Dua Pasien RSPI Meninggal, Belum Diketahui Positif Corona atau Tidak, Dua Pasien Alami Kecemasan

Dua pasien di RSPI Sulianti Saroso meninggal dunia, namun pihak rumah sakit belum mengetahui apakah pasien yang meninggal dunia

Editor: Nani Rachmaini
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Petugas menggunakan masker di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta, Senin (2/3/2020). Presiden Joko Widodo mengumumkan dua orang positif terjangkit virus Covid-19 atau virus corona, dan saat ini berada di ruang isolasi RSPI Sulianti Saroso, Jakarta. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Dua Pasien RSPI Meninggal, Belum Diketahui Positif Corona atau Tidak, Dua Pasien Alami Kecemasan

TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Dua pasien di RSPI Sulianti Saroso meninggal dunia, namun pihak rumah sakit belum mengetahui apakah pasien yang meninggal dunia pada Kamis (12/3) pagi tersebut terjangkit virus corona atau tidak.

Oleh karenanya, Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso dr. Mohammad Syahril enggan mengumumkan bahwa yang bersangkutan meninggal karena virus corona.

"Belum ada hasilnya. Kita tidak mengumumkan meninggal karena Covid-19," ujar Syahril, dalam konferensi pers, di RSPI Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta Utara.

Dia menjelaskan belum ada hasil dari pemeriksaan laboratorium terkait yang bersangkutan. Hasilnya baru akan keluar Jumat (13/3).

Pihak RSPI, kata Syahril, juga tengah mempelajari apakah pasien yang meninggal tersebut pernah melakukan kontak dengan pasien yang positif terinfeksi virus corona.

Syahril pun berharap yang bersangkutan meninggal bukan karena virus corona.

  "Dari tracking pasien itu tidak ada kontak yang betul-betul erat didapatkan. Jadi saat ini masih dipelajari betul oleh rumah sakit yang mengirim maupun dari kita. Mudah-mudahan negatif dan tidak ada apa-apa," kata dia.

Sebelumnya diberitakan, Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso mendapati adanya kiriman satu pasien dalam keadaan sakit berat pada Rabu (11/3) malam.

Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso dr. Mohammad Syahril mengatakan pasien tersebut berjenis kelamin perempuan dan berusia 37 tahun.

Namun, pasien tersebut akhirnya meninggal dunia pada Kamis (12/3) pagi, pukul 08.00 WIB.

"Pagi tadi pukul 08.00 WIB itu ada yang meninggal satu, yang tadi malam dikirim itu. Karena dikirim dalam keadaan sakit berat pakai ventilator, meninggal," ujar Syahril.

Dia menjelaskan bahwa pasien tersebut dikirim dari salah satu rumah sakit pemerintah dalam kondisi yang disebut acute respiratory distress syndrome (ARDS) atau pneumonia yang berat dan memakai ventilator. 

Namun, Syahril tak menegaskan apakah yang bersangkutan terjangkit virus corona. Pihak RSPI, kata dia, masih menunggu hasil laboratorium guna mengetahui apakah pasien tersebut positif atau negatif virus corona.

"Tadi malam masuk dan sudah kita lakukan terapi maksimal ternyata tidak tertolong pagi hari ini," kata dia.

Sementara itu, Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi dari Instalasi Rehabilitasi Medik RSPI Sulianti Saroso dr. Andi Dala Intan mengatakan dua dari sembilan pasien yang diisolasi di RSPI mengalami gangguan kecemasan. Dua pasien tersebut memerlukan pendampingan psikolog.

"Ada dua pasien yang memang memerlukan pendampingan psikolog dari tim instalasi rehabilitasi medik," ujar Dala.

Dala tak menjelaskan secara rinci pasien kasus berapa yang mengalami gangguan kecemasan. Namun dia hanya menyebut satu pasien berusia lanjut, sementara satu lainnya berusia muda.

"Satu pasien dengan usia lanjut, ada gangguan cemas dan depresi terselubung. Sehingga terjadi seperti semacam gangguan penyesuaian yang akan kami elaborasi lagi," kata dia.

"Nah satu lagi ada pasien usia muda, dia juga mengalami gangguan cemas," tutupnya.

Terkait hal itu, psikolog Barita Ulina mengatakan gangguan kecemasan berpengaruh dan dapat menurunkan imunitas atau sistem kekebalan tubuh pasien. 

"Kalau kita mengalami kecemasan pasti imunnya juga bisa menurun. Itu tidak berlaku hanya untuk pasien corona saja, berlaku ke semua orang seperti itu," ujar Barita.

Dia menjelaskan bahwa pada dasarnya penyakit-penyakit fisik bisa dipengaruhi oleh faktor dari sisi psikologis.

Dalam hal ini, imunitas tubuh. 

Oleh karenanya, ketika pasien mengalami gangguan psikologis, baik ringan, sedang atau berat tentu akan mempengaruhi juga kondisi fisik yang bersangkutan.

Barita mengatakan sudah merencanakan pendampingan secara psikologis melalui konseling dan psikoterapi.

Nantinya pendampingan itu akan dilakukan melalui interkom atau kontak langsung dengan pasien. 

"Pendampingannya bisa melalui interkom lewat telepon dan monitor atau nanti kontak langsung dengan pasiennya," pungkas Barita.

Dipantau

Italia menutup seluruh wilayahnya akibat penyebaran virus corona. Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Roma terus memantau kondisi 3.138 warga negara Indonesia (WNI) di negeri Menara Pisa itu.

KBRI meminta WNI yang berada di Italia untuk tetap tenang namun meningkatkan kewaspadaan, serta mengikuti ketentuan yang diberlakukan oleh otoritas setempat.

"Sampai saat ini ada 3.138 WNI bermukim di wilayah Italia dan terus dipantau perkembangannya," ujar Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Italia merangkap Malta San Marino, dan Siprus, Esti Andayani.

KBRI mengimbau agar WNI untuk sementara waktu tidak melakukan perjalanan ke Italia, sebagai langkah pencegahan penyebaran virus corona.

"Terkait keputusan pemerintah Italia untuk memberlakukan kontrol yang lebih ketat bagi seluruh wilayah negeri dalam rangka pencegahan penyebaran coronavirus jenis baru, KBRI Roma mengimbau WNI untuk sementara waktu tidak melakukan perjalanan ke Italia hingga terdapat pemberitahuan berikutnya," jelas KBRI Roma dalam keterangannya.

Akibat kebijakan otoritas Italia itu, KBRI Roma sementara waktu menghentikan layanan kekonsuleran bagi warga negara asing.

Namun untuk, pelayanan paspor dan Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) bagi WNI dapat dilakukan jika sebelumnya sudah membuat perjanjian.

Dalam keadaan emergency WNI dapat menghubungi Hotline Posko Penanganan Covid-19 KBRI Roma di +39 338 923 4243. Sejak Senin (9/3) lalu, pemerintahan Sergio Mattarella mengkarantina seluruh wilayah Italia untuk melindungi 60juta warganya dari virus Covid-19.

Italia diketahui menjadi negara nomor dua setelah China penyebaran virus corona. Tercatat Kamis hari ini, ada 12.462 orang positif dengan angka kematian menyentuh 827 orang di Italia.

Perdana Menteri Giuseppe Conte mengumumkan sejumlah aturan, mulai dari membatasi perjalanan warga, melarang pertemuan, meliburkan sekolah dan universitas, sampai melarang toko buka, selain apotek dan toko kebutuhan makanan. Kebijakan tersebut berlaku hingga 3 April mendatang.(Tribun Network/rin/yud/wly)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved