Virus Corona di Jambi

Kepedulian Pengidap Tunadaksa, Rini Dkk Sudah Produksi 800 Masker

Keterbatasan yang ada tidak mematahkan semangat kepedulian seorang Rini, perempuan berusia 20 tahun yang merupakan seorang tuna daksa.

Penulis: Samsul Bahri | Editor: Fifi Suryani
Tribunjambi.com/Samsul Bahri
Foto: Dari kiri, rizka, rini, agit, dan Dian (Ketua Yayasan Slecialpreneur) saat menyerahkan masker gratis kepada masyarakat 

TRIBUNJAMBI.COM, KUALA TUNGKAL - Keterbatasan yang ada tidak mematahkan semangat kepedulian seorang Rini, perempuan berusia 20 tahun yang merupakan seorang tuna daksa.

Rini merupakan warga Kabupaten Tanjab Barat yang saat ini melakukan penjahitan masker kain yang nantinya akan didistribusikan kepada masyarakat Tanjab Barat secara gratis.

Niat mulia yang ia lakukan ini turut didukung empat teman lainnya yaitu Rizka, Johan dan Eka (17), Agit (25) yang sama-sama menyandang tuna daksa.

Kegiatan menjahit ini dilakukan Rini bersama temannya di rumah pemberdayaan Special Preneur yang merupakan yayasan bagi orang-orang yang memiliki keterbatasan fisik.

Rini dan teman lainnya mulai melakukan penjahitan dari pukul 09.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB.

"Kalau saya paling sehari bisa dapat bikin itu 25 masker kain. Jadi kami ada lima orang, saya dan dua orang yang jahit dan dua orang lagi bagian gunting-gunting sisa jahitan di kain sama setrika dan packing," kata Rini, Rabu (15/4) lalu.

Ia menyebutkan, dalam waktu satu hari dengan jam produksi tersebut, Ia dan teman-temannya rerata bisa membuat 60 sampai 70 masker kain.

Rini menyebutkan dirinya dan temannya tidak memiliki kendala yang cukup berarti, meskipun untuk dirinya sendiri memang terkadang rasa lelah dan sedikit sakit dirasakannya.

"Kalau sekarang tidak lagi sakit, kalau dulu sempat mengalami sakit di bagian pundak. Tapi kalo sekarang tidak begitu," bebernya.

Rini sendiri memiliki kelainan pada bentuk tubuh di bagian pundaknya sejak kecil sebelum masuk ke sekolah dara (SD).

Sementara itu, soal kesulitan dalam menjahit, ternyata dirinya dan temannya semua sudah memiliki dasar menjahit ketika mereka belajar keterampilan di SLB Kuala Tungkal, tempat mereka sekolah.

"Setelah lulus sekolah ini saya dan Eka dibantu dengan Yayasan Special Preneur untuk kursus jahit dan sampai sekarang secara mandiri kami mengelola jasa jahit di Rumah Pemberdayaan Special Preneuri ini untuk warga sekitar sini yang ingin menjahit," ungkapnya

Di sisi lain, diungkapkan oleh Rini ternyata masih ada beberapa orang yang meremehkan keahliannya dalam menjahit, terlebih karena mereka memiliki keterbatasan fisik.

Namun, jiwa sosial yang mereka miliki terkalahkan dengan sikap orang-orang sekitar yang meremehkan mereka.
Hal ini lah yang masih diharapkan oleh Rini dan teman-temannya agar orang-orang luar tidak lagi melihat mereka sebelah mata sebagai para penyandang dari perbedaan fisik.

Melalui pembuatan masker dan dibagikan ke masyarakat Tanjabbar secara gratis, Ia ingin mengajak semua pihak untuk bisa berkontribusi dalam bentuk apapun di tengah wabah Covid-19.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved