Tak Ada Operasi Balasan ke Iran, Donald Trump Sebut Ingin Masa Depan yang Baik Bagi Rakyat Iran
Presiden AS Donald Trump menarik diri dari peluang perang dengan Iran, setelah markas pasukannya diserang rudal. Pada Rabu dini hari waktu Irak, Teher
TRIBUNJAMBI.COM- Presiden AS Donald Trump menarik diri dari peluang perang dengan Iran, setelah markas pasukannya diserang rudal.
Pada Rabu dini hari waktu Irak, Teheran membombardir Pangkalan Udara Ain al-Assad dan Irbil, markas bagi koalisi internasional.
Garda Revolusi Iran menyatakan, mereka menghantam markas itu setelah AS membunuh jenderal top mereka, Qasem Soleimani.
• Fakta Baru Meninggalnya Ibunda Rizky Febian, Teddy Beri Respon Mengejutkan Begini, Bahkan Nantang
• Andika Pratama vs Nikita Mirzani, Nyai: Dia yang Mulai Duluan, Dia Juga yang Harus Selesaiin Duluan!
• Download Lagu MP3 Nella Kharisma 25 Lagu Terbaru 2020, Ada Video Spesial Dangdut Koplo Terpopuler
Dalam konferensi pers sore waktu setempat, Presiden Trump mundur dari kemungkinan terjadinya perang dengan tak mengumumkan operasi balasan.
Presiden 73 tahun itu mengatakan, tidak ada pasukan AS yang terluka akibat hantaman rudal balistik di Ain al-Assad dan Irbil.
"Iran nampaknya memilih untuk mundur, di mana hal itu bagus bagi semua pihak," katanya seperti dilansir AFP dan BBC.
Dia kemudian menambahkan, konfrontasi kedua belah pihak bisa dicegah dengan kekuatan ekonomi dan militer yang dipunyai AS.
"Fakta bahwa kami mempunyai peralatan militer yang mumpuni, bukan berarti kami harus menggunakannya," ujar Trump.
• Jadwal Badminton Malaysia Masters 2020 Hari Ini Babak 16 Besar, Markus/Kevin Lawan Wakin Tuan Rumah
• Sampai Tak Bisa Melihat, Zaskia Adya Mecca Nangis Anaknya Mengeluh Pusing Luar Biasa & Harus CT Scan
• Via Vallen Beneran Mabuk? Mendadak Ambruk di Panggung Saat Nyanyikan Lagu Cendol Dawet, Ini Katanya
Dia menjelaskan bakal segera memberi sanksi tambahan di sektor ekonomi dan finansial, hingga rezim Teheran "mengubah perilakunya".
Dia juga meminta aliansi Atlantik Utara (NATO) untuk lebih aktif berpartisipasi dalam mengawasi proses di Timur Tengah.
Presiden dari Partai Republik itu kemudian mengakhiri konferensi pers dengan menyatakan, dia ingin masa depan yang baik rakyat Iran.
"Amerika Serikat siap untuk mengumandangkan perdamaian dengan semua pihak yang menginginkannya," jelas Trump dikutip CBS News.
• Rumah Tangganya Pernah Diramalkan Retak Karena Pelakor, Laudya Cynthia: Jangan Berharap pada Manusia
• Tabiat Buruk Teddy Bikin Tercengang, Ternyata Punya 3 Guru Spiritual, Icha: Belajar Ilmu Hitam Dia!
• Daftar Lengkap Peringkat Badminton Dunia BWF, Dominasi Pebulutangkis China, Markus/Kevin Posisi Ini
• Mata Najwa Tadi Malam, Fadli Zon Tanggapi Pernyataan Prabowo Soal Natuna: Selama Ini Kemana Saja?
Sebelumnya, Divisi Dirgantara Garda Revolusi Iran menamai operasi itu "Martir Soleimani", sesuai dengan Qasem Soleimani.
Komandan Pasukan Quds itu tewas bersama dengan wakil pemimpin jaringan milisi pro-Teheran Hashed al-Shaabi, Abu Mahdi al-Muhandis.
