Eksklusif Tribun Network
Orang Beruntung, Gagal Pilgub Jadi Menteri, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziah (1)
Ida menerima audiensi tim Newsroom Terintegrasi Tribun Network Jakarta yang dipimpin General Manager Content Tribun Network Domu A Ambarita dan ...
Bagi saya, menurut saya sih jalan saya akan sangat mudah kalau orang terdekat dengan saya memberikan restu.
(Pilgub Jateng 2018 diikuti dua pasangan kandidat. Ida Fauziyah sebagai calon wakil gubernur berpasangan dengan Cagub Sudirman Said, pada Pilgub Jawa Tengah 2018. Mereka berhadapan menantang kandidat petahana, Ganjar Pranowo yang berpasangan dengan Taj Yasin. Hasil perolehan suara, raihan suara Sudirman-Ida 41,22 berbanding 58,78 persen Ganjar-Yasin).
Siapa saja orang terdekat itu?
Suami dan ibu. Ketika dua orang ini sudah memberikan dukungannya, jalan akan mulus. Dalam Pilkada Jateng, saya tahu betul, menghadapi Pak Ganjar Pranowo. Dan PDIP itu adalah pemenang bertahun-tahun di Jateng.
Semua orang tahu yang namanya Jawa Tengah itu kandangnya PDIP. Semua itu orang tahu. Dan saya tahu Pak Ganjar itu incumbent. Saya tahu itu bukan hal yang gampang menaklukkan kondisi seperti itu.
Tapi kalau saya, orang terdekat saya sudah memberikan dukungan, saya hanya bismillah. Dan kalau saya sudah bismilah itu saya tidak pernah berpikir kalah. Itu yang menjadikan saya semangat kerjanya luar biasa.
Saya bukan tidak dengar, bukan tidak baca survei. Survei kan malah setiap dua minggu ada survei ini itu, saya bukan tidak baca. Baca banget survei itu. Tapi tidak tahu kenapa kalau dalam hal itu saya dibutakan. Ah peduli amat dengan survei.
Jadi ketika bekerja itu, saya sudah tidak ada pilihan lain kecuali menang gitu. Jadi pikirannya itu. Sampai orang berpikir ini kok kerjanya seperti orang tidak tahu survei.

Saya hanya menangkap ada harapan bahwa ada banyak orang yang memberikan dukungan ke saya dan ini cukup menjadi bagi saya motivasi utama.
Survei setiap hari tidak pernah saya baca, sudah, biarkan saja survei. Begitu sih kalau saya.
Ketika kalah, siapa sih pak orang yang kalah kemudian bahagia. Jadi kalau saya sih, manusiawi saja, kalau saya kecewa. Tapi saya merasa bahwa saya tidak terlalu lama tenggelam dalam kekecewaan itu.
Setiap kompetisi itu ya ada kalah ada menang, dan itu risiko. Ketika mau menentukan itu saya sudah tahu kalau kondisinya seperti itu. Jadi saya segera move on.
Tidak begitu lama, berapa jam atau berapa hari atau berapa minggu?
Ya tidak dalam hitungan jam tentunya, tapi yang pasti saya tidak pernah mengeluarkan air mata untuk kekalhan itu. Perolehan 41 persen capaian suara itu sudah cukup membanggakan.
Bagi saya, saya merasa kerja keras itu terjawab dengan jumlah ini. Saya tahu persis kenapa saya kalah, dalam kondisi yang tidak banyak logistik. Keterbatasan itu dapat 41 persen itu saya bayangkan ada teman-teman yang sudah melakukan masa sosialisasi yang panjang.