Temuan Dokumen Lawas di Sarolangun
Siapa Sebenarnya Kakek Zakaria? Namanya Tercantum di Dokumen Lawas yang Ditemukan Bambang
Bambang juga tidak menyangkan bahwa sang kakek yang sudah meninggal sekira tahun 1970-an itu menyimpan dokumen penting seperti itu.
Penulis: Wahyu Herliyanto | Editor: Duanto AS
NAMA Zakaria tercantum dalam dokumen Kongres Pemuda Sedaerah Djambi tahun 1957.
Arsip yang ditemukan Bambang Isnaini (37) itu mengisahkan tentang Kongres Pemuda Sedaerah Djambi bersama Badan Kongres Rakjat Djambi (BKRD) dalam mengambil sikap tegas terhadap menentukan Provinsi Otonomi Daerah Jambi.
Tercatat dalam arsip tersebut susunan nama Kongres Pemuda Jambi berjumlah 13 orang, termasuk Zakaria.
Temuan menarik di Sarolangun membuat ramai. Dua pekan pasca hari jadi Provinsi Jambi, dokumen sejarah otonomi daerah Jambi ditemukan warga asli Kabupaten Sarolangun.
• BREAKING NEWS Ismail Temukan Gundukan Tanah yang Diduga Candi di Berbak
• Sakit Hati Ditegur Saat Lakukan Pemalakan, Pria Ini Bacok Anggota Polisi, Begini Nasibnya Kini?
• Berseteru Dengan Andhika Pratama, Nikita Mirzani Beber Perangai Menutup Pintu Rezeki 3 Artis Lain
Bambang Isnaini (37) menemukan beberapa helai kertas bertuliskan Bahasa Indonesia dalam ejaan lama.
Saat membersihkan rumah, dalam lemari kuno bagian bawah pada rumah sang kakeknya (Zakaria, almarhum) di Desa Karang Mendapo, Kecamatan Pauh Sarolangun, lembar demi lembar dokumen sejarah itu diselamatkannya pada Minggu (19/1).
Beberapa berkas itu menuliskan proses terbentuknya daerah otonomi Provinsi Jambi.
Siapa sebenarnya Zakaria?
Bambang mengatakan almarhum kakek Zakaria merupakan perwakilan dari Marga Simpang III Pauh dan dan Marga Bathin VI.
Dalam dokumen itu pula, saat diamati, Jambi merupakan bagian dari Provinsi Sumatra Tengah, sebelum 1957.
Dokumen lawas itu menceritakan tentang perjuangan pemuda perwakilan Jambi untuk mendukung agar Jambi lepas dari Provinsi Sumatera Tengah dan menjadi daerah otonom.
Bambang Isnaini menuturkan setelah menemukan dokumen sejarah tersebut sudah banyak yang menghubunginya, baik dari pemerintah dan masyarakat.
"Sampai detik ini, sudah banyak yang menghubungi, pengen nengok. Ada yang nyuruh taruk di musium, ada yang nyuruh diregis dulu, ada yang nyuruh nyimpen dewek," katanya.
Bambang juga tidak menyangkan bahwa sang kakek yang sudah meninggal sekira tahun 1970-an itu menyimpan dokumen penting seperti itu.
"Awalnya saya dak tau kalau datuk pejuang juga," katanya.
