Virus Corona
Ini Penyebab Angka Kematian Pasien Corona di Jepang Tergolong Rendah, Bisakah Ditiru di Indonesia?
Menurut data worldmeters, hingga malam ini Jepang telah mengonfirmasi 10.296 kasus Covid-19 dengan 222 kematian.
Sehingga masyarakat lainnya bisa melakukan waspada diri.
Selain itu, pengelompokan ini juga diberlakukan pada pasien positif Covid-19.
Bagi mereka yang memiliki gejala tingkat keparahan tinggi atau termasuk kategori kritis, dan memiliki penyakit komorbid, maka pasien akan dirawat di rumah sakit.
"Fasilitas kesehatan hanya untuk kondisi kritis. Jadi tidak semua pasien dirawat," kata Firman dalam diskusi daring bertajuk Strategi Pemerintah Jepang dan Korea Selatan dalam Menghadapi Covid-19: Pembelajaran untuk Indonesia, Kamis (16/4/2020).
Sementara, pasien yang memiliki gejala ringan akan dirawat di hotel atau wisma khusus yang dipersiapkan oleh pemerintah, dan ada pula yang bahkan dirawat di rumah masing-masing.
"Ini mencegah kematian tinggi, karena yang sakit parah menjadi prioritas, jadi yang kritis itu bisa terobati,"tutur dia.
2. Social conformity
Jepang tidak memberlakukan social distancing ataupun pshysical distancing, tetapi lebih menekankan kepada social conformity.
Social conformity adalah permintaan dari pemerintah untuk menghindari keramaian, kontak dekat secara fisik dengan orang lain, dan menghindari tempat tertutup.
"Tapi memang orang Jepang itu jarang kontak fisik dekat, apalagi salaman dan cium pipi kanan-cium pipi kiri (cipika cipiki).
"Jadi memang sudah budaya mereka, jadi pemimpinnya meminta lebih untuk hindari keramaian dan juga tempat tertutup," kata Firman.
Pemerintah Jepang memang tidak membuat aturan atau larangan secara tertulis dan saklek kepada masyarakatnya, tetapi hanya imbauan.
Meski pemerintah "hanya" mengimbau, pada dasarnya masyarakat Jepang memiliki kebiasaan untuk selalu menerapkan imbauan pemerintah.
Mereka disiplin dan tidak melanggar imbauan tersebut.
3. Kebijakan pemimpin daerah
