Sebut Gibran Rakabuming Hanya Aji Mumpung Karena Ayahnya Presiden, Hendri Satrio Bongkar Hal Ini
Ya anak Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming dan menantunya Bobby Nasution diketahui balak maju di Pilkada 2020 mendatang.
Sebut Gibran Rakabuming Hanya Aji Mumpung Karena Ayahnya Presiden, Hendri Satrio Bongkar Hal Ini
TRIBUNJAMBI.COM - Sosok Gibran Rakabuming dan Bobby Nasution belakangan mendapat sorotan publik.
Ya anak Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming dan menantunya Bobby Nasution diketahui balak maju di Pilkada 2020 mendatang.
Menurut Pengamat Politik Hendri Satrio bahwa pencalonan Gibran Rakabuming dan Bobby Nasution merupakan aji mumpung.
Dilansir TribunWow.com, Hendri Satrio menyebut Gibran memanfaatkan nama besar sang ayah, Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Melalui tayangan YouTube KOMPASTV, Kamis (12/12/2019), Hendri Satrio pun menyebut ini adalah momentum yang baik untuk Gibran untuk memenangkan Pilkada 2020.
Mulanya, Hendri menyoroti keputusan Jokowi yang mengizinkan Gibran mencalonkan diri sebagai calon wali kota Solo 2020.
Selain Gibran, menantu Jokowi, Bobby Nasution juga turut mencalonkan diri di Pilkada Medan 2020.
"Kalau kemudian Pak Jokowi mempersilakan anak dan menantunya untuk maju di perhelatan Pilkada pada saat dia menjadi presiden, ini memang hal baru ," ujar Hendri.
• Silsilah Keluarga Ahok, Punya 4 Anak dari Dua Istri Bagaimana Pembagian Warisan Harta Kekayaan
• Paranormal Ini Sebut Ada Sesuatu Tak Biasa Dibagian Tubuh Syahrini, Dia Pintar Sekali Mengelola
• Detik-detik Mama Muda Lari ke Jalan Lintas Coba Menabrakkan Diri ke Mobil, Pertengkaran Ds vs LM
• 16 Artis dan Pesohor yang Meninggal Dunia pada 2019, dari Saphira Indah s/d Arswendo Atmowiloto
Namun, menurut Hendri banyak kasus serupa yang terjadi di daerah-daerah.
"Tapi untuk seluruh Indonesia ini bukan hal baru karena memang banyak terjadi bahkan ada suaminya jadi bupati misalnya mempersiapkan istrinya menggantikan dirinya nanti, itu ada," kaya Hendri.
Lantas, ia menyebut pencalonan Gibran dan Bobby di Pilkada 2020 merupakan hal yang wajar.
"Tapi pada saat kita memutuskan untuk memiliki demokrasi sebagai sistem pemerintahan hal-hal ini akan jadi wajar," ucap dia.
"Siapa kemudian yang akan menghentikan agar tidak terjadi? ," sambungnya.