, tak Ada Akses Siaran TV & Belajar Online

Kisah Didi Kempot yang Mualaf, Gus Miftah Sempat Mengurai Janji.

"Ya capek, karena harus membawa buku banyak terus naik gunung. Apalagi saat puasa seperti saat ini," ucap Alodia.

Ayah Alodia, Warisna, mengatakan, sejak wabah corona, pihak sekolah menerapkan belajar di rumah.

Materi dan tugas sekolah pun disampaikan secara online.

Hal itu membuat 21 siswa SD hingga SMA di Dusun Petir B harus mendaki Gunung Temulawak setiap kali mengirimkan tugas ke gurunya.

Berikut Jadwal Belajar dari Rumah di TVRI untuk SD, SMP, dan SMA Rabu 5 Hingga 10 Mei 2020 di Sini

Warga Gantung Makanan, Khawatir Tetangga Ada yang Tidak makan

"Anak-anak menaiki Gunung Temulawak yang cukup tinggi. Terletak di sebelah selatan Dusun," kata Warisna, yang juga merupakan Kepala Dusun Petir B, saat dihubungi.

Warisna menceritakan, Anaknya harus menempuh berjalan kaki sekitar 250 meter untuk sampai di kaki bukit.

Lalu, setelah beberapa temannya kumpul, mereka bersama-sama menaiki bukit.

Menurut Warisna, kondisi tersebut sudah dilakukan Alodia dan teman-temannya selama lebih dari satu bulan.

Kepala Desa Petir, Sarju, menjelaskan, desanya terletak di perbukitan karst. Hal ini diduga membuat ada beberapa blank spot sinyal.

Salah satu wilayah yang mengalami blank spot itu adalah Dusun Petir B. Hal itu membuat buruknya sinyal selular.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved