Banjir Jakarta
Bisa Dicontoh Jakarta, Begini Cara Jepang Dalam Menangani Banjir
Sedang jadi perbincangan hangat, peristiwa banjir Jakarta dan sekitarnya dalam beberapa hari terakhir.
Direktur Eksekutif Walhi Jakarta Tubagus Soleh Ahmadi menuturkan, masalah pemenuhan ruang juga dianggap sebagai faktor yang menyulitkan.
Menurutnya, hal ini terjadi karena kondisi daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup di Jakarta atau Pulau Jawa pada umumnya sudah terdegradasi, baik secara kuantitas maupun kualitas.
Padahal di Jepang sendiri, teknologi yang diterapkan memanfaatkan ruang terbuka yang tersedia.
"Penyebab utamanya adalah pembangunan rakus ruang, sementara pemerintah tidak mampu mengontrol pembangunan rakus ruang, bahkan "mengizinkan"," kata dia. Tetapi, pendekatan teknologi yang diaplikasikan juga perlu melihat kondisi lingkungan, baik secara hulu dan hilir serta melibatkan warga dalam setiap perencanaan.
"Jadi mungkin tidaknya perlu dianalisis," kata Tubagus.
• Puluhan Pejabat OPD Berebut Capai Finis, Lomba Balap Karung Meriahkan HUT Provinsi Jambi ke-63
Dwi memberikan contoh penerapan untuk daerah tropis seperti Indonesia.
Dia mengatakan, Indonesia masih bisa meniru cara Malaysia untuk menangani banjir dengan mengatur daerah genangan.
Kemudian membuat bypass di area tertentu ke daerah genangan atau flood plain terlebih dahulu.
"Nah tapi kalau model Teluk Jakarta sulit menjaga tengah teluk tidak tergenang. (Karena) sudah terbangun semua dan penurunan tanahnya besar," ucap Dwi.
Dwi melanjutkan, pada dasarnya Jakarta sendiri tidak mungkin terbebas dari banjir secara sepenuhnya, apalagi mengingat faktor geografis dan ekologi kawasan ini.
Tetapi, potensi banjir masih dapat diminimalisasi dengan penataan ruang yang mempertimbangkan lingkungan serta teknis.
Dwi menambahkan, penataan ruang di Jakarta seharusnya juga berkesinambungan dan dibangun untuk jangka panjang.
Bukan hanya Jakarta, Dwi juga mengingatkan agar penataan ruang juga dilakukan di wilayah hulu.
Kemudian, Tubagus juga mengatakan saat ini pemerintah serta pihak terkait memperlakukan air sebagai kuantitas dan bukan kualitas atau sebagai bagian penting dari lingkungan hidup.
"Mencontoh atau tidak, yang pasti kita butuh perluasan ruang terbuka hijau, yang berperan sebagai dukungan lingkungan, fungsinya (sebagai) wilayah resapan banjir, sumber oksigen, dan lain sebagainya," kata Tubagus.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Penanganan Banjir Jakarta Bisa Meniru Tokyo"