Pulihkan Aktivitas Sehari-hari dengan Okupasi Terapi
Jika seseorang mengalami gangguan kesehatan sehingga tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari, bisa mempertimbangkan okupasi terapi.
Penulis: Nurlailis | Editor: Teguh Suprayitno
Pulihkan Aktivitas Sehari-hari dengan Okupasi Terapi
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Jika seseorang mengalami gangguan kesehatan sehingga tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari, bisa mempertimbangkan okupasi terapi sebagai salah satu langkah pengobatan.
Okupasi terapi adalah bentuk layanan kesehatan kepada masyarakat atau pasien yang mengalami gangguan fisik dan atau mental dengan menggunakan latihan/aktivitas mengerjakan sasaran yang terseleksi (okupasi) untuk meningkatkan kemandirian individu pada area aktivitas kehidupan sehari-hari, produktivitas dan pemanfaatan waktu luang dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Tujuan utama dari Okupasi Terapi adalah memungkinkan individu untuk berperan serta dalam aktivitas keseharian.
Misalnya, mampu melakukan aktivitas sehari-hari yang sebelumnya tak bisa dilakukannya seorang diri. Entah itu untuk melakukan perawatan diri seperti makan, mandi, dan berpakaian, pengembangan diri seperti membaca, berhitung, maupun bersosialisasi, latihan fisik seperti melatih gerakan sendi, kekuatan otot, dan kelenturan, menggunakan alat bantu, serta kegiatan lainnya. Melalui terapi ini, pengidap gangguan kesehatan dapat menjalani kesehariannya dengan mandiri.
• Apa Sebenarnya yang Jadi Penyebab Munculnya Virus Corona? Penyakit yang Mirip Seperti SARS?
• Komunitas Traveling Jambi Backpacker akan Gelar Umrah pada 2021, Ternyata Begini Caranya
• Letkol Erwan Susanto Resmi Jabat Dandim 0419/Tanjab, Lulusan Akmil 2001
Dwi Lestari, okupasi terapis dari RSJ Jambi menjelaskan ada tiga fokus area pada okupasi terapi yaitu Model Of Human Occupation, Aktivitas Bantu Diri dan leisure atau produktivitas.
Di RSJ Jambi juga ada beragam jenis tindakan agar pasien mampu mandiri lagi baik anak maupun dewasa. Tindakan yang dilakukan adalah adaptasi aktivitas kehidupan sehari-hari, rehabilitasi prevokasional dan okupasi, penanganan gangguan persepsi kognitif, tata laksana gangguan sensori somato sensory, terapi edukasi, terapi musik, terapi rekreasi, behavior therapy, kognitif behavior therapy.
Menurutnya okupasi terapi masih jarang diketahui masyarakat. Kebanyakan juga mengetahui bahwa terapi okupasi hanya untuk anak berkebutuhan khusus. Padahal terapi okupasi untuk semua usia yang membutuhkan pemilihan.
Pada anak yang mengalami autis, terapi yang diberikan bisa berupa sensori integrasi. Usia anak juga mempengaruhi penanganannya.
"Biasanya anak yang autis usianya tidak sesuai dengan usia perkembangannya. Yang disasar adalah motorik, kemampuan bantu diri, sosial komunikasi, sensori prosessing. Kalau tidak sesuai dengan usianya, kami membuat program yang sesuai dengan usia perkembangannya," jelasnya.
Mengenai lama waktu terapi tergantung pada kemampuan anak dan ketekunan orang tua karena terapi biasanya hanya berjalan satu jam dalam sehari atau seminggu, sedangkan sisanya bersama orang tua.
Sebelum menjalani okupasi terapi sebaiknya ke dokter anak terlebih dulu untuk didiagnosa awal. (Lai)