Virus Corona

Bagaimana Bisa Seorang yang Terjangkit Virus Corona Tidak Menunjukkan Gejala? Ahli Beri Penjelasan

Bagaimana Bisa Seorang yang Terjangkit Virus Corona Tidak Menunjukkan Gejala? Ahli Beri Penjelasan

Editor: Andreas Eko Prasetyo
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Warga beraktivitas menggunakan masker di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu (1/3/2020). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan membentuk Tim Tanggap COVID-19 guna mengantispasi penyebaran virus korona di Jakarta pasca telah diterbitkannya Instruksi Gubernur DKI Nomor 16 Tahun 2020 tentang peningkatan kewaspadaan terhadap risiko penularan COVID-19 atau virus Corona di DKI Jakarta. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNJAMBI.COM - Dimulai sejak awal tahun 2020, pandemi wabah virus corona kini menyebar hampir di semua negara di dunia.

Mewabahnya pandemi virus corona atau Covid-19 meresahkan hampir seluruh penduduk di dunia.

Pada awal kemunculan wabah virus corona, SARS-CoV-2 penyebab penyakit Covid-19 di Wuhan, China, gejala-gejala yang terjadi pada pasien yang terinfeksi sangat jelas sekali.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, gejala-gejala awal yang harus dicurigai adalah demam tinggi di atas suhu 38,5 derajat celcius, batuk dan sesak napas.

Tweet Dirinya di Twitter Soal Corona Disentil Roy Suryo, Maia Estianty: Sumpah, Ini Geli Aku Bacanya

Balasan Menohok Maia Estianty ke Roy Suryo, Usai Disebut Ada Motif Terselubung saat Bahas Corona

Mulai Diragukan, Begini Kata Ahli Soal Asal Mula Virus Corona Covid-19, Bukan dari Pasar di Wuhan?

Namun, saat ini sudah banyak terjadi perubahan gejala pada orang yang terinfeksi virus SARS-CoV-2.

Seseorang yang terinfeksi bisa mengalami gejala yang lebih berat atau malah tidak bergejala sama sekali yang disebut asimtomatik atau Orang Tanpa Gejala (OTG).

Lantas, bagaimana seseorang bisa terinfeksi virus SARS-CoV-2 dan tidak menunjukkan adanya gejala pada tubuh?

Menjawab hal itu, Dosen Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Dr Panji Hadisoemarto MPH, menjelaskan bahwa interaksi antara manusia sebagai host dengan virus sebagai agent memang kompleks.

"Berat (atau) ringan gejala bisa dipengaruhi faktor host (sistem imun manusia) dan faktor agent (virulensi) atau gabungan keduanya," kata Panji kepada kompas.com, Kamis (9/4/2020).

Fenomena infeksi asimtomatik, kata dia, bukan hanya terjadi pada Covid-19 saja, tetapi juga pada kebanyakan atau mungkin semua jenis penyakit infeksi.

Mendikbud Gandeng TVRI Agar Pelajar Bisa Belajar di Rumah Saat Wabah COVID-19, Dimulai Hari Senin

Puluhan Rumah Warga di Dusun Bedaro Kabupaten Bungo Terendam Banjir

VIDEO: PSBB Mulai Diterapkan di Jakarta, Semua Pusat Perbelanjaan di Ibu Kota Tidak Beroperasi

Imunitas selalu disebutkan sebagai garda terdepan tubuh dalam melawan semua jenis kuman asing yang memasuki tubuh manusia. Jika imunitas seseorang lemah, maka reaksi atau respons berupa gejala yang dimunculkan oleh tubuh juga akan lebih berat. Begitu pun sebaliknya.

Namun, jika hanya dilihat dari faktor agent saja, belum diketahui secara pasti apakah perubahan gejala menjadi asimtomatik atau parah adalah pengaruh mutasi pada virus penyebab Covid-19.

"Setidaknya secara teori (bisa jadi ada mutasi). Tapi sampai sekarang belum ada bukti kuat kalau keparahan penyakit disebabkan oleh mutasi virus," ujar dia.

Panji menekankan bahwa sebenarnya yang menjadi masalah utama bukanlah asimtomatik atau tidak, tetapi apakah orang yang asimtomatik ini menjadi sumber penularan atau tidak.

Tweet Dirinya di Twitter Soal Corona Disentil Roy Suryo, Maia Estianty: Sumpah, Ini Geli Aku Bacanya

SNIPER Cantik Dewi Kematian ISIS, Joanna Palani Kepalanya Dihargai Rp14 Milliar: Sedang Diburu ISIS

Balasan Menohok Maia Estianty ke Roy Suryo, Usai Disebut Ada Motif Terselubung saat Bahas Corona

Ada dugaan kuat bahwa orang tanpa gejala atau asimtomatik masih dapat menularkan virus SARS-CoV-2 yang ada pada tubuhnya ke orang lain di sekitarnya tanpa disadari.

"Ini sangat merepotkan, karena sumber penularan jadi sulit teridentifikasi dan diisolasi," tutur dia.

Sebaliknya, antibodi dari tubuh OTG atau pasien yang sembuh memang bisa dipelajari untuk membuat serum bagi pasien dengan gejala, tetapi masih membutuhkan kajian dan penelitian lebih lanjut.

"Penggunaan plasma orang yang sudah sembuh memang bisa digunakan untuk kasus-kasus berat. Makanya, hanya digunakan untuk pasien-pasien kritis," kata dia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Terinfeksi Virus Corona tapi Tak Bergejala, Kok Bisa? Ini Penjelasan Ahli",

Artikel ini telah tayang di Tribunpalu.com dengan judul Bagaimana Orang yang Terinfeksi Corona Tak Tunjukkan Gejala Apa Pun? Begini Penjelasan Ahli

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

Sumber: Tribun Palu
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved