Mengenal Gejala Encephalitis yang Renggut Nyawa Pemain Timnas Indonesia U-16, Simak Ciri-cirinya
Salah satu pemain masa depan Timnas Indonesia, Alfin Farhan Lestaluhu, meninggal dunia pada Kamis (31/10/2019) malam.
Mengenal Gejala Encephalitis yang Renggut Nyawa Pemain Timnas Indonesia U-16, Simak Ciri-cirinya
TRIBUNJAMBI.COM - Kabar duka datang dari Timnas U-16 yang baru saja kehilangan salah satu pemain andalannya.
Salah satu pemain masa depan Timnas Indonesia, Alfin Farhan Lestaluhu, meninggal dunia pada Kamis (31/10/2019) malam.
Alfin meninggal di Rumahsakit Harapan Kita, Jakarta. Sejak September lalu, ia kerap mengeluh sakit kepala.
Dia pun sempat menjalani perawatan di rumah sakit sebelum akhirnya mengembuskan nafas terakhir.
• Pacaran 12 Tahun, Sudah Tunangan Gagal Nikah, Curhatan Seorang Wanita: Katanya Dia Hanya Teman?
• Dipenjara Karena Buang Bayi, Perempuan Ini Malah Hamil Lagi Mesum dengan Pacar Saat di Rutan
Dokter spesialis saraf Rumahsakit Pondok Indah (RSPI) dr Rubiana Nurhayati Sp.S menyebutkan, encephalitis (ensefalitis) merupakan radang otak. “Itu infeksi yang mengenai otak," katanya kepada Kompas.com, Jumat (1/11).
Penyebab penyakit memastikan ini bisa bermacam-macam.
"Bisa karena virus, bakteri, tuberculosis (TBC), jamur, autoimun, dan lain-lain,” ujar Rubiana.
Penyakit ini bisa berkembang menjadi sangat serius ketika menyerang tubuh. Berbagai gejala radang otak lainnya biasanya ditentukan oleh bagian otak mana yang terkena infeksi virus, bakteri, maupun jamur.
Encephalitis tergolong dalam penyakit berat dan berisiko kematian.
Rubiana mengatakan, gejalanya beragam. “Demam, penurunan kesadaran, muntah, sakit kepala, dan bisa saja kejang,” tuturnya.
Meski termasuk dalam penyakit langka, Rubiana menjelaskan, prognosis dari encephalitis sangat buruk. Penyakit ini bisa berkembang cepat dan membutuhkan perawatan segera.
• Baru Lahir ke Dunia, Bayi Bernama Ronaldo Ini Terima Rp 198,6 Miliar, Ini Alasannya, Ternyata Cucu
Dalam kasus yang lebih serius, penyakit ini bisa mengakibatkan gangguan berbicara, ingatan, hingga kematian. “Encephalitis prognosisnya buruk. Angka kematian dan kecatatannya tinggi. Penanganannya tidak sembarangan, tergantung penyebabnya,” sebut Rubiana.
Pengobatan penyakit ini bisa dimulai dari konsumsi obat-obatan serta perawatan pendukung, seperti infus dan alat bantu pernafasan. Juga, terapi pendukung, misalnya, terapi fisik hingga psikoterapi.
“Itu merupakan kondisi tubuh yang kekurangan albumin atau protein. Biasanya ini dikarenakan infeksi berat,” katanya.
