Apa yang Dijual Nunung ke Srimulat saat Masih Muda? Hingga Kini Tahan di Deretan Pelawak Mahal
Tak ada yang menduga grup lawak Srimulat ini telah berumur sekira 70 tahun sejak pentas pertama pada 1950-an.
Penulis: Suci Rahayu PK | Editor: Duanto AS
Gema Malam Srimulat kemudian berpentas dari satu pasar malam ke pasar malam lainnya, di berbagai kota di Jawa.
Pada era 1960-an, Srimulat mulai mengalami kemerosotan keuangan.
Di saat itu, Teguh Slamet Rahardjo menemukan penyanyi cilik Yana, yang menggantikan peran Srimulat sebagai bintang panggung Gema Malam Srimula.
Pada Jumat 19 Mei 1961, grup ini menancapkan kakinya kali pertama di THR Surabaya. Nama Gema Malam Srimulat pun lalu diubah lebih komersial menjadi Srimulat Review.
Mulainya perjalanan lawak "besar"
Perjalanan Srimulat sebagai komunitas kelompok musik-komedi dimulai.
Pada masa itu, ketika banyak pementasan sarat dengan pesan dan kritik sosial, kelompok Srimulat membebaskan diri dari patron tersebut.
Srimulat hadir untuk menghibur dan kelompok ini benar-benar merupakan perwujudan sebuah subkultur Jawa.
Menjual ciri khas
Apa yang "dijual" Srimulat dalam pementasan, masih melekat erat di masyarakat hingga puluhan tahun.
Selain materi lawakan yang lucu, ada kekhasan pemainnya.

Kekhasan pemain itu merupakan syarat mutlak yang ditekankan Teguh saat merekrut para calon anggotanya.
Semisal penampilan, gaya bicara, dan kalimat-kalimat yang menjadi trade mark seorang pemain.
Masih ingat kalimat ini?
Masih ingat Asmuni? Kalau lupa, ingatlah kalimat "Hil yang mustahal" dan "Tunjep poin" (maksudnya hal yang mustahil dan to the point).