Virus Corona
Kisah Pilu Petugas Medis di Italia Dihantui Trauma Setelah 80 Dokter Meninggal Akibat Covid-19
Sebuah kisah pilu dialami hampir seluruh tim medis yang menangani pasien Covid-19.
Hingga Senin (6/4/2020) Italia mencatat 128.948 kasus Covid-19 dengan kematian 15.887 orang.
Namun Minggu (5/4/2020), angka kematian di Italia 525 orang.
Sebelumnya Sabtu (4/4/2020) Italia mencatatkan 681 kematian.
Menghadapi tsunami korban Covid-19, petugas medis di Italia trauma lantaran pada Minggu (5/4/2020) malam, 80 dokter dan 21 perawat telah kehilangan nyawanya karena COVID-19 sejak Februari lalu.
Bahkan ada dua perawat lainnya memilih untuk mengakhiri nyawa mereka sendiri.
Ketika petugas medis berduka atas kehilangan rekan kerja mereka, mereka juga dituntut bekerja di garda terdepan untuk merawat orang yang telah terinfeksi dan berada dalam karantina.
Di Italia, lebih dari 12.000 petugas kesehatan telah dites positif untuk virus corona.
Di satu rumah sakit saja di Bresica, Lombardy, lebih dari 300 staf telah terinfeksi.
Walikota Lombardy meminta lebih banyak dukungan setelah tempat tidur di perawatan intensif Spedali Civili harus kosong karena kurangnya staf yang sehat.
Dikutip dari Sky News, Profesor Francesco Castelli, direktur Unit Penyakit Infeksi di Spedali Civili, menggambarkan dampak psikologis para stafnya.

"Kami saling bertanya siapa yang akan menjadi (korban kematian -red) berikutnya."
"Tentu saja secara psikologis kami terkena dampak, karena selain rekan kerja, kami adalah teman," katanya.
Di atas tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya di tempat kerja, staf sangat takut menularkan Virus ke keluarga mereka sehingga mereka merasa terisolasi di rumah.
"Kita semua memiliki kekhawatiran jika membawa penularan ke rumah kita," kata profesor itu.
"Kami hidup selama satu bulan terisolasi di rumah."
"Karena kami juga takut untuk mentransfer penularan kepada orang yang kita cintai," jelasnya.
"Jika menyatukan semua itu, beban kerja, kelelahan, kelelahan ... itu cukup menuntut secara psikologis," ungkapnya.
Ketika dokter dan perawat berjuang untuk menjaga pasien tetap hidup, mereka membawa rasa takut akan paparan Virus kepada mereka sendiri.

Dalam kunjungan ke satu dari enam rumah sakit khusus COVID-19 baru di Roma.
Terlihat rumah sakit belum pada puncak kapasitasnya, tetapi staf di Rumah Sakit sudah terlalu banyak bekerja.
Direktur kesehatan Antonino Marchese menunjukkan unit perawatan intensif dan mengatakan situasinya berat.
Tetapi ketika ia menggambarkan hari-hari tanpa henti dari 14 jam shift dan rasa takut tertular, jelas itu adalah deskripsi yang sederhana.
Mr Marchese mengatakan pekerjaannya saat ini seperti militer dalam memerang wabah Corona.
"Ini adalah pekerjaan yang kami lakukan dengan sangat sukarela, kami berusaha memberikan yang terbaik."
"Tentu dengan sangat hati-hati dan berusaha untuk tidak mencemari Virus ke diri sendiri."
"Terlepas dari semua tindakan pencegahan, pada awalnya tidak semua dari kita merasa kita harus berperilaku dengan cara yang ketat, seperti militer," tuturnya.

Jelas di sini staf medis sekarang tidak mengambil risiko, semua orang memakai pakaian pelindung karena rasa takut tertular sangat bisa terasa.
Kekurangan alat pelindung diri (APD) pada tahap awal wabah, menjadi penyebab tertularnya petugas kesehatan.
Pandemi ini sering digambarkan oleh para dokter sebagai bencana "seperti tsunami".
Dan pada saat wabah, mereka sudah terlambat untuk mempersiapkan.
Ketika para ahli terus bekerja untuk memahami COVID-19, bukti muncul untuk menunjukkan bahwa petugas kesehatan garis depan lebih dalam bahaya.
Tetapi bagi Italia, mereka terlambat mempelajari hal ini.
"Situasi itu ditemukan ketika sudah menjadi masalah besar," kata peneliti Flavia Ricardo, dari Institut Kesehatan Masyarakat Italia.
"Satu hal yang kita ketahui tentang keluarga Virus ini adalah bahwa mereka cenderung menularkan dengan sangat baik di lingkungan layanan kesehatan."

"Penyakit yang biasanya ditularkan melalui tetesan besar itu kini menular melalui udara."
"Jadi itu menyebar jauh lebih luas. Dan tentu saja orang-orang yang lebih terpapar itu adalah orang-orang yang lebih dekat dengan pasien," katanya.
Sementara APD untuk staf rumah sakit sekarang menjadi prioritas utama, masih ada kekurangan masker bedah untuk dokter di Italia.
Generasi dokter dan perawat sekarang bekerja dan berusaha bertahan hidup dalam keadaan yang mungkin tidak pernah mereka bayangkan.
Keadaan yang telah meninggalkan Italia dalam keadaan trauma dan sekarang merenggang secara global.
(Tribunnews.com/Maliana)
Artikel ini telah tayang di Tribunpapua.com dengan judul Petugas Medis di Italia Dihantui Kematian karena Virus Corona: Kami Saling Tanya Siapa Berikutnya, https://papua.tribunnews.com/2020/04/06/petugas-medis-di-italia-dihantui-kematian-karena-virus-corona-kami-saling-tanya-siapa-berikutnya?page=all.