Kisah Militer RI
Kala Pasukan Kopaska Pakai Kondom Demi Misi Rahasia Agar Tetap Berjalan Sesuai Rencana
Kala Pasukan Kopaska Pakai Kondom Demi Misi Rahasia Agar Tetap Berjalan Sesuai Rencana
Kala Pasukan Kopaska Pakai Kondom Demi Misi Rahasia Agar Tetap Berjalan Sesuai Rencana
TRIBUNJAMBI.COM - Bisa dikatakan sebagai kisah unik pasukan elite TNI AL dalam menjalankan misi berbahaya.
Kala itu perjuangan pasukan elite Indonesia yang rela bertaruh nyawa demi mengamankan daerah teritorialnya dari tangan Belanda.
Hal itu terjadi Pada 1962, ketika pemerintah RI melancarkan operasi militer bersandi Operasi Trikora untuk merebut Irian Barat (Papua) dari tangan Belanda, semua kekuatan militer yang dimiliki oleh Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI/TNI) dikerahkan.
Pasukan khusus seperti Komando Pasukan Gerak Tjepat AURI, RPKAD (TNI AD), dan Kopaska (TNI AL) juga dikerahkan untuk melakukan misi penyusupan, sabotase, intelijen, dan melancarkan perang secara gerilya.
Pasukan Kopaska meski menjadi ujung tombak dalam pertempuran di laut ternyata menjadi pasukan yang paling akhir dikirimkan ketika APRI akan melancarkan serangan besar-besaran melalui operasi militer bersandi Jayawijaya.
• Konflik Perairan Natuna, Kapal Perang Malaysia Pernah Diancam 1 Personel Kopaska, Ancam Mau Dibom
• Gabungan Kopassus Kopaska Denjaka Kejar Perompak sampai Pantai, Habisi, Mirip Film Captain Phillip
• Bonyok-bonyok, Maling Masuk Rumah Pasukan Elite Bertopeng Tengkorak, Satu Tewas oleh Peluru Kopaska
• SUKSES Besar Kopassus, Denjaka & Kopaska Bebaskan Sandera Kapal Sinar Kudus: SBY Sempat Tidak Yakin

Pasukan Kopaska yang diberangkatkan dari Jakarta ke Surabaya melalui misi sangat rahasia kemudian menuju ke gudang senjata PAL (Penataran Angkatan Laut) untuk mengambil senjata dan bahan peledak serta peralatan khusus lainnya.
Tapi mereka terkejut karena hampir semua senjata telah digunakan oleh pasukan lain dan sukarelawan demi melaksanakan operasi tempur Jayawijaya.
Pasukan Kopaska yang memiliki motto Tan Hana Wighna Tan Sirna (Tidak Ada Rintangan yang Tidak Dapat Diatasi) pun tetap memiliki semangat tempur tinggi meski hanya berbekal persenjataan yang tersisa.
Persenjataan itu antara lain senapan laras panjang yang hanya efektif untuk keperluan pertempuran jarak dekat seperti Madsen M-50 buatan Denmark.
Padahal idealnya personel Kopaska bersenjata senapan serbu AK-47 buatan Rusia mengingat demi mendukung Operasi Trikora, APRI telah membeli senapan AK-47 dalam jumlah besar.
• Ilmu Kebal Ala Kopassus Dalam Misi, Tiga Pendekar Banten Ikut Serta Bebaskan Sandera dari Ilmu Hitam
• Kasus Korupsi SMK Bagimu Negeri, Santi Wirda Serang Balik Berkas Tuntutan Jaksa dalam Eksepsi
• 5 Nama Diseleksi Jokowi Jadi Dewan Pengawas KPK, Ahok dan Antasari Ada? Yusril Ihza Miliki Peluang

Semula personel Kopaska juga kesulitan menemukan alat pemicu bahan peledak di gudang PT PAL karena telah dibawa oleh pasukan lain.
Tapi beruntung mereka masih menemukan beberapa gulung kabel firecordyang merupakan kabel berisikan bahan peledak berkekuatan tinggi dan bisa difungsikan sebagai pemicu bahan peledak.
Namun, dalam misi tempurnya, pasukan Kopaska juga selalu dibekali kondom dalam jumlah banyak untuk kepentingan membungkus bahan peledak atau detonator yang akan digunakan untuk operasi bawah air (underwater demolition).
Saat itu kebetulan setiap personel Kopaska hanya mendapat pembagian kondom dalam jumlah terbatas.
Sehingga mereka sudah membayangkan misi peledakan bawah air akan mengalami kesulitan akibat kekurangan kondom itu.
Pada awal Agustus 1962 pasukan Kopaska sudah tiba di Teluk Peleng, Maluku dan bersama pasukan lainnya sudah siap melaksanakan operasi tempur habis-habisan (all out) melawan pasukan Belanda.
• Tayang di SCTV! Live Streaming Barcelona vs Slavia Praha di Liga Champions, Tonton di TV Online SCTV
• Tak Ada Sanksi Tegas, ASN Jambi Ketangkap Lagi Keluyuran Saat Jam Kantor
• NONTON Live Streaming Borussia Dortmund vs Inter Milan Liga Champions, Rabu Dini Hari (6/11/2019)

Misi tempur mereka bahkan bersifat one way tiket atau siap gugur dalam pertempuran demi bangsa dan negara.
Apalagi salah satu tugas mereka adalah meledakkan kapal-kapal perang Belanda menggunakan torpedo yang dikendalikan manusia dan merupakan misi beresiko sangat tinggi.
Tapi karena pasukan Belanda akhirnya merasa gentar dengan persiapan tempur APRI yang begitu lengkap.
Pasalnya APRI juga mengerahkan pesawat pembom nuklir Tu-16 buatan Rusia , Belanda akhirnya lebih memilih langkah diplomasi dan menyerahkan Irian Barat ke Indonesia melalui PBB pada 15 Agustus 1962.
Semua pasukan APRI pun kemudian ditarik ke Jakarta (Jawa) termasuk pasukan Kopaska yang kemudian kembali ke pangkalan untuk terus berlatih dan berlatih demi kesiapan menjalankan misi tempur rahasia di mana saja.
(Sumber : Kopaska Spesialis Pertempuran Laut Khusus, TNI AL, 2012).
IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:
NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:
IKUTI FANPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK: