Jadwal & Rangkuman Soal Program Belajar dari Rumah TVRI 4 Mei 2020 - Kain Batik dan Filosofinya
Dalam tayangan hari ini, ada pembahasan tentang kain batik. Berikut rangkuman dan soal dari tayangan Kain Batik di program Belajar dari Rumah TVRI.
Menurut Kanjeng Pangeran Winarnokusumo, seorang budayawan keraton, motif batik Parang Kusumo dibuat pada zaman Panembahan Senopati.
Corak batik ini dibuat diagonal atau miring, dengan dasar warna hitam atau coklat. Namun, ada juga warna putih dalam motif batik ini.
Motif batik ini memiliki falsafah bahwa dalam dunia ini ada gelap dan ada terang. Maksudnya, di dunia ini kita pasti mengalami susah, tapi juga akan mengalami senang.
Selain Parang Kusumo, ada juga motif Parang jenis lain. Di antaranya adalah Parang Rusak, Parang Barong, Klitik, dan Siobog.
Masing-masing motif ini memilik falsafah yang berbeda-beda.
Asal mula nama Parang sendiri berasal dari pereng yang berarti lereng atau tebing.
Hal ini sesuai dengan pola pada motif ini, yaitu Perengan.
Perengan merupakan penggambaran garis dari tinggi ke rendah secara diagonal atau miring. Mirip seperti lereng.
• Bukan Rumah Mewah, Kasur Hitam Ini Dibandrol dengan Harga Fantastis, Melebihi Hunian Rp 2 Miliar
• Kerap Bikin Ulah di Rumah Sakit, Pasien Positif Covid-19 Terpaksa Diisolasi di Ruang yang Digembok
Batik Truntum
Motif Batik Truntum, menurut Kanjeng Pangeran Winarnokusumo, bermula dari masa Pakubuwono III.
Saat itu, prameswari atau istrinya membuat motif batik yang terlihat seperti gambaran bintang bertaburan di langit. Itulah asal mula motif batik Truntum.
Motif batik ini juga memiliki falsafah tersendiri, yakni walaupun dalam keadaan gelap, sekedip bintang bisa menerangi.
Artinya, dalam kegelapan pun, masih ada titik terang juga.
Soal
1. Kini batik dapat kita jumpai di luar Pulau Jawa. Menurut pendapatmu, apakah filosofi batik di luar Jawa sama dengan batik yang berasal dari Jawa?