Ratusan Menderita di Boven Digoel, Tempat Pembuangan 1.000 Lebih Tapol, Termasuk Hatta dan Syahrir
Viral meninggalnya Bupati Boven Digoel, membawa ingatan pada nama yang tak asing lagi, terutama saat masa-masa pemberontakan PKI
SISI LAIN
Mengenal Keunikan Boven Digoel
Viral meninggalnya Bupati Boven Digoel, membawa ingatan pada nama yang tak asing lagi, terutama saat masa-masa pemberontakan PKI tahun 1926, yaitu Boven Digoel.
Nama ini lekat dalam sejarah Indonesia.
Diketahui pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Kabupaten Boven Digoel dikenal dengan sebutan Digul Atas, dan merupakan tempat pengasingan tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia. Digul Atas terletak di tepi Sungai Digul Hilir.
Kamp Boven Digoel dipersiapkan dengan tergesa-gesa oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk menampung tawanan Pemberontakan PKI tahun 1926.
Selanjutnya Boven Digul digunakan sebagai tempat pembuangan pergerakan nasional dengan jumlah tawanan tercatat 1.308 orang.
Di antara tokoh-tokoh pergerakan yang pernah dibuang ke sana antara lain Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, Sayuti Melik, Marco Kartodikromo, Chalid Salim, Lie Eng Hok, Muchtar Lutfi, dan Ilyas Ya'kub.
Daerah seluas 10.000 hektar itu berawa-rawa, berhutan lebat, dan sama sekali terasing.
Satu-satunya akses menuju kamp tersebut ialah menggunakan kapal motor melalui Sungai Digul.
Di sepanjang tepian sungai berdiam berbagai suku.
Karena sarana kesehatan tidak ada, penyakit menular sering berjangkit, seperti penyakit malaria yang membawa banyak korban.
Tempat pembuangan tersebut terbagi atas beberapa bagian, yakni Tanah Merah, Gunung Arang (tempat penyimpanan batu bara), kawasan militer yang juga menjadi tempat petugas pemerintah, dan Tanah Tinggi.
Sewaktu rombongan pertama datang, Digul sama sekali belum merupakan daerah permukiman.
Rombongan pertama sebanyak 1.300 orang yang sebagian besar dari Banten, diberangkatkan pada Januari 1927.
Pada akhir Maret 1927, menyusul ratusan orang lain dari Sumatra Barat.
Mula-mula mereka ditempatkan di Tanah Merah.
Dua tahun kemudian, melalui seleksi ketat, sebagian dipindahkan ke Tanah Tinggi.
Pada tahun-tahun pertama, ratusan orang meninggal karena kelaparan dan sakit.
• Hasil Otopsi Belum Keluar, Benarkah Polisi Bakal Periksa Suami Lina Jubaedah Teddy Lagi?
• TNI Temukan Markas KKB di Intan Jaya Papua, Benarkah Senjata KKB Masuk dari Perbatasan Papua Nugini?
• Ini Daftar Tes SKD CPNS 2020 Hari Pertama Dilakukan 27 Januari Hingga 28 Februari
Penderitaan itu menyebabkan banyak orang buangan mencoba melarikan diri ke Australia.
Mereka menggunakan perahu-perahu kecil buatan sendiri, tetapi sedikit saja yang berhasil.
Sebagian terpaksa kembali, lainnya mati tenggelam.
Pada waktu Perang Pasifik meletus dan Jepang menduduki Indonesia, tawanan Boven Digoel diungsikan oleh Belanda ke Australia.
Pemindahan itu didasari kekhawatiran tahanan akan memberontak jika tetap di Boven Digoel.
Diharapkan orang-orang Indonesia yang dibawa ke Australia akan membantu Belanda.
Ternyata tahanan politik itu mempengaruhi serikat buruh Australia untuk memboikot kapal-kapal Belanda yang mendarat di Benua Kanguru.
Setelah sekutu berhasil memperoleh kemenangan, tawanan itu dikembalikan ke tempat asalnya di Indonesia. (Wikipedia)
FOLLOW INSTAGRAM TRIBUN JAMBI:
.
Artikel ini telah tayang di tribunmanado.co.id dengan judul Kematian Bupati Boven Digoel Benediktus Menyimpan Sejumlah Pertanyaan, Polisi Temukan Obat-Obatan