Keduanya terbunuh pada 3 Januari setelah mobil yang mereka tumpangi dihantam rudal oleh drone AS di Baghdad, Irak.
Pentagon menyatakan, mereka harus melenyapkan jenderal 62 tahun itu.
Sebab, dia dianggap aktif merencanakan serangan terhadap kepentingan AS di Timur Tengah.
Para pakar mengutarakan, keputusan Teheran mengklaim secara langsung serangan di markas pasukan AS adalah hal baru.
Sebab sebelumnya, mereka dianggap menyamarkan operasi militer menggunakan kelompok milisi yang mendapat sokongan dari mereka.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Trump Menarik Diri dari Peluang Perang dengan Iran"

Iran, Amerika Serikat, dan Potensi Perang Dunia Ketiga...
Jenderal top Iran, Qasem Soleimani terbunuh pada Jumat (3/1/2020) lalu dalam sebuah serangan rudal AS di Bandara Internasional Baghdad, Irak.
Hal itu menjadi pemicu Iran untuk melakukan aksi balas dendam.
Sebagai gantinya, Iran menghujani markas pasukan AS dan sekutunya di Irak dengan "puluhan rudal" pada Selasa (7/1/2020) pukul 17.30 waktu AS.
Menanggapi hal itu, analis militer dan pertahanan Connie Rahakundini Bakrie menganggap tindakan Amerika yang menewaskan Qasem Soleimani merupakan kesalahan fatal.
Pasalnya, selain diketahui sebagai pemimpin pasukan elit dari Pasukan Penjaga Revolusi Quds, Soleimani bukan saja kunci tetapi juga inspirasi bagi negara-negara sekutu Iran di sejumlah wilayah.
Tidak hanya itu saja, pengaruh Soleimani dicetak pada berbagai milisi Syiah yang bertempur dengan pasukan AS.
"Kalau menurut saya Amerika melakukan kesalahan berat, yaitu terlalu cepat bertindak dengan menghajar simbol sangat karismatiknya Iran," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (8/1/2020).
Dan seperti yang sudah diprediksi, Iran imbuhnya tidak mungkin menyerang Amerika secara langsung.
Mereka akan mempertimbangkan kekuatan dirinya.
Hal-hal yang mungkin dilakukan Iran adalah menyerang basis-basis Amerika terdekat dengan Iran.
Dan inilah yang sekarang terjadi.
Saat disinggung terkait penyerangan pangkalan minyak AS, menurutnya minim terjadi karena disebutnya sebagai upaya bunuh diri dan justru memicu resesi dunia.
Karenanya, Connie menjelaskan seharusnya Trump bisa menahan diri untuk tidak meluluhlantahkkan Iran.
Banyak hal bisa terjadi.
Salah satunya hal itu bisa memicu Korea Utara bangkit.
"Apa yang terjadi pada Iran ini bisa memicu juga persiapan dari Korea Utara, karena pasti Korea Utara akan bersiap-siap untuk tidak berada dalam posisi yang sama dengan Iran," kata dia.
Selain itu, jangan remehkan Iran, karena di belakangnya kemungkinan terdapat China dan Rusia.
Mereka atas nama "perdagangan" bisa saja mensupport persenjataan Iran.
"Kekuatan persenjataan dan sistem senjata China dan Rusia kan lumayan untuk memperkuat Iran," tuturnya.
Meski rudal Iran sudah cukup bagus, perlu diingat senjata mereka tidak hanya itu.
Jika semua itu terjadi maka hal yang dikhawatirkan dunia akan terjadi, yaitu perang dunia ketiga.
Menurut Connie juga, begitu Iran luluh lantak, maka harga minyak akan meroket.
"Amerika dalam hal ini Trump harus sangat hati-hati karena Iran tidak sekecil Irak. Wilayahnya saja 5 kali ukuran Irak, dan masyarakatnya sudah sangat militan karena embargo dan beragam pengucilan yang dialaminya," imbuh dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Iran, Amerika Serikat, dan Potensi Perang Dunia Ketiga..."