Sejarah Indonesia
Cuma Benny Moerdani yang Berani Buat Para Jenderal TNI Terdiam Saat Banting Baret Merah Kopassus
Cuma Benny Moerdani yang Berani Buat Para Jenderal TNI Terdiam Saat Banting Baret Merah Kopassus
Cuma Benny Moerdani yang Berani Buat Para Jenderal TNI Terdiam Saat Banting Baret Merah Kopassus
TRIBUNJAMBI.COM - Sosok Panglima ABRI (kini TNI) Jenderal Benny Moerdani sudah sangat melekat di dunia militer Indonesia.
Kala belum berubah nama dari Panglima ABRI menjadi Panglima TNI, Benny Moerdani pernah buat Jenderal Jenderal TNI kicut.
Itu berawal saat mantan Panglima ABRI (kini TNI) saat merasa kesal melihat baret merah korps Pasukan Khusus (Kopassus).
Kisah satu ini menceritakan sosok legenda Kopassus dan juga mata-mata paling diandalkan oleh Korps Baret Merah TNI AD itu.
Siapa lagi kalau bukan Benny Moerdani. Karier Benny sudah sangat moncer sampai ia menjabat sebagai Panglima TNI saat itu.
Namun tingginya jabatan dirinya, tidak serta merta melupakan teman-temannya semasa perjuangan dahulu.
Bahkan pernah ada cerita, Benny Moerdani rela membela temannya yang dikeluarkan dari satuan Kopassus yang akhirnya berakibat buruk untuk kariernya.
• Ini yang Diucap Benny Moerdani Sampai Buat Mantan Sniper SAS Gentar saat Bertemu di Inggris
• Cuma Jenderal TNI Benny Moerdani yang Bisa Buat Pasukan Paling Elite di Inggris Tunduk di Perang Ini
• Luhut Binsar Pernah Terdiam Kala Benny Moerdani Marah hingga Takut Bertanya: Saya Jenderal Bintang 4
• Meski Jadi Jenderal Kesayangan Soeharto, Nasib Benny Moerdani Tragis Kala Peringati Anak Pak Harto
• KISAH Benny Moerdani Nyaris Tewas Tertembak Saat Pimpin Kopassus Operasi Naga Bebaskan Irian Barat
Cerita itu bermula dari sini. Ketika bergabung dengan pasukan Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) Benny Moerdani yang pada tahun 1962 berpangkat Mayor, pernah memimpin pasukan untuk menyusup ke Irian Barat (Papua) dalam operasi tempur bersandi Pasukan Naga.
Dalam pertempuran sengit melawan pasukan marinir Belanda, salah seorang anak buah Benny, Lettu Agus Hernoto mengalami luka tembak di kedua kakinya dan pada bagian punggung sehingga terpaksa ditinggalkan di medan laga.
Belakangan Agus tertangkap pasukan marinir Belanda sewaktu melakukan operasi pembersihan dan kemudian ditawan.

Pasukan Belanda sendiri memperlakukan Agus sesuai konvesi Jeneva, ia dirawat hingga sembuh tapi kedua kakinya terpaksa diamputasi mengingat luka tembaknya sudah membusuk.
Setelah operasi Pasukan Naga selesai dan Irian Barat kembali ke pangkuan RI, Agus meskipun mengalami invalid dan memakai kaki palsu masih bertugas di lingkungan RPKAD dan satu batalyon dengan Benny Moerdani.
Suatu kali (1965) terjadi kebijakan di lingkungan RPKAD yang salah satu keputusannya adalah prajurit invalid tidak boleh bergabung lagi dengan RPKAD.
Atas keputusan itu Benny Moerdani menyatakan ‘protes’ terhadap kebijakan komandan RPKAD waktu itu, Moeng Pahardimulyo.

Benny bersikeras prajurit seperti Agus Hernoto harus tetap berada di satuan RPKAD mengingat jasa dan pengorbanannya bagi bangsa serta negara yang demikian luar biasa.