Virus Corona
WHO Beri Peringatan Soal Penularan Virus Corona Secara Airborne atau Melalui Udara
Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) memperingatkan kemungkinan penularan virus corona melalui udara.
Partikel virus corona bertahan dalam aerosol
Apabila melihat kembali Covid-19 secara spesifik, orang yang terinfeksi virus penyakit ini, saat batuk atau bersin, droplet atau percikan cairan akan keluar dari hidung dan mulut.
Dr. Desai menjelahkan kemungkinan partikel tersebut dapat saja bertahan lama di udara di sekitar pasien tersebut.
Namun, para ahli belum dapat menjelaskan durasi waktu secara konkret, berapa lama tepatnya itu akan bertahan di udara.
Dalam sebuah studi terbaru yang diterbitkan, Rabu (18/3/2020) di New England Journal of Medicine, para peneliti menemukan virus corona, SARS-CoV-2 yang keluar melalui droplet saat batuk atau bersin, tetap stabil dalam aerosol selama tiga jam.
Kendati demikian, ada baiknya diperlukan percobaan yang dilakukan dalam penelitian ini. Selain aerosol, perlu juga melihat apakah virus corona juga bertahan jika terpapar pada plastik, tembaga dan beberapa zat lain.
"Hasil penelitian ini, kami menunjukkan bahwa transmisi aerosol yang mengandung virus corona, SARS-CoV-2 cukup masuk akal. Sebab, virus dapat tetap hidup dan menular di aerosol selama berjam-jam," ungkap penulis penelitian ini.
Bahkan, jika bekas partikel virus di udara saat pasien bersin atau batuk dapat bertahan berjam-jam di udara, maka kemungkinan masih ada partikel yang tertinggal hanya mencapai sekitar enam kaki dari titik asal.
Jadi, seperti dinyatakan CDC, transmisi udara dari orang ke orangdalam jarak yang jauh tidak mungkin terjadi.
Seseorang cenderung memahami bahwa orang yang terinfeksi, saat batuk atau bersin, droplet yang mengandung partikel virus akan langsung mendarat ke wajah, tubuh atau permukaan terdekat.
"Jadi taruhan teraman Anda adalah tinggal enam kaki jauhnya dari semua orang, sebanyak yang Anda bisa," kata Dr. Bhuyan.
Virus campak, contohnya, dapat hidup di udara hingga dua jam setelah orang yang terinfeksi keluar.
Sedangkan virus corona, MERS yang muncul pada 2012 di Timur Tengah, juga ditemukan dalam bentuk infeksi yang diambil dari sampel udara di rumah sakit tempat pasien dirawat.
Namun, hingga saat ini, penelitian baru terus muncul tentang bagaimana Covid-19 menyebar dan masih banyak yang harus dipelajari tentang penyebaran virus corona, SARS-CoV-2 ini.
(Kompas.com / Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas)