IHSG dan Rupiah Menguat Bareng, Sentimen Negatif dan Corona Masih Menghantui
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 131,50 poin atau 2,38% ke5.650,13 pada akhir perdagangan Rabu (4/3).
TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 131,50 poin atau 2,38% ke5.650,13 pada akhir perdagangan Rabu (4/3).
Begitupun, rupiah menguat setelah The Fed menurunkan suku bunga acuannya 50 basis poin ke level 1%-1,25%.
Tercatat, sebanyak 292 saham naik, 125 saham turun dan 126 saham tak bergerak. Seluruh sektor saham kompak menghijau.
Sektor-sektor saham dengan penguatan terbesar adalah sektor infrastruktur naik 4,02%, sektor industri dasar naik 3,87%, dan sektor manufaktur naik 2,54%.
Total volume perdagangan saham di bursa hari ini mencapai 6,16 miliar saham dengan total nilai Rp6,91 triliun.
Top gainers LQ45 Rabu (4/3) adalah: PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) (10,78%), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) (10,50%), dan PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) (6,90%)
Sementara top losers LQ45 meliputi: PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) (-0,90%), PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) (-0,39%), dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) (-0,37%).
Investor asing mencatatkan penjualan bersih Rp 61,78 miliar di seluruh pasar. Saham-saham dengan penjualan bersih terbesar asing adalah PT Astra International Tbk (ASII) Rp 82,2 miliar, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 76,8 miliar dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp 62 miliar.
Perkasa
Rupiah catat penguatan setelah The Fed menurunkan suku bunga acuannya 50 basis poin ke level 1%-1,25%.
Mengutip Bloomberg, Rabu (4/3), rupiah langsung menguat 1,19% ke Rp14.113 per dolar AS. Kurs tengah rupiah juga menguat 0,35% jadi ke Rp14.171 per dolar AS.
Analis Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan rupiah menguat karena adanya kabar mengejutkan The Fed menurunkan suku bunga acuannya. Dampaknya, dolar AS langsung melemah dan rupiah menguat.
Selain itu, aksi profit taking juga menambah penguatan rupiah terhadap dolar AS. "Rupiah yang naik ke Rp 14.300 per dolar AS jadi level di mana pelaku pasar melepas keuntungan dari posisi rendah rupiah yang sempat berada di Rp13.500 per dolar AS," kata Yudiawan, Rabu (4/3).
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menambahkan, penguatan rupiah didukung dari membaiknya kondisi pasar keuangan emerging market setelah The Fed memangkas suku bunga acuannya.
"Penurunan suku bunga AS langsung direspon negatif pasar saham dan obligasi AS, tetapi pasar di emerging market menyambut positif, terlihat dari pasar saham dan obligasi dalam negeri menguat, ini yang dukung rupiah menguat," kata Josua.