Antisipasi Corona di Jambi
Berinvestasi Saham di Saat Pasar Terkoreksi Akibat Isu Virus Corona
Pasar saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan bursa efek dunia tengah mengalami koreksi akibat isu virus Corona.
Penulis: Fitri Amalia | Editor: Deni Satria Budi
Mengapa? Karna obat-obatan tetap dibutuhkan orang yang akan tetap terkena penyakit dalam situasi ekonomi apapun.
Artinya, perusahaan-perusahaan farmasi tidak akan mengalami penurunan kinerja yang signifikan. Dan harga saham sektor ini relatif stabil.
Sektor yang kedua berdasarkan analisa beberapa perusahaan sekuritas, yang tahan krisis adalah sektor makanan.
Karena orang tetap butuh makan. Perusahaan yang memproduki mi instan, harga sahamnya relatif bertahan. Orang akan mengkonsumsi lebih banyak makanan cepat saji yang harganya terjangkau di masa resesi.
Sebaliknya, sektor konsumsi non primer seperti otomotif, gaya hidup contohnya pusat perbelanjaan, otomotif, gadget, dan barang lain yang berkomponen impor cenderung menurun harganya dan agak lama untuk naik kembali.
Sektor perumahan atau real estate juga cenderung paling terpukul saat krisis.
Sementara sektor perbankan walaupun cepat turun di saat krisis ekonomi terjadi, umumnya paling cepat bangkit juga.
• CATAT! Jadwal dan Spoiler Boruto Episode 148, 149, 150 hingga 151, Bakal Ada Karakter Baru di Cerita
• Ditinggal Pergi ke Pasar, Bengkel Berisi 4 Mobil dan 1 Motor di Bungo Ludes Terbakar
Karena ketika perekonomian pulih, para pengusaha cenderung mencari bank untuk mendapatkan modal kerja untuk berusaha melakukan ekspansi dan menambah modal kerja.
Jadi, selain melakukan wait and see. Melihat dan menunggu situasi, investor bisa pelan-pelan melakukan pembelian saham-saham yang berpotensi naik ke depan.
Tidak perlu sekaligus besar, karena tidak ada yang tahu, apakah saat ini sudah pada titik bottom atau masih akan terjadi penurunan.
Pembelian berkala menjadi pilihan untuk memanfaatkan momentum. Yang terpenting, berinvestasilah dalam jangka waktu yang panjang, saat krisis melanda.
Pilih perusahaan yang berkinerja baik. Artinya, penurunan harga sahamnya diakibatkan lebih banyak karena faktor eksternal situaisi ekonomi. Bukan terutama akibat kinerja fundamental perusahaannya yang jelek.
Investor juga perlu memahami karakteristik sektor usaha dari emiten yang sahamnya hendak dipilih. Dengan memahami perusahaan dan karakter bisnisnya, investor akan memahami kapan siklus perusahaan tersebut akan kembali membaik.
Berdiskusilah dengan para analis pasar modal. Jangan terbawa aksi panic selling para investor. Berpikirlah dan menganalisa dengan tenang.
Tak kalah pnting jangan gunakan dana jangka pendek apalagi dana pinjaman saat berinvestasi di saham. Lakukan diversifikasi untuk meminimalkan risiko, dan evaluasi secara berkala. (*)
