Berita Nasional
Ali Kalora Sosok di Balik Kelompok MIT yang Tembak Mati Anggota Anggota Brimob setelah Salat Jumat
Ali Kalora Sosok di Balik Kelompok MIT yang Tembak Mati Anggota Anggota Brimob setelah Salat Jumat
Harits Abu Ulya menilai, penanganan Ali Kalora, dkk oleh aparat keamanan Indonesia terkesan berlarut-larut.
• Pelamar Seleksi CPNS Tanjab Timur Diberi Waktu 3 Hari untuk Menyanggah, Bukan Melengkapi Berkas
Seharusnya, aparat keamanan langsung sigap menuntaskan riak sekecil apa pun yang ditimbulkan Ali cs.
"Usulan saya, kalau memang mau ingin cepat tuntas dengan pendekatan keamanan yang kini jadi pilihan dominan, maka seharusnya kirim saja pasukan TNI dari unit Raider atau Kopassus untuk memburu Ali Kalora dan kawan-kawannya, selesai," ujar Harits melansir dari Kompas.com, Kamis (3/1/2019).
Bahkan, semestinya setelah sukses melumpuhkan Santoso dan Basri, Operasi Tinombala tidak dihentikan hingga seluruh generasi penerusnya ditangkap habis.
Harits melanjutkan, Ali Kalora cs. memang sudah lama bergerilya di pegunungan Poso.
• Jadi Pemberitaan Media China, Indra Sjafri Diklaim Telah Dipecat PSSI Gara-gara Kalah dari Vietnam
Mereka pun hampir pasti menguasai medan di sana.
Namun, melihat pola serangan Ali Kalora yang hit and run, dapat dipastikan ketersediaan amunisi mereka tidak terlalu banyak.
Harits mengatakan, ini dapat menjadi celah bagi aparat keamanan untuk terus memukul mundur dan memaksa mereka menyerah.
Apalagi, jika keputusan menurunkan pasukan elite TNI Angkatan Darat (AD) tersebut ditambah dengan memutus suplai logistik ke kelompok mereka dari para simpatisan, Harits yakin eksistensi Ali Kalora cs akan terhenti.

• Tim Terpadu Kecewa pada Perusahaan, Rapat Lanjutan Konflik Lahan Antar Kelompok Tani dan PT BBIP
"Ketahanan eksistensi mereka sangat bergantung kepada suplai logistik. Suplai ini bisa saja didapat dari simpatisan atau jejaring mereka di bawah," ujar Harits.TNI-Polri juga dinilai jauh lebih unggul dari sisi jumlah personel, logistik, alat utama sistem persenjataan (alutsista), dan pengetahuan di bidang strategi tempur, terutama pertempuran teknik gerilya di hutan.
"Jadi, memang ini memerlukan keputusan politik yang tegas, agar tidak berlarut-larut dan Operasi Tinombala juga tidak berlangsung berjilid-jilid.
Ingat, operasi militer terlalu lama itu juga dapat kontra produktif terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan psikologi masyarakat," lanjut dia.
(Putra Dewangga Candra Seta/Surya)
IKUTI KAMI DI INSTAGRAM: