Covid-19 dan Mimpi 10 Tahun ke Depan MarkPlus

Founder & Chairman MarkPlus Inc Hermawan Kartajaya percaya dengan arti krisis dalam bahasa Mandarin, yaitu wei-ji, bahaya dan peluang.

Editor: Duanto AS
Tribun Jambi
Karyawan Tribun Jambi mengikuti Special MP-30 Anniversary Media Talk dan Webinar Kebangsaan 

Dari sejarah panjang survey merek terpopuler Indonesia, terlihat bagaimana brand asli Indonesia menjadi lebih kuat, menjadi salah satu motor perekonomian Indonesia selama lebih dari 2 dekade terakhir.

Kontribusi yang diberikan MarkPlus di Indonesia bukan hanya membangun kesadaran akan merek, tapi bagaimana memasarkan konsep marketing hingga diterapkan luas bukan hanya dalam dunia bisnis tapi juga non bisnis, seperti kepolisian, pariwisata dan negara.

Berpijak dari pengalaman puluhan tahun sebagai guru matematika yang bisa menyederhanakan intisari pelajaran matematika, konsep pemasaran disederhanakan dalam 9 elemen inti pemasaran yang diringkas menjadi Positioning-Differentiation-Branding. Sehingga bukan hanya mudah dipahami oleh orang-orang dari dunia bisnis, tapi bahkan diterapkan sejumlah politisi daerah ketika membangun wilayahnya setelah UU Otonomi Daerah resmi dijalankan sejak tahun 2001.

Tentu saja krisis yang pernah terjadi di Indonesia dalam kurun waktu 30 tahun juga menjadi bagian penting dalam 30 tahun perjalanan cerdas MarkPlus.

Krisis Asia di tahun 1998, membuka jalan kerjasama panjang antara Hermawan Kartajaya-MarkPlus dengan mahaguru pemasaran dunia Philip Kotler hingga kini, melalui penulisan berbagai buku pemasaran populer.

Di mulai dari buku Repositioning Asia yang terbit di tahun 2000, ada 6 buku yang sudah dibuat bersama, termasuk buku Marketing 5.0: Technology for Humanity yang akan terbit di akhir 2020.

Dua di antara 6 buku hasil kerja sama tersebut menjadi buku laris dan terbit dalam lebih 20 bahasa internanasional yang berbeda, yaitu Marketing 3.0 dan Marketing 4.0.

MarkPlus yang dijalankan aktif oleh 4 generasi berbeda, baby boomers, Gen X, Gen Y dan Gen Z dan memberikan kesempatan yang sama bukan hanya tanpa membedakan berdasarkan SARA tapi bahkan ijazah juga menjadikan krisis yang terjadi dalam tiga dekade sebagai momentum memberikan kontribusi yang lebih baik untuk Indonesia.

Pascakrisis 1998, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, meminta MarkPlus melakukan branding Jogja, yang kemudian diwujudkan dalam logo dan tagline baru Jogja.

Krisis keuangan global 2008, menjadikan usulan strategi pengembangan perbankan syariah Indonesia Indonesia yang dipresentasikan di hadapan Gubernur BI Boediono dan dihadiri antara lain KH Ma’ruf Amin, dua tokoh yang kemudian menjadi Wakil Presiden RI, setelah disetujui dan diterapkan menjadi salah satu motor pertumbuhan impresif perbankan syariah Indonesia dari 2008 hingga 2019.

Berbagai kontribusi yang telah diberikan selama 30 tahun perjalanan cerdas, menjadikan MarkPlus memasukan Indonesia sebagai bagian dari corporate values, dimana berasal dan berpijak dari Indonesia tidak menjadi halangan untuk berperan di Asia atau bahkan dunia.

Konsep marketing dan entrepreneurship yang dilahirkan MarkPlus di Indonesia, bisa diterima luas dan diterapkan di berbagai penjuru dunia.

Begitu pula dengan semangat menjadikan online dan offline berpadu sebagai OMNI, yang diluncurkan di tahun 2017, menjadikan MarkPlus lincah mempraktkkan WFH dan WFO di berbagai kota yang berbeda di Indonesia, sejak kebijakan tersebut diterapkan.

Secara resmi dalam perayaan virtual 30 tahun MarkPlus, Hermawan Kartajaya meluncurkan visi dan misi 2030 MarkPlus, di hadapan karyawan dan alumni serta mitra.

Ada dua visi, yaitu sebagai Energy of Indonesia dan Asia’s Champion for World’s Inspiration.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